Semua Bab Terjerat Cinta Masa Lalu: Bab 1 - Bab 10

38 Bab

Karina Hamil

"Hah ... Positif, gimana ini." Bak disambar petir disiang bolong, tangan Karina gemetaran memegang hasil tespek yang menunjukkan dua garis, itu artinya dia positif hamil, Karina bingung apa yang harus dia lakukan, dengan cepat ia menyambar ponsel yang tergeletak di nakas. Karina Cahya Ningtyas, seorang pelajar di salah satu Universitas ternama di kota Bogor, usianya baru menginjak 20 tahun, dia besar dalam lingkungan keluarga broken home, ayah dan ibunya telah lama bercerai, orang tua Karina berpisah saat Karina masih kecil, dia dibesarkan oleh nenek dari ibunya, kurang kasih sayang dan perhatian tentunya dia rasakan, sehingga hidup Karina menjadi tidak terarah, pergaulannya terlalu bebas karena sang nenek tidak terlalu fokus mengurus Karina, ditambah setelah Karina lulus SMA dan memutuskan untuk kuliah sambil ngekos. Karina membuka aplikasi berwarna hijau dan mengetik sebuah nama, setelah nama yang dia cari sudah ketemu
Baca selengkapnya

Lagi Lagi

Lama-lama Karina mulai terpancing dan tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri, dia mulai menikmati permainan Dehan. Mereka tidak sadar bahwa mereka telah jatuh lebih dalam di jurang yang telah mereka buat. Setelah tahu dirinya hamil, Karina memutuskan untuk pindah kamar dan ngekos sendiri, Dehan jadi tambah bebas, setiap hari bisa mengunjungi Karina, terkadang Dehan juga akan menginap jika ibu kos tidak ada, setiap minggu Dehan akan membawakan makanan dan kebutuhan sehari-hari untuk Karina, karena semenjak hamil, Karina berhenti dari pekerjaannya, dia tidak kuat jika terlalu lama berdiri, bahkan dia juga sudah tidak lagi berangkat ke kampus, sehingga Karina menjadi bahan perbincangan teman-teman di kelasnya. "Si Karina kemana ya, kok nggak pernah kelihatan?" "Iya aku perhatiin, dia udah beberapa minggu ini nggak ngampus." "Aneh banget tau nggak, biasanya dia kan paling aktif."
Baca selengkapnya

Salah Paham

Sebenarnya kedatangan saya kesini." "Karina." Belum sempat Karina menjelaskan maksud dan tujuannya datang ke rumah Dehan, terdengar suara bariton yang memanggil nama Karina, lalu menghentikan perkataannya, mata Karina dan Bu Eno, refleks menoleh ke arah sumber suara tersebut. "Nah itu Dehan, udah bangun," seru Bu Eno. "Han, sini, ada yang nyariin," teriak Bu Eno, kepada putranya yang baru bangun tidur. Dehan segera turun dan menghampiri Karina, dia takut Karina mengatakan, yang seharusnya tidak dia katakan. "Kamu udah lama di sini?" tanya Dehan kepada Karina, sorot matanya penuh selidik. "Baru aja dateng," jawab Karina. "Kalian ngobrol aja dulu ya, Mamih mau ngambil minuman dulu ke dalam," ucap Bu Eno. Setelah Bu Eno berlalu, Dehan langsung menarik tangan Karina dengan kasar, agar sedi
Baca selengkapnya

Ditinggal Begitu Saja

Mobil Satria semakin menjauh, Karina masuk ke dalam kosan, dan betapa terkejutnya dia saat membuka pintu, ternyata sudah ada seseorang yang sedang menunggunya di dalam kamar. "Kapan kamu datang, apa kamu udah lama nunggu aku disini?" tanya Karina, yang tampak gugup. "Sudahlah Karin, tidak perlu berpura-pura lagi, aku sudah mengetahui semuanya, betapa liciknya kamu, siapa laki-laki itu, beraninya kau berhubungan dengan orang lain di belakangku," cecar Dehan. "Siapa laki-laki yang kamu maksud, dia itu orang yang nolongin aku di jalan, jangankan punya hubungan, kenal aja aku nggak," jelas Karina. "Basi," cetus Dehan. "Dengarkan dulu penjelasanku," tukas Karina. "Apa lagi yang mau kamu jelaskan, aku rasa semuanya sudah cukup jelas, dan aku tidak butuh penjelasan apapun dari wanita murahan sepertimu," cibir Dehan. "Kenapa dengan begitu mudahny
Baca selengkapnya

Dilema

Selepas kepergian Tia, Karina kembali berbaring di atas kasurnya, dia kembali merenung, memikirkan bagaimana nasibnya, dan nasih anak yang sedang dikandungnya. Minggu demi Minggu berlalu, usia kehamilan Karina sudah menginjak 4 bulan, lama kelamaan perut Karina mulai kelihatan mulai membentuk, ibu kost, dan teman kost, yang tinggal satu rumah dengan Karina, mulai membicarakan kelakuan aneh Karina, mereka sudah mulai curiga padanya, ditambah saat Karina, mulai menutup dirinya dari lingkungan kost, Karina lebih sibuk menyendiri dan diam di dalam kamar. "Itu si Karin kaya orang lagi hamil ya, badannya melar, buah dadanya juga keliatan beda," cibir Aleta, salah satu penghuni kost di sana. "Jangan asal ngomong kamu, nanti timbulnya fitnah loh," cetus Ica. "Aku ini nggak asal ngomong, kalian pernah liat gak sih, kalo Karina pake baju ketat, ketara banget perutnya, kalau lemak kan bentuknya ngelipet, kalo d
Baca selengkapnya

