Home / Romansa / Bukan Mauku Menjomlo / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Bukan Mauku Menjomlo: Chapter 21 - Chapter 30

99 Chapters

Jomlo 21

*Happy Reading*"Bagaimana para saksi? Sah?" tanya Pak RT, yang juga merangkap sebagai seorang penghulu. Sesaat setelah pria di sampingku ini, mengucapkan ijab qobul atas nama diriku, dengan satu tarikan napas saja."Sahhh!" Para saksi di ruang kecil itu pun menjawab bersamaan."Alhamdulilah …." ucap kami serempak, sebelum Pak Penghulu membacakan doa untukku dan pria di sebelahku, yang kini telah sah menjadi suamiku dimata agama. Setelah doa diakhiri kata 'Aamiin'. Aku pun meraih tangan suamiku dan menciumnya dengan perlahan. Sebagai tanda baktiku padanya. Dilanjutkan dengan dia yang mencium keningku cukup lama, dan sebuah lantunan doa, yang ku tahu biasa diucapkan seorang suami pada istrinya.Kemudian, aku pun melirik Abah di ranjang rumah sakit, dan memaksakan tersenyum semanis mungkin kepadanya. Yang juga dibalas Abah dengan senyum tipis."Alham … du … lillah … " ucapnya tanpa suara, sesaat sebelum matany
Read more

Jomlo 22

*Happy Reading*"P-pak?" panggilku lirih, di belakang tubuhnya yang berjarak beberapa langkah dariku.Merasa ada yang memanggil, pria itu pun menghentikan pekerjaannya sebelum  menoleh, dan ...Glek!Seketika aku menelan saliva kelat, saat melihat tatapan tajamnya padaku. Membuat aku seperti seorang tersangka yang baru saja tercyduk maling ayam.Njir! Tatapannya tajem banget, sih? Bikin aku jadi deg-degan aja."Kenapa?" tanyanya datar sekali."Eh? Uhm … itu … anu … uhm …." Tiba-tiba aku malah gelagapan mendapatkan pertanyaan, yang sebenarnya jawabannya sangat mudah."Anu ... apa?" tanya pria itu lagi. Masih dengan wajah datarnya."Anu … uhm … itu … uhm … ma-makan dulu." Akhirnya, aku pun berhasil memberitahukan tujuanku, walaupun masih dengan grogi parah.Bagaimana tidak grogi. Kalau sekarang aku harus menganggap pria ini adalah suamiku. Padahal sebelumn
Read more

Jomlo 23

*Happy Reading*Flashback on (part 1)Aku hampir saja mengangguk pasrah jika saja tak mendapatkan tepukan di bahu dari Dokter Karina.Astaga!! Saking paniknya. Aku sampai lupa pada orang-orang yang mengantarku pulang. Dokter Karina dan Alan. Eh, tapi ... kenapa Alan masuk? Bukannya dia katanya mau langsung pergi?"Dok?" panggilku dengan suara parau akhirnya."Jangan menyerah, Mi. Jangan lakukan jika memang kamu gak mau melakukannya. Saya udah pernah bilang, kan? Jangan pernah menikah, hanya karena desakan orang lain atau desakan usia. Tapi menikahlah karena Allah.""Tapi ... Abah saya--""Ayo! Saya bantu jelasin sama Abah kamu," sela Dokter Karina lagi, seraya menyemangati dan meraih handle pintu."Tapi, Neng. Di dalam ada ...." Tiba-tiba Umi menyela dengan ragu-ragu."Ada apa, Umi?" Tak ayal, rasa penasaran pun hadir seketika di sana."Uhm ... itu ... itu ... di dalem, itu ... uhm ....""Di Da
Read more

