Share

Bab 155

Dalam keremangan lampu kamar rumah sakit, saya membelai rambut Farah yang terasa kusut dan lembab. Ia masih terlelap seperti tak punya beban apapun. Wajahnya tenang, napasnya teratur, air susu ibu yang seharusnya keluar sebagai insting terkuat seorang ibu menyusui hanya merembes sesekali dan sangat jarang seakan tubuhnya berhenti beroperasi dalam tenang yang menegangkan.

"Sepertinya kamu ingin menjadi putri tidur, Fa. Mimpimu bagus?" tanya saya seraya membelai wajahnya. "Kamu mimpi apa? Apa seindah waktu kencan pertama kita di kebun teh Cisarua Bogor? Seindah itu, ah... Kamu membuatku iri jadinya."

Saya tersenyum sendiri, entah kenapa ingatan akan masa kencan pertama kami, pendekatan yang lucu itu menggelikan dan menyenangkan.

"Aku ingat, kamu mengeluh kedinginan dan tidak mau aku peluk. Katamu aku simpanse bonobo yang tidak cukup punya satu pasangan dan kamu yakin itu walaupun kamu mencintaku dengan tulus. Dan kamu tau, itu kata-kata paling kejam yang aku dengar selain buaya darat,
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (11)
goodnovel comment avatar
Aqilaizzatunnisa
kok aku jadi sakit ya. klo di posisi anna pasti sakit dengar pengakuan pak ardi. setelah ini aku kok berharap suatu saat anna perg aja dari hidup ardi dan cari kebahagiaan lain dan dpt laki2 yg benar2 tulus dan anna di jadikan satu2nya...
goodnovel comment avatar
Poernama
Fara hbs melahirkan koma Y,mbak selvi
goodnovel comment avatar
Vien⭐
semoga, sadarlah Farah
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status