Selamat Jalan Ibukota

Dengan langkah gontai, Karina berjalan meninggalkan kostan, tempat yang selama ini menjadi saksi bisu perjalanan cintanya dengan Dehan, suka duka telah dia lalui bersama, niat hati ingin bersanding di pelaminan, namun nyatanya cintanya harus kandas di tengah jalan. "Karina," panggil Tia. "Tia," seru Karina. "Mau kemana kamu?" "Aku mau pulang kampung." "Jangan lupa oleh-olehnya ya," ucap Tia, sambil cengengesan. "Kayaknya kita nggak bakalan ketemu lagi deh," ujar Karina dengan sedih. "Loh kenapa? Emang kamu nggak mau balik lagi? Nanti kuliah kamu gimana? Kerjaan kamu gimana? Sayang loh kalau di tinggal gitu aja." Tia terus melontarkan berbagai pertanyaan kepada Karina. "Itu ojol pesananku udah dateng, aku pamit ya, jaga diri baik-baik." Karina lalu memeluk Tia, sebagai tanda perpisahan. "Hati-hati
Baca selengkapnya

Welcome Tanah Kelahiran

"Anam aku duluan ya, makasih udah mau nganterin," ucap Karina, sambil berpamitan dengan Anam. "Hati-hati di jalan, titip ya Lik, anterin nyampe depan rumahnya dengan selamat," tutur Anam, seraya melambaikan tangannya Gapura kampung Pondok Wungu sudah di depan mata, dengan hati berdebar Karina berharap semuanya akan baik-baik saja. "Rumahnya yang mana nduk?" tanya Parjo. "Dari perempatan belok kiri, nanti ada rumah yang ada gapura kecil," jelas Karina. Meskipun sudah lama dia meninggalkan kota kelahirannya, namun Karina masih ingat betul letak rumahnya, yang tidak jauh dari perempatan jalan. Sepanja
Baca selengkapnya

Sambutan Ibu Tiri Yang Judes

"Mamah apa kabar?" tanya Karina, sambil sedikit membungkuk, saat hendak menggapai tangan Mutmainah, untuk menyalaminya, belum juga tangan Karina bersentuhan, namun segera di tepis dengan kasar oleh Mamah tirinya. "Karin," seru seorang lelaki, suara baritonnya terdengar tidak asing di telinga Karina. Saat menoleh betapa senangnya Karina, dilihatnya lelaki yang selama 10 tahun ini jauh dari pandangannya, sosok yang sangat Karina rindukan. "Ayah," teriak Karina, sambil berlari memeluk sang ayah. "Ayah apa kabar? Karina kangen banget sama ayah, Ayah kenapa nggak pernah nengokin Karina?" Karina memberondong beberapa pertanyaan kepada Pak Diki. "Maafin Ayah belum sempat nengokin kamu, soalnya udah beberapa tahun ini ayah merantau di Palembang, ini aja Ayah di kampung baru dua bulan doang," jelas Pak Diki. "Tapi itu alasan yang nggak masuk akal Yah, 10 tahun waktu y
Baca selengkapnya

Perseteruan Pak Diki & Mutmainah

"Jangan larang Karina buat pulang ke sini, dan satu lagi, jangan pernah kamu bersikap kasar pada Anakku, kalau kamu nggak suka mending kamu aja sana yang pergi!" Hardik Pak Diki "Berani sekali kamu mengusirku Mas, tidak ingatkah kamu selama ini aku yang menemanimu dikala kamu susah, hingga sukses seperti sekarang ini, kenapa hanya karena anak itu kamu berani membentakku," balas Mutmainah, tak kalah sengit dari suaminya, dia kemudian berdiri sambil berkacak pinggang. "Awas kamu Karina, lihat saja nanti, kamu pasti akan menerima balasan, karena telah mengganggu ketenangan dalam rumah tanggaku." Mutmainnah membatin dalam hati, sambil meremas ujung bajunya, kemudian dia pergi masuk ke dalam kamar sambil membanting pintu, karena suaminya tidak menggubris ucapannya. "Nek, kenapa d
Baca selengkapnya

Temu Kangen Di Acara Pertunangan Zakia

Malam ini ada acara keluarga di rumah Darman, semua keluarga di undang dan wajib datang, begitu pula dengan Karina.Darman adalah anak pertama Bu Atiah, yang tinggal di Cikerang, jarak tempuh ke rumah Darman cukup memakan waktu tiga jam, karena Darman tinggal di kota, berbeda dengan Bu Atiah yang masih tinggal di perkampungan. Darman memiliki usaha tekstil yang cukup maju, tak salah jika namanya terkenal dimana-mana. "Pakai baju apa Nek, Karin bingung," ucap Karina, sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Yang ada aja, kalau nggak cari aja di lemari Bibi kamu, badan kamu kan seukuran sama dia," titah Bu Atiah, yang sedang mengiris bawang di atas talenan. "Iya deh, nanti Karina coba cari, moga aja ada yang pas." Karina kemudian berjalan menuju kamar Bibinya, dia membuka lemari pakaian, dan terlihat susunan baju yang tersusun rapi, bahkan ada sebagian yang digantung.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status