Jomlo 24

Flashback part 2*Happy Reading*Lalu akhirnya, setelah berdebat lumayan lama dengan Umi yang masih terlihat ketakutan. Aku, Umi, Dokter Karina , dan Alan pun memasuki ruangan Abah, dengan hati gamang.Apalagi saat melihat kondisi Abah yang ...."Akhirnya, kamu datang juga, Mi. Ayo sini! Duduk sebelah saya. Biar ijab kabul bisa cepat dilaksanakan. Kamu gak pengen liat Abah kamu makin menderita kan, dengan kondisinya?" Pak Broto menyambut kami dengan riang, sambil tersenyum lebar dan menepuk kursi disampingnya.Lihatlah. Bahkan posisi mereka pun, sudah sangat siap untuk pernikahan ini. Dengan Pak RT dan Pak Kiayi yang duduk sejajar di samping  Abah, dan Pak Broto di depan mereka bersama kursi kosong, yang pasti diperuntukkan untukku."Eh, dia malah bengong. Sini atuh, Sayang. Cepat duduk di sini. Pak RT sama Pak Kiayi masih banyak acara setelah ini. Iya kan, Pak?" Pak Broto menginterupsi lagi, seraya meminta dukungan Pak RT dan Pak kiayi
Read more

Jomlo 25

*Happy Reading*"Udah, lah! Saya males debat dengan cere-cere kaya kalian ini. Urusan saya masih banyak. Dan, seharusnya kalian tuh bersyukur saya gak bawa masalah ini ke polisi. Bukannya malah mendebat saya seperti ini. Udah perawan tua, gak laku, gak tau diri lagi. Cih! Menjijikan!" Seakan tak puas, Pak Broto pun terus saja menghinaku. Membuat aku makin ingin meminjam golok kang jagal. Terus aku mutilasi saja sekalian nih bangkot tua."Oh, ya? Jadi, bapak mau bawa ini ke kantor polisi aja? Yakin, Pak? Memang Bapak punya bukti apa, mau nyeret kasus ini ke Polisi? Bukannya, perjanjian hutang aja gak ada, ya?" tantang Dokter Karina masih tak gentar di posisinya."Kata siapa? Saya punya catatan hutang mereka, kok. Lengkap dengan kwitansinya lagi!" bantah Pak Broto dengan yakin."Ada surat perjanjiannya juga tidak, Pak. Yang disertai materai dan cap legalisasinya?" kali ini Alan pun mulai ikut turun tangan."Buat apa? Saya gak perlu semua
Read more

Jomlo 26

*Happy Reading*Keesokan harinya, tetanggaku dibuat heboh dengan kedatangan si daddy. Alias Pak Arjuna, suaminya Dokter Karina.Kedatangan si daddy yang bukan hanya membawa mobil Ferrari keluaran terbaru saja yang membuat heboh. Tetapi badan tegap dan wajah bulenya juga punya daya tarik sendiri, apalagi mata birunya yang terang.Uhg … Hayati gak kuat! Jadi jangan heran jika kabar kedatangan makhluk sempurna kembaran Dewa Zeus itu, menyebar dengan cepat dari mulut ke mulut para tetangga di kampungku.Apalagi tiba-tiba tuh makhluk nyasar ke rumahku lagi. Yee kan?Makin penuh saja halaman depan rumahku dengan orang-orang kepo.Maklum orang kampung. Biasanya liat yang namanya bule itu cuma di TV doang. Kini bisa bener-bener liat real depan mata. Atuh … jadi pada penasaran. Iya, kan?Sebenarnya, kedatangan Alan saja, yang kegantenganannya satu level dikit di bawah Pak Arjuna. Dari kemarin udah bikin heboh tau. Apalagi ditamba
Read more

Jomlo 27

*Happy Reading*"Bismillahirrahmanirrahim …." Doaku sebelum mulai naik, dan nemplok ke badan pohon buah mangga itu.Lalu, karena aku emang udah biasa naik-naik, gelantungan, manjat-manjat cem tarzan gini. Aku pun dengan cepat bisa sampai di tempat buat yang Lia mau itu."Iya, Bi. Nu eta! (iya, Bi. Yang itu)," seru Lia saat melihatku meraih satu buah mangga yang terlihat menguning di salah satu dahan itu.Aku pun dengan bergegas memetik mangga tersebut, juga beberapa yang lainnya. Soalnya, sayang kan, kalau aku udah kaya monyet gini, tapi cuma ngambil satu aja. Jadi, ya … sekalian ajalah.Setelah memasukan buah-buah itu ke dalam tas plastik yang memang sengaja aku bawa. Juga selalu disiapkan di sebelah pohon. Aku pun bersiap untuk turun. Tetapi, tiba-tiba aku pun langsung tersentak, saat berbalik dan malah bersirobok dengan ular melingkar cukup panjang di atas kepalaku.Ebuseeett!Tuh uler sejak kapan ngepoin
Read more

