Home / Romansa / Ditolak Sopir Miskin / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Ditolak Sopir Miskin : Chapter 1 - Chapter 10

45 Chapters

Ditolak Sopir Miskin

 "Jadi berapa hargamu semalam?" tanyaku dengan suara tajam pada lelaki yang berdiri kaku di belakangku."Maaf, Nyonya. Saya tidak bisa." Ia menolak dengan sopan. Aku berdiri memunggunginya menghadap ke jendela. Kulipat tangan di depan dada menahan malu tiada terkira.Jujur saja, bukan hal sulit bagiku menemukan pria tampan dan kaya. Hanya saja sikap Fajar Suharjho ini sudah membuatku nyaman. Sikapnya yang santun dan caranya memperlakukan wanita sungguh membuat hati terenyuh dan jatuh cinta."Saya di sini hanya mencari nafkah. Saya memiliki istri dan anak di desa. Mohon kiranya Nyonya jangan berfikir yang berlebihan terhadap saya," ucapnya sopan.Seribu rayuan yang kuucapkan untuknya tidak di gubris sama sekali. Padahal kancing kemejaku ini nyaris semuanya kubuka. Malu? Tentu saja, aku di tolak pria miskin sepertinya. Tapi, ini tantangan bagiku. Sikapnya yang seperti ini yang membuatku semakin penasaran dan suka terhadapnya."Keluar!" p
last updateLast Updated : 2021-11-30
Read more

Penasaran dengan Sosok Lestari

Berhenti bersikap seperti itu terhadapku!" kataku penuh penekanan.Kemudian kembali menatap luasnya pantai di ujung sana dengan mulut mengerucut sebal."Maaf, Nyonya jika saya salah."Kenapa dia harus bicara, aku sedang tidak ingin mendengarnya berkata apa pun itu."Nyonya.""Diam! Aku tidak memintamu bicara," sungutku kesal tanpa menoleh ke arahnya. Entahlah, apakah sikapku ini benar. Aku hanya cemburu mendengar celotehnya mengenai keluarga kecilnya.Hening. Hanya suara deburan ombak dan anak kecil yang berlarian bersama keluarganya di sekitar kami."Nyonya, boleh saya bertanya?""Apa?""Kenapa Nyonya di panggil dengan sebutan Nyonya, bukan Nona. Padahal setau saya Nyonya masih single.""Apa perlu aku menjawab pertanyaan tidak berbobot seperti itu?""Tidak, Nyonya.""Hubungan kita hanya sebatas sopir dan majikan. Jangan berpikir lebih dari itu, kalaupun aku mau bicara denganmu itu hanya hal-hal sewa
last updateLast Updated : 2021-12-04
Read more

Gadis Songong!

 Hari ini Fajar ijin tidak masuk. Kenapa dia? Apa dia sakit? Pikiranku diliputi bebagai macam dugaan. Di rumah pun saat aku menanyakan pada orang-orang mereka bilang, ia keluar sejak pagi. Kemana dia?"Nyonya," sapa Arman.Aku yang sedang melamun berpangku dagu di buat agak kaget oleh suaranya. "Oh, iya," sahutku langsung merubah posisi duduk tegap."Ini laporan penjualan perusahaan bulan ini, sesuai yang Nyonya minta tadi." Aku mengambil map yang diulurkannya kemudian membuka dan membacanya."Oke, kamu boleh keluar." Arman membungkuk lalu keluar ruangan. Hari ini aku datang ke perusahaan untuk meninjau penjualan. Dahiku mengerut melihat laporannya. Di sini tertulis bahwa laporan penjualan produk menurun drastis bulan ini, bahkan sampai 50℅. Usaha butik aman-aman saja, tapi usaha distribusi makanan ringan mengapa bisa seanjlok ini? Kutekan nomor telepon manager yang memegang perus
last updateLast Updated : 2021-12-04
Read more

Memulai Penyelidikan Soal Lestari

Saya tidak perlu dibela seperti itu Nyonya. Suatu saat saya akan besar kepala jika Nyonya selalu membela saya. Jika Nyonya ingin membela seseorang, bela karena kebenaran, jangan karena Nyonya suka dengan orang tersebut."Aku seperti tertampar mendengarnya. Aku memang sering marah-marah kepada pelayan di rumah, tidak jarang aku langsung memecat mereka saat mereka berbuat salah. Aku berdiri di hadapan Fajar, jarak kami cukup dekat. Kutatap matanya lekat, begitu pun dia. Ini pertama kalinya kami saling tatap, cukup lama. Lidahku kelu untuk membela diri. Apa yang harus kukatakan? Haruskah aku meminta maaf telah menolongnya?"Tidak bisakah hanya mengucapkan Terima kasih?" tanyaku dengan mata menyipit."Apa Nyonya pernah merasakan apa yang pelayan rasakan saat Nyonya mencaci mereka? Saat Nyonya memecat mereka, padahal mereka masih sangat membutuhkan pekerjaan itu. Apa Nyonya pernah mencari tahu tentang mereka, bagaimana keadaan keluarga mereka, anak mereka dan lain se
last updateLast Updated : 2021-12-04
Read more

Terbang ke Kalimantan

Dret ... drett ... drett .... Suara getaran ponsel di atas meja kerja cukup mengganggu konsentrasi pikiran. Kuhentikan kegiatanku dengan pena dan map lalu beralih mengambilnya. Mataku langsung berbinar saat melihat nama Oma yang tertera di layarnya. Langsung saja kutekan tombol hijau dan menempelkan benda pipih itu ke telinga.  "Omaaa! Aku rindu!" pekikku sebelum Oma sempat mengatakan apapun.  "Ish ish ish ish ... kenapa cucu Oma jarang telepon Oma sekarang? Sudah lupakah sama Oma?" tanyanya persis seperti neneknya upin di serial