Share

Bab 97

Author: Skavivi
last update Last Updated: 2022-06-13 00:16:27

Sekuat hati aku melepas kepergian suamiku pulang ke rumahnya dengan pengawalan ketat Naufal yang mengancamku untuk tidak mendekati ayahnya sampai ia benar-benar menerima kehadiranku sebagai ibu tiri. Kalau tidak semua rahasia kami akan sampai ke telinga ibunya dan seluruh orang.

Aku dan pak Ardi tadi, di tengahi papa dan mama di hadapan Naufal, akhirnya sepakat untuk setuju dengan permintaannya.

Aku menatap ibu dan tersenyum sedih "Satu-satu aku dan mas Ardi pasti bisa menyelesaikan ini semua, Bu." kataku menyemangati dirimu sendiri. Begitu keras kepalanya aku kali ini padahal jikalau berpisah aku yakin suamiku tidak membiarkan aku nelengsa atau kekurangan uang.

"Naufal pasti akan menerima kamu, Anna. Hanya saja dia seperti Ardi, jangan mengingkari janjimu sendiri jika mau semuanya masih ingin terkendali." kata mama menyentuh bahuku sembari tersenyum, "tidak perlu khawatir kalau kamu memang benar-benar yakin dengan Ardi. Ayo kamasuk ke dalam. Pulang besok saja. Rumah ini terlalu sep
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (10)
goodnovel comment avatar
Firly Muhammad
apa jangan2 ntar bian disuruh ngaku suaminya anna??
goodnovel comment avatar
Herlina Maharani
semakin menarik
goodnovel comment avatar
Tini Wartini
Jangan" Bian jd suami boongan si Anna klo d dpn umum...jangan lah..lah ikut njlimet sy.....
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dosa Termanisku   Bab 98

    "Jadi ini maksud mas Ardi nyuruh aku pulang kesini, ma?" tukas Bian yang terus memandangku sebal setelah mama menceritakan kejadian semalam. "Sori, Ma. Bukannya Bian gak mau nolong mas Ardi. Cuma kan, anak itu emang jadi keponakan ku, tapi bukan berarti aku harus pura-pura jadi suaminya Anna. Urusannya pasti ribet banget dan asumsi publik pasti langsung pecah." Bian mengangkat kedua tangannya. "Pasti ada cara lain."Mama memasang wajah masam. "Mama paham ada cara lain, dan Anna sebenarnya lebih suka status pernikahannya di sembunyikan. Tapi, karirnya baru naik, Bian. Ada peluang yang besar." "Untuk apa peluang demi uang kalau mas Ardi bisa memberi lebih banyak, Ma!" sahut Bian cepat."Bukan seperti itu cara perempuan berpikir, Bi. Perempuan menggunakan peluang untuk menghasilkan uang dan pengakuan. Singkatnya harga diri. Sedangkan laki-laki menggunakan peluang untuk kesempatan seperti kakakmu itu. Biang kerok!" Mama mendesah. Aku mengulum senyum, memilih diam sembari mengamati kel

    Last Updated : 2022-06-13
  • Dosa Termanisku   Bab 99

    Di antara banyaknya pilihan, itulah yang pada akhirnya keluarga pak Ardi setujui, begitupun suamiku meski dengan ancaman. Aku akan sekuat tenaga menjaga privasi ini karena aku menyukainya. Sangat! Dan perasaan ini dengan bahagia aku jalani. Suamiku datang ke rumah kala malam hari sebulan setelah perjumpaan terakhir kami di rumah Mama Rita. Di kantor pun aku tidak bertemu dengannya karena aku memilih untuk setia pada pendirianku karena diapun juga tidak ada. Sendiri, aku mengaku menjadi istri kedua dari seseorang konglomerat yang tak mau di ketahui identitasnya. Banyak selentingan yang aku dengar dari para orang yang curiga dengan aku. Tak apa, terluka, dan aku menerimanya. Memang begitu apa adanya, dan tidak separah cacian pelakor yang begitu aku jauhi."Hai...," sapaku sembari tersenyum, semua terasa baik. Begitulah adanya disini. Karena aku benar-benar mendapat apa yang harus aku terima."Katakan kamu merindukan saya, Anna!" Pak Ardi menarik pinggangku mendekat ke tubuhnya. Peluk

