"Kamu gila mas!" aku menusuk dadanya sewaktu gudang kembali tertutup rapat. "Suka banget bikin keputusan yang terus-menerus bikin aku gak tenang. Kenapa sih gak kita bicarakan dulu untuk tahap ini mas, kenapa slalu sesuka hatimu sendiri." Aku mengerang, ku tatap ia dengan mata nyaris meloncat keluar jika saja pak Ardi tidak tersenyum lebar dan membuatku menusuk dadanya lagi."Lihat, bisa-bisanya masih senyum! Ah, ya, aku lupa siapa yang aku hadapi. Bapak dari dua anak yang satu galak, yang satu easy going. Aku lupa kamu punya campuran genetik itu hingga semua kamu anggap biasa saja. Bu Menyebalkan." desisku mengakhiri perdebatan ini. "Sudah marah-marahnya Anna?" Pak Ardi membelai pipiku, "kamu tegang sepertinya." "Tegang?" gumamku, "ya aku tegang, bukan karena aku ingin terus berada di fase aman pernikahan ini tapi aku tidak mau menyakiti banyak orang lagi. Mengertilah mas. Anakmu, istrimu, keluarganya dan aku sendiri."Aku mencari tempat duduk, lelah pikir membuatku lelah juga han
Last Updated : 2022-06-10 Read more