Jomlo 28

*Happy Reading*Geram, aku pun meraih kaca mata gunung di sebelahku, yang tadi aku lepas sebelum pake sarung urut, lalu melemparkannya pada Putra dan ...Ceklek!Pluk!Mampus!Ngapa tuh beha nemploknya dihidung mancung Alan? Seketika mataku pun melotot horor melihat hal tak terduga itu. Kaget? Tentu! Lebih ke malu, sih. Apalagi saat tangan Alan terangkat dan mencincing kaca mata gunung berwarna merah itu, kemudian terlihat syok beberapa saat setelahnya.Asli! Rasanya aku pengen banget ngumpet di kolong kasur saat itu juga. Tetapi, gimana bisa ngumpet? Lah, kakiku aja masih dicengkram Mak Ijah ini. Lebih dari itu, tampilanku saat ini juga cuma sarungan, doang. Rambut diuntel ke atas semua, memperlihatkan leher dan sekda. Pokoknya nih sarung melorot dikit aja, jadi sudah! Jadi malu gengs maksudku. Hayo ... mikir apa kalian?Bwaahahahhaha ....Lalu, suasana Awkward itupun terpecah oleh tawa Putra, sang pe
Read more

Jomlo 29

*Happy Reading*Sebenarnya, aku sudah tertidur sejak ba'da Isya tadi. Entah karena kurang tidur sejak dua hari ini, atau karena efek abis urut. Pokoknya, masuk maghrib tuh mataku udah berat banget. Cuma karena nanggung mau Isya, aku pun memaksakan diri menunggu sebentar, sebelum benar-benar tepar selepas sholat empat rakaat itu. Nah, mungkin karena tidur sangat awal itulah, akhirnya tengah malam begini aku pun terbangun. Duh, jam berapa sih ini?Melirik jam sebentar, yang ternyata sudah hampir jam tiga, aku pun memilih turun dari tempat tidur Umi, dan beranjak ke arah dapur. Kebetulan aku juga lumayan haus.Namun, Langkah kakiku sontak terhenti, saat baru saja keluar kamar, sudah disuguhkan keberadaan Alan di ruang keluarga, terlihat sibuk di depan laptop. Lah? Dia lembur atau gimana?"Aa belum tidur?" Kepo, aku pun menghampiri Alan setelahnya, serta mengurungkan niat awalku.Merasa namanya di sebut. Pria itu
Read more

Jomlo 30

*Happy Reading*"Kamu mau saya cium juga?""Mau, dong!"Eh! Ngomong apa aku barusan?Seketika aku jadi gelagapan sendiri, saat menyadari ucapanku barusan. Astaga! Bisa-bisanya aku keceplosan gitu."Eh ... uhm ... Bu-bukan gitu maksud saya, A'. Saya ... saya cuma ...."Duh, gimana ini jelasinnya? Aku takut, Alan mengira aku ngarep dan sok jual mahal selama ini. Meski itu memang benar, sih. Tapi harusnya aku jaga Image dikit, kan? Setidaknya, aku tidak boleh terlihat terlalu ngarep sampai tahu perasaan Alan selama ini. Bagaimana pun Alan ini masih sangat abu-abu untukku. Bahkan, motifnya mau menikah denganku pun, aku belum tahu pasti."Jadi mau dicium atau tidak?""Ya mau!"Eh! Refleks aku pun memukul pelan mulutku sendiri. Dengan wajah yang pastinya sudah memerah karena malu.Aduh ya ampun ini mulut. Kenapa gak bisa kalem dikit, sih? Bocor banget sumpah!"Aa, ih! Kenapa sih sukanya ngerjain oran
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status