    Last Updated : 2022-06-15
  • Dosa Termanisku   Bab 100

    Semuanya sudah ku coba menjadikan semua ini kenangan dan jeda ekstrem yang mengisi perjalanan hidupku. Walau kenyataan yang aku rasakan disembunyikan terus-menerus adalah jarak yang mulai terasa lebar antara aku dan suamiku. Dia pergi pagi-pagi sekali sewaktu subuh sebelum Naufal bangun dan menyaksikan dia tak ada di rumah.Aku mengembuskan napas. Kehamilanku yang sudah sangat besar akan terekspose oleh media ketika akhirnya waktu premiere film semakin dekat.Aku masuk ke ruang meeting kantor Jaff Film. Ku sapa satu persatu rekan kerja yang sudah duduk disana. Coki yang masih menjadi brainstroming dansudah lama tidak melihatku ber-wow-wow sambil menunjuk perutku."Siapa tersangkanya, Anne?" Aku menarik kursi dan mengelus perutku. "Kemana aja kamu, Cok?" "Anna jadi istri kedua woyy, udah gak usah di bahas. Dari kemarin dia sedih mulu, sementara banyak skedul yang udah di siapin produser, jadi mood ibu hamil harus kita jaga." sergah asisten manager yang benar-benar selama aku kembal

    Last Updated : 2022-06-15
  • Dosa Termanisku   Bab 101

    Aku menatap suamiku yang menyampirkan jas hitamnya di pergelangan tangan pergi. Sejenak dia menatapku tajam-tajam. Aku menjulurkan lidah panjang-panjang sebelum dia di bawa benda itu ke atas.Rasain, rasain. Aku akan cuek bebek dan membakarnya dengan cemburu. Lihat saja, kekasihku. Sejauh mana kamu bertahan dengan ini semua, sejauh mana aku bertahan dengan ini semua. Toh jika pada akhirnya semua hal-hal yang kita sepakati, janjikan, akan berakhir dengan pilihan baru, kesepakatan baru yang mungkin lebih baik dari sebelumnya.Coki mengernyit dengan kelakuanku, mungkin ia ini terlalu berlebihan karena berada di lingkungan kantor. Tapi bodohlah, hidup ini sudah pada kenyataannya. Sandiwara, perasaan ini, risiko dan berantakan."Berani-beraninya kamu melet-melet sama mereka, Anna! Arghh...," Coki sampai berlonjok sambil menunjukku penuh semangat. "Apa jangan-jangan???""TOA, jangan mulai lagi." Aku mencengkeram lengannya, menyuruh duduk. "Gue - gue masih inget kelakuan kalian dulu, oyyy.

    Last Updated : 2022-06-17
  • Dosa Termanisku   Bab 102

    "Rasanya gue kembali ke waktu dimana lu di gangguin sama pak Ardi, Ann. Gue gak nyangka kalau kelanjutan ceritamu sama dia menghasilkan buah hati."Coki mengulurkan segelas susu ibu karena aku yang minta."Makasih, Cok." Aku bangkit dari sofa, "kok enak sih." pujiku heran tidak biasanya rasa susunya memiliki citra rasa yang berbeda meski suamiku sendiri yang buat."Gue tambahin gula!" aku Coki lalu terkekeh sendiri dengan geli, "Habisnya gue cicipi gak manis-manis. Lagian berapa kali sih sehari kamu minum ginian? Boros tau kalau porsinya banyak-banyak." Aku mendelik, apa isinya jadi zonk setelah pergi ke dokter tadi? "Coki-coki, kalau cuma susu doang bisa beli satu kontainer Pak Ardi, gampanglah buat dia apa saja bisa dibeli bahkan penjepit dasinya seharga hp kita. Kenapa juga kamu mikirnya sampe kesitu, aneh kamu!" seruku tapi terhibur, "tapi enak." Aku meringis. "Baguslah kalau enak." Coki ke dapur, berhubungan sekarang aku sedang di apartemen dan jarang menempatinya. Coki mend

