Semua Bab Terjerat Cinta Masa Lalu: Bab 11 - Bab 20

38 Bab

Temu Kangen Keluarga Besar

Setelah acara pertunangan Zakia selesai, mereka melanjutkan acara makan malam bersama, semua keluarga berkumpul di meja makan, untuk menikmati hidangan yang telah disediakan. "Ayo silahkan di nikmati makanannya," ujar Bude Sifa, kepada semua anggota keluarga yang telah berkumpul. "Wah … ada gudeg nangka kesukaan Bapak nih," seru Pak Asmadi, sambil menarik kursi untuk duduk. "Kakek mau gudegnya, biar Zakia ambilin," sambut Zakia, dia kemudian mengambil piring untuk Kakeknya. "Nenek juga mau Kia," tutur Bu Atiah. "Nenek kan punya kolesterol, jadi nggak boleh makan makanan yang mengandung santan, jadi Nenek makan yang lain aja ya, kan banyak pilihannya," sahut Zakia, dia tidak ingin kolesterol Neneknya naik. "Nasib, udah tua banyak banget pantangannya," ujar Bu Atiah gigit jari. "Karin, ayo duduk, ingat jangan pulang kalo belum makan,
Baca selengkapnya

Adik Tiri Yang Jahat

"Aku harus mencari cara, untuk menjauhkan Mas Diki dengan, Karina," batin Mutmainah dalam hati. "Itu siapa Mbak Sifa, cantik banget?" tanya salah satu tamu, dari keluarga calon besan Bude Sifa  "Itu keponakan saya, anaknya Diki," jawab Bude Sifa. "Oh keponakan, anak Diki yang tinggal di Pondok Wungu ya, tapi kok saya baru liat." "Dia nggak tinggal di sini, soalnya dia kuliah di Bogor, kebetulan sekarang lagi liburan di sini." "Calon mantu idaman ini, udah mah cantik, berpendidikan juga." Acara pertunangan Zakia telah selesai, keluarga calon besan juga telah pulang, kini tinggal Pak Asmadi dan
Baca selengkapnya

Terbongkarnya Kehamilan Karina

"Karina." Pak Diki terperanjat mendengar teriakan Karina, dia langsung berlari menuju saklar dan menghidupkan lampu, Pak Diki terkejut saat melihat Karina sudah tergeletak di lantai. Matahari sudah menampakkan sinarnya, kokok ayam saling bersahutan, namun Karina masih belum sadar dari pingsannya. Kepala Karina terasa berat, perlahan dia membuka matanya, Karina bingung karena banyak orang di dalam kamarnya. "Ayah, apa yang terjadi, kenapa di sini jadi ramai?" tanya Karina, kepada Ayahnya yang sedang berdiri di daun pintu, namun tatapan wajahnya sangat sulit diartikan. "Jangan dulu banyak bergerak Cah Ayu," ucap seorang Nenek, yang duduk di samping Karina, dia adalah dukun beranak, orang di desa biasa memanggilnya Paraji. "Mbok Nah, jelaskan lagi di depan kami semua, agar anak pembawa sial ini juga sadar dengan kesalahan yang telah dia buat!" sungut Mutmainah dengan penuh emosi, sa
Baca selengkapnya

Pak Diki sangat kecewa kepada Karina

"Kamu lihat Mas, anak yang kamu banggakan telah mencoreng wajahmu, lebih baik kita usir dia, sebelum semua warga tahu kalau anakmu sedang hamil, ini bisa menjadi aib bagi keluarga besar kita." "Siapa yang bertanggung jawab atas kehamilanmu Karin?" tanya Pak Diki, tanpa menoleh sedikitpun ke arah Karina. "Pacar Karin, Yah," jawab Karina. "Sekarang juga kamu hubungi dia, biar Ayah yang bicara." "Tapi dia sudah memutuskan hubungan dengan Karina." "Itu artinya pacarmu lari dari tanggung jawab, dan kamu ditinggal begitu saja, dengan kondisi perut yang sedang berbadan dua." "Iya." 
Baca selengkapnya

Ketemu Satria Lagi

"Maaf Pak, saya karyawan baru disini, nama saya Karina," ucap Karina memperkenalkan diri, saat sang manager mendongakan kepalanya, Karina sangat terkejut melihat wajahnya yang sepertinya tidak asing bagi Karina. "Karina," tunjuk lelaki yang kini menjadi atasan Karina. "Kamu." Karina mencoba mengamati wajah lelaki di hadapannya. "Dunia sempit ya, nggak nyangka bisa ketemu sama kamu di sini." "Kalo nggak salah kamu orang yang waktu itu nolongin aku di jalan, pas aku hampir ketabrak motor," ucap Karina, sambil menutup mulutnya. "Siapa coba?" tanya satria, mencoba mengingatkan Karina. "Satria."
Baca selengkapnya

