Home / Romansa / Terjerat Cinta Masa Lalu / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Terjerat Cinta Masa Lalu: Chapter 21 - Chapter 30

38 Chapters

Cie Nikah

"Mertua kamu kok jadi sensi Karin, kayaknya lagi datang bulan dia," bisik Tante Ika kepada Karina. "Ehm, saya denger apa yang kalian bicarain," sindir Bu Ayu, Tante Ika dan Karina mendadak diam, mereka melanjutkan acara makan malam tanpa ada yang berani berbicara. Selesai makan malam, Karina membantu membersihkan meja makan, setelah itu dia kembali masuk ke dalam kamar, karena anggota keluarga yang lain sudah masuk ke dalam kamarnya masing-masing. "Aku tidur di mana?" Tanya Karina pada Satria, yang sedang berbaring sambil memainkan gawainya. "Tidur di sini, di samping aku, emang kamu mau tidur di mana," jawab Satria sambil menepuk kasur yang kosong di sebelahnya. 
Read more

Bu Ayu Gagal Mengusir Karina

Pak Agung dan Satria saling melempar pandangan, sambil tersenyum. "Kalian senyum-senyum kaya gitu kenapa," cetus Bu Ayu dengan tampang masam. "Enggak kok Mah, sensi banget, udah kita lanjutin lagi sarapannya," jawab Pak Agung, sambil menyeruput secangkir teh hangat Hari ini Satria kembali bekerja di kantor, karena masa cutinya telah habis, setelah sarapan Satria dan Pak Agung berangkat ke kantor. "Aku berangkat kerja dulu ya, kamu baik-baik di rumah, kalau bisa ajak ngobrol Mamah biar makin dekat." "Iya Mas, hati-hati di jalan." "Assalamualaikum," ucap Satria, sambil melambaikan tangan dari dalam mobil. "Waalaikumsalam." Di rumah kini hanya tersisa Bu Ayu dan Karina, setelah membantu Bu Ayu membersihkan halaman depan, Karina berniat untuk kembali masuk ke dalam kamar. "Karin," panggil Bu Ayu, yang
Read more

Ancaman Bu Ayu

"Awas aja kamu, kalau berani ngadu sama Satria," bisik Bu Ayu, sambil mencekal pergelangan tangan Karina dengan kuat, sampai Karina merasa kesakitan. "Aw." Karina refleks mengaduh kesakitan. "Kamu kenapa sayang?" tanya Satria, dia langsung menghampiri Karina dan memandang wajah Bu Ayu. "Kamu ngeliat Mamah kayak gitu banget, nggak mungkinlah Mamah sakitin Karina, diakan menantu Mamah," tukas Bu Ayu mencoba membela diri. "Aku nggak papa kok, tadi kaget aja bayinya nendang-nendang dari dalam perut," jawab Karina berbohong, dia tidak mau menimbulkan keributan lagi. "Yaudah kamu istirahat aja di kamar." Satria menyarankan Karina untuk masuk ke dalam kamar.
Read more

Apartemen Baru

"Daripada kamu marah nggak jelas, mending ikut sama aku aja yuk, aku mau tunjukin sesuatu," ajak Satria. "Kemana?" "Udah kamu siap-siap aja dulu, ganti baju, dandan yang cantik, aku tunggu di bawah ya." Karina terlihat bingung melihat tingkah suaminya, dia kemudian berganti baju dan menyusul Satria ke bawah. Selama di perjalanan mata Karina ditutup oleh kain, karena Satria sengaja ingin memberikan kejutan kepada Karin. Tibalah Satria di apartemen yang disebutkan oleh Pak Agung, dengan hati-hati Satria membantu Karina berjalan menuju ke lift, karena mata Karina masih ditutup. "Udah boleh di buka bel
Read more

Karina Melahirkan

"Seharusnya Papah jangan ngomong kayak gitu, pergi kan dia." "Emangnya kenapa?" Pak Agung sedikit meninggikan suaranya. "Mamahkan belum cerita banyak sama Cynthia, Mamah masih kangen sama dia, baru juga ketemu, udah langsung Papah usir aja." "Siapa yang ngusir, dia itu orang berpendidikan tinggi, jadi sebelum Papah ngomong, dia pasti udah ngerti kemana arah pembicaraan Papah." Hubungan Pak Agung dan Bu Ayu menjadi renggang, mereka sering ribut, bahkan hal sepele pun sering mereka permasalahkan. Tiga bulan berlalu, tibalah hari dimana Karina akan melahirkan, Karina merasakan kontraksi yang sangat hebat, perutnya terasa sangat mulas, pinggangnya terasa sangat
Read more