    Last Updated : 2022-06-19
  • Dosa Termanisku   Bab 103

    Ditemani Dito setiap waktu adalah hidupku dulu, dan menemaninya adalah kebutuhan. Cinta kami dulu secara sadar berdasarkan kebutuhan yang saling menguntungkan. Seks dan uang, dua hal yang sangat-sangat menyenangkan bukan? Tidak hanya untuk laki-laki saja yang sukses dan kuat. Dua hal itu juga banyak wanita yang menyukainya, jadi apa salah cinta tumbuh atas dua dasar alasan itu? Jelas salah. Uang dan seks hanyalah alasan yang lama kelamaan jika tidak dijaga akan surut dan apakah cinta akan tetap sama rasanya? Dito adalah kenangan. Selamanya akan seperti itu bahkan setelah aku menceritakan kisahku dengan gamblang. "Dito cintaku, kenanganku. Kejarlah apapun yang kamu inginkan selagi masih ada banyak waktu. Kita tahu, kisah kita adalah jeda yang akan cepat berlalu. Bayang-bayang kisah kita, akan slalu aku kenang dalam film, buku dan ingatan. Berbahagialah." Aku berdiri dengan sesak yang membelanggu dadaku. Dito..., Semoga kamu dengar podcast yang selesai aku dan Coki lakukan hari ini.

    Last Updated : 2022-06-20
  • Dosa Termanisku   Bab 104

    Aku beristirahat di ruang yang tersedia di kantor Jaff Film. Sejujurnya aku lelah sekali hari ini tapi melihat wajah suamiku sekarang adalah keinginan yang besar. Aku ingin melihat wajahnya, mendengar suaranya. Dan bisakah ku coba terus terlihat biasa-biasa saja dengan semua ini.Aku membaringkan tubuh, sekedar meluruskan kaki, mengelus perutku dan membayangkan bagaimana rupanya nanti. Cantikah dia seperti aku, ehm, putihkah dia seperti aku, dan cerewetkah dia seperti aku? Atau sebaliknya mirip pak Ardi? "Mama jadi gak sabar buat ketemu kamu, dik. Rumah pasti rame banget, kamu jadi teman mama karena mama kesepian." Aku termenung, perjalanan yang harus aku lalui baru akan dimulai saat bayi ini lahir. Aku mengelus perutku dan mencari tempat parenting newborn demi menambah ilmu pengetahuan mengasuh bayi ini. "Kayaknya habis premiere film aku bisa ikut kelas."Aku mengangguk, tersenyum lalu menghubungi nomer yang tertera. Aku mengatakan semua kondisiku, aku oke dan siap untuk kelas. Me

    Last Updated : 2022-06-21
  • Dosa Termanisku   Bab 105

    Aku buru-buru keluar dari ruang istirahat, meski tidak bisa berlari cepat untuk menghindari Tina aku bisa bersembunyi. Ya, aku ngumpet di ruang yang terletak di samping kantor Jaff Film. Aku ngumpet diantara alat bersih-bersih sambil memanggil taksi online untuk menjemputku di luar sana. Aku akan kabur dan menantang suamiku untuk mencariku.Demi apapun, aku mencari baju cleaning service dan memakainya. Walau kenyataannya penampilanku tidak benar-benar meyakinkan sebagai cleaning service."Oke, Tina pasti tidak akan tinggal diam dan pengawal suamiku pasti juga segera mencari keberadaanku." Huft, aku mengembuskan napas lelah, mengatur strategi di sarang musuh ternyata ribet juga, ditambah hamil lagi. Tapi yang jelas lift pasti akan menjadi sasaran tadi aku harus turun pakai tangga darurat. Aku menghela napas, ku ingat-ingat dulu ini di lantai berapa. Well, aku mengelus perutku."Ayo kita buat papamu ketar-ketir, dik." Aku membuka sedikit pintu dan mengintip sekitar. Lengang karena buk