Makan Siang Bareng

"Maaf Pak, saya karyawan baru disini, nama saya Karina," ucap Karina memperkenalkan diri, saat sang manager mendongakan kepalanya, Karina sangat terkejut melihat wajahnya yang sepertinya tidak asing bagi Karina. "Karina," tunjuk lelaki yang kini menjadi atasan Karina. "Kamu." Karina mencoba mengamati wajah lelaki di hadapannya. "Dunia sempit ya, nggak nyangka bisa ketemu sama kamu di sini." "Kalo nggak salah kamu orang yang waktu itu nolongin aku di jalan, pas aku hampir ketabrak motor," ucap Karina, sambil menutup mulutnya. "Siapa coba?" tanya satria, mencoba mengingatkan Karina. "Satria."
Baca selengkapnya

Dianterin Pulang

"Beneran ngajak perang ini bocah, kita lihat sampai kapan kamu bisa kuat bertahan kerja di sini," geram seseorang yang sedang melihat dari balik kaca. Waktu berlalu begitu cepat, sudah waktunya para karyawan pulang, satu persatu staf meninggalkan meja kerjanya, termasuk Karina, dia sedang bersiap-siap untuk pulang. "Karin," sapa Satria, yang sudah berdiri di depan meja tamu. "Belum Pak," jawab Karina, tanpa menoleh ke arah Satria, karena dia sedang sibuk mengambil pen yang jatuh ke kolong meja. "Kok Bapak sih, berasa tua banget, aku di panggil Bapak," cetus Satria. "Eh Satria, aku kira siapa, maaf tadi lagi ngambil pen, jatuh ke kolong," ucap Karina sambil merapikan hijabnya. "Pulang bareng yuk," ajak Satria. "Nggak usah Satria makasih, takut ngerepotin kamu, aku udah pesen ojol kok buat pulang," tolak Karina, karena dia memang sudah meme
Baca selengkapnya

Karina Pingsan

Gubrak … setelah beberapa kali mencoba, akhirnya pintu berhasil dibuka, mereka terpaku dengan pemandangan yang ada di dalam kamar. "Astagfirullah." "Karina," teriak Satria, dia langsung berlari menghampiri Karina, yang tergeletak di depan pintu kamar mandi, sedangkan Bu Tinna masih terpaku di tempatnya. "Rin, sadar Rin, ini aku Satria." Satria mengguncang tubuh Karina, namun Karina tetap diam tidak merespon, wajahnya terlihat sangat pucat, Satria berinisiatif akan membawa Karina ke rumah sakit terdekat. "Bu, tolong saya, Bu," tegur Satria kepada Bu Tina, yang langsung tersadar dari lamunannya. "Eh iya maaf, aduh saya jadi ngelamun ngeliat keadaan Kar
Baca selengkapnya

Berbagai Cerita Dengan Satria

"Ceritanya panjang Sat, aku malu kalau harus cerita semuanya sama kamu," jawab Karina dengan air mata yang mulai membanjiri pipinya. "Nggak papa cerita aja, keluarin semua beban yang selama ini kamu pendam, biar kamu lega, siapa tau aku bisa bantu." "Semuanya berawal …" Karina menceritakan semuanya kepada Satria, dari awal mula dia bertemu dengan Dehan, sampai dia bisa hamil di luar nikah, hati Satria terenyuh mendengar cerita Karina, dia seakan ikut merasakan sakit yang dirasakan oleh Karina. "Kamu wanita yang kuat, aku salut sama kamu, kamu bisa ngelewatin semuanya sendirian," ucap Satria. "Aku tidak punya pilihan lain, keadaanlah yang membuat aku
Baca selengkapnya

Penolakan Bu Ayu

"Bukannya tadi kamu bilang calon istri, gimana sih plin-plan banget omongannya," cecar Bu Ayu. "Jadi Ceritanya gini, Mah." ##### "Nggak, pokoknya Mamah nggak setuju, kalau kamu nikahin dia, bisa-bisa jadi jelek nama keluarga kita, lagian kamu ngapain sih mau bertanggung jawab buat hal yang nggak kamu lakuin, orang yang makan nangkanya kamu yang kena getahnya!" cerocos Bu Ayu penuh emosi, dia sangat marah setelah mendengar cerita dari Satria. "Tolonglah Mah, buat saat ini ngertiin perasaan Satria, Satria nggak peduli sama omongan orang, Satria juga nggak peduli sama statusnya Karina, yang Satria pengen sekarang cuma satu, yaitu hidup bahagia sama Karina." Satria berkata dengan tegas, namun tetap sopan dan tidak mengu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status