Hadirnya Cahya

"Kamu jangan ngeliatin, aku malu," ucap Karina kepada Satria. "Iya, matanya aku tutup nih," jawab Satria sambil menangkupkan kedua tangannya untuk menutupi matanya. Suster hanya tersenyum melihat tingkah mereka, kemudian suster memberikan bayi itu kepada Karina untuk disusui. Satria mengabari kedua orang tuanya, bahwa Karina telah melahirkan. "Assalamualaikum," sapa Satria kepada Papanya yang berada di seberang telepon. "Waalaikumsalam, ada apa, Sat?" tanya Pak Agung. "Satria punya kabar baik Pah, Karina udah lahiran," seru Satria dengan senang. 
Read more

Bu Ayu Ngomel

Cahya dibaringkan di atas sofa, dengan telaten Bu Ayu membuka celana Cahya dan memeriksa popoknya. "Astagfirullah, Karina!" teriak Bu Ayu frustasi. Pak Agung yang sedang berbaring di sofa dengan mata yang sudah tertutup separo, saat mendengar teriakan Bu Ayu, Pak Agung terperanjat kaget, dia melompat dari sofa dan langsung menghampiri Bu Ayu. "Kenapa, Mah?" tanya Pak Agung panik. "Liat ini, Pah," tunjuk Bu Ayu. "Astagfirullah, kok bisa gitu, Mah?" "Mana Mamah tau, Karina emang nggak bisa kali ngurus anak, pantes aja dia dari tadi nangis." Bu Ayu mencemooh Karina, karena dianggap tidak bisa mengurus
Read more

Satria bangkrut

Bu Ayu meninggalkan Karina yang masih termenung di depan rumah, Karina bingung kesalahan apa yang telah dia perbuat, sampai mertuanya terlihat sangat marah. "Oek … oek." Tangisan Cahya membuyarkan lamunan Karina, dia langsung mengangkat Cahya, dan membawanya masuk ke dalam rumah. Lima tahun berlalu, Cahya tumbuh menjadi anak yang cantik, dan menggemaskan, semua keluarga sangat menyayangi Cahya, begitu juga dengan Bu Ayu, dia sangat sayang kepada Cahya, dia juga selalu memanjakan Cahya. "Hallo, Oma," sapa seorang anak kecil di seberang sana, melalui panggilan video. "Hallo juga cucu Oma, ada apa sayang?" "Oma kapan main kesini, Cahya kangen sama, Oma.
Read more

Selamat Tinggal Kota Bandung

Semua aset milik Satria telah diisita oleh bank, tidak ada yang tersisa satupun, semua perjuangannya selama ini berakhir dengan tangan kosong, bisnisnya hancur dan perusahaannya gulung tikar, Satria mengacak rambutnya frustasi. "Andai saja aku tidak terjebak dalam investasi bodong itu, mungkin semuanya tidak akan seperti ini, bagaimana nanti nasib istri dan anakku, mereka tidak boleh merasakan hidup susah, aku tidak mungkin membiarkan mereka hidup dalam kesusahan," gumam Satria. Karina yang kebetulan lewat di ruang tamu menghampiri suaminya, dia merasa iba melihat Satria yang sedang melamun, pandangan Satria kosong, Karina sangat mengerti bahwa saat ini Satria sedang tidak baik-baik saja, dia butuh dukungan dan semangat dari orang-orang terdekatnya, dia berinisiatif untuk membuatkan Satria kopi dan menghiburnya. 
Read more

Kembali ke rumah mertua

"Mas, menurutku daripada kita harus menumpang di rumah Mama, lebih baik kita mengontrak saja," usul Karina kepada suaminya. "Untuk apa mengontrak, bukankah lebih baik jika kita tinggal bersama orang tuaku," balas Satria sambil menatap manik istrinya. Rasanya Karina sangat malas, jika harus tinggal kembali bersama mertuanya, dia sudah paham betul watak ibu mertuanya yang kadang baik dan kadang jahat, di mata Karina, Bu Ayu seperti memiliki kepribadian ganda. "Hey, kenapa melamun?" "Enggak," jawab Karina malas. "Dih ngambek nih ceritanya," ejek Satria, Karina tetap diam dan mengerucutkan bibirnya. "Yaudah deh, coba jelasin sama Mas, kenapa kamu lebih memilih ngontrak, daripada tinggal serumah dengan orang tuaku?" tanya Satria. "Aku merasa nyaman, jika kita mempunyai tempat tinggal sendiri, dan tidak menumpang kepada orang lain, meskipun kit
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status