    Last Updated : 2022-06-22

Latest chapter

  • Dosa Termanisku   Bab 161

    Beberapa menit yang terjadi dalam hidup saya, dalam keadaan terengah-engah Anna mencengkram rambut belakang saya dengan keras. "Kayaknya aku mau melahirkan sekarang mas, kayaknya aku..." Wajahnya mulai mengeras, kakinya mulai terbuka dan saya mendadak pontang-panting dalam hati ingin sekali memintanya lebih lama bertahan lama dalam perjalanan. "Bagaimana pak?" sahut Johan."Usahakan lebih cepat, Han! Jika di tilang polisi tidak masalah. Saya lebih takut jika anak saya lahir di dalam mobil dan di jalan raya, dia akan menjadi pembalap!"Johan tidak menjawab sebab ia langsung menghidupkan lampu hazard di tengah jalan dan membunyikan klakson mobil berulang kali. Di belakang, mobil yang membuntuti kami ikut menghidupkan lampu hazard—lampu darurat—, tak ayal kejadian itu membuat beberapa pengguna jalan lain melihat ke arah mobil kami di tengah kemacetan."Istri saya mau melahirkan, tolong beri jalan!" teriak saya dari jendela mobil. "Tolong bapak, ibu, kakak... Anna sudah bukaan lima–aaaw

  • Dosa Termanisku   Bab 160

    "Honeymoon, are you sure?" omel Anna sembari berkacak pinggang. Saya mengangguk sambil merapatkan jaket, lama-lama dingin ternyata."Han, tutup semua pintu dan pergilah bersama kuncinya!""Whyyyyy...." teriak Anna dengan panik, "Mas, kamu makin lama malah makin mirip penjahat ya. Han, Han. Jangan..." Anna mendekap tubuh Johan dengan spontan. "Han, delapan tahun kita berusaha menjadi partner kerja dan keluarga yang baik. Tolong dong kali ini aja kamu membantah bos kita! Gak bisa apa sedikit aja membangkang." rengek Anna dengan lucu.Johan menatap saya dengan takut-takut. "Maaf bapak, ini bukan salah saya." katanya sambil berusaha melepas tangan Anna yang tetap kekeh menahannya di dapur.Saya beranjak sembari mengulum senyum. "Lepaskan Johan, Anna. Ada saya yang bisa kamu peluk seperti itu. Jangan dia, dia tidak akan tergoda dengan omelanmu apalagi rayuanmu!" kata saya mengingatkan.Saya hendak meraih rambutnya yang panjang dan pirang keemasan, namun secepat yang saya duga, Anna mengh

  • Dosa Termanisku   Bab 159

    Desember, Musim dingin yang sangat menyejukkan kulit, hati, jiwa tapi tidak dengan isi kepala.Kami sekeluarga bersama rekan seperjuangan meninggalkan musim hujan bulan Desember di tanah air demi menuruti Alinka pergi ke London untuk melihat salju turun dan bisa menjadi keluarga ‘dingin’ dengan kualitas sekian. Saya termenung di depan pemanas ruangan, mendengar obrolan anak muda di belakang saya yang sedang seru-serunya bermain kartu. Naufal membawa pacarnya yang berambut cokelat tua panjang, anak pejabat negara yang kapan hari bapaknya menemui saya untuk mengajak kolaborasi bisnis dan mencocokkan anak kami berdua. Saya tidak tahu jodoh Naufal nantinya siapa, jadi saya cuma bisa senyum-senyum sambil mengambil tawaran pertama saja. Kolaborasi bisnis biar enakan hidup saya, urusan itu kan bisa di atur, kalau jodoh anak saya tidak.Kenzo membawa sahabatnya, laki-laki, tukang nge-game. Saya heran, dulu saya tidak nge-game, tapi anak saya yang satu itu sangat menyukai permainan. Entah y

  • Dosa Termanisku   Bab 158

    Tina memasang muka datarnya setelah bunyi bell berdentang berkali-kali. Parasnya yang semakin berusia dan jompo, dia menyebutkan begitu karena tidak bisa lagi memakai hak tinggi menatap saya dengan wajah jengkel."Masuk aja kali..." ucapnya dengan suara malas di mic rapat yang tertempel di meja kerja, suara itu akan terdengar di louds speaker di depan ruangan saya. Seseorang di luar saya yang pasti adalah keluargaku—bel itu bel khusus private family—mendorong pintu. Seorang wanita dengan anggun melangkah sembari menggandeng tangan anak laki-lakinya yang berekspresi cemberut. Saya menaruh pulpen di meja seraya beranjak. Menyambut keduanya dengan pelukan. "Sebelum kita makan siang, ada yang perlu kamu urus, mas."Apa?Anna merogoh tas kerjanya yang besar, mobil derek mainan Alinskie rusak, dereknya copot dan gigi Sir Tow Mater nama karakter di film kartun itu rompel. Saya menerima mainan yang nyaris pasti akan menjadi rosokan ini dengan wajah ternganga. "Harus aku apakan ini sayang?

  • Dosa Termanisku   Bab 157

    "London, papa. London, aku ingin ke sana. Aku ingin menikmati musim dingin di sana, aku ingin main salju seperti Elsa dan Anna, papa." seru Alinka sembari menarik-narik ujung jas kerja saya di depan lemari kacanya berisi mainannya dan Alinskie. Dua bayi saya yang kami bertiga perjuangkan dan tumbuhkan dengan suka duka cita atas harapan yang besar di rumah ini sudah tumbuh menjadi anak sekolah dasar berusia delapan tahun."Ayolah papa jawab, aku maksa ini." desak Alinka keras kepala. Saya mendesah, batal berangkat ke kantor dengan tertib dan memilih berlutut untuk melihat wajah manis, pipi putih dan tidak suka memakai rok atau dress, dia benci katanya tidak keren seperti kakak-kakaknya juga ampuh memberi contoh baju keren cowok ganteng ibu kota."Anna dan Elsa bukan di London sayang, tapi di Norwegia dan Irlandia. Kita tidak bisa ke sana, kamu belum libur sekolah." kata saya menasihati, tapi tepat seperti yang saya duga ini bukan jawaban yang tepat. Mawar berduriku menjerit, memanggi

  • Dosa Termanisku   Bab 156

    Saya merenung, meyakini diri sekuat mungkin dengan apa terjadi di dalam sana bahwa Anna memang berbicara dari hati ke hati kepada Farah, mengungkap segalanya yang terpendam dan meyakinkan Farah jika ia mampu menjadi yang terakhir, mengalah dan menjadi ibu sambung yang mumpuni. Saya yakin itu, saya yakin karena kerap kali Anna berkata bahwa ia tidak ingin mengambil lebih dari haknya. Walau sejujurnya dengan amat sangat, banyak ragu yang menyapa silih berganti di dalam dada saya. Saya kalut. Bagaimana jika Farah tiada? Tapi logika berkata, jangan Tuhan, jangan dulu. Jangan sekarang, jangan Tuhan. Dia harus kembali padaku, harus kembali bagaimanapun kondisinya. Saya harus memperbaiki kesalahan ini, saya harus memperbaikinya dulu dan akan saya serahkan perhatian lebih.Saya membenturkan kepala belakang di tembok berkali-kali dengan frustrasi seraya mengusap wajah dan tertunduk.•••Derap langkah sepatu yang tergesa-gesa dari ujung koridor yang senyap membuat saya beranjak dan tertegun me

  • Dosa Termanisku   Bab 155

    Dalam keremangan lampu kamar rumah sakit, saya membelai rambut Farah yang terasa kusut dan lembab. Ia masih terlelap seperti tak punya beban apapun. Wajahnya tenang, napasnya teratur, air susu ibu yang seharusnya keluar sebagai insting terkuat seorang ibu menyusui hanya merembes sesekali dan sangat jarang seakan tubuhnya berhenti beroperasi dalam tenang yang menegangkan. "Sepertinya kamu ingin menjadi putri tidur, Fa. Mimpimu bagus?" tanya saya seraya membelai wajahnya. "Kamu mimpi apa? Apa seindah waktu kencan pertama kita di kebun teh Cisarua Bogor? Seindah itu, ah... Kamu membuatku iri jadinya."Saya tersenyum sendiri, entah kenapa ingatan akan masa kencan pertama kami, pendekatan yang lucu itu menggelikan dan menyenangkan."Aku ingat, kamu mengeluh kedinginan dan tidak mau aku peluk. Katamu aku simpanse bonobo yang tidak cukup punya satu pasangan dan kamu yakin itu walaupun kamu mencintaku dengan tulus. Dan kamu tau, itu kata-kata paling kejam yang aku dengar selain buaya darat,

  • Dosa Termanisku   Bab 154

    Entah berapa lama waktu yang saya habiskan untuk menunggu Farah di rumah sakit, keadaannya yang belum stabil mengharuskan Farah mendapatkan perawatan intensif yang lebih dari apa yang saya perkirakan."Makan dulu mas." Anna mengusap kedua bahu saya dari belakang seraya mengecup puncak kepala saya. "Semuanya akan membaik mas, percayalah." bisiknya sambil merangkul pundak saya. "Kamu yang kuat, banyak orang yang membutuhkanmu hari ini dan selamanya sampai waktu berhenti."Saya menelengkan kepala untuk mengecup pipinya yang masih terlihat tembam meski Alinka sudah berusia nyaris tiga bulan. "Terima kasih, makanlah lebih dulu Anna." pinta saya, dia mengasihi dua bayi, Alinka dan Alinskie sekarang, selama seminggu kami di rumah sakit. Anna butuh banyak makan, sementara saya, saya tidak tahu kenapa akhir-akhir ini rasanya energi dalam tubuh saya tidak sekuat dan seegois biasanya. Pikiran saya hanya tersita untuk kepulihan Farah.Saya hanya kerja sebentar lalu ke sini, tidur di sofa dan me

  • Dosa Termanisku   Bab 153

    Dua bulan kemudian. Saya menuruni anak tangga dengan cepat setelah mendengar Naufal berteriak dari bawah memanggil nama saya dan mengatakan mama-nya menyuruh saya turun."Iya, papa turun. Papa turun sayang." kata saya menggebu-gebu.Naufal berkacak pinggang di depan anak tangga paling bawah. Ia mengerut marah, saya tersenyum kanak-kanak. Aturan main di rumah ini sudah berjalan selama dua bulan setelah saya dengan berani dan bertanggung jawab mengatakan pada semua keluarga, rekan bisnis, teman nongkrong, dan media jika saya memiliki dua istri dan bayi mungil. Meski sempat terjadi gonjang-ganjing gosip yang makin lama di gosok makin sip saya percaya waktu akan menjawab semua getir dan getar yang ada. "Papa tadi baru ganti popok adikmu, Fal. Maaf lama, adikmu bawel." seloroh saya, Naufal menutup telinganya. Dia sering begitu jika saya membicarakan Alinka, berbeda dengan Kenzo. Oh anakku yang satu itu memang anak pintar, dia menjadi kakak yang baik dan sering tidur bersama Anna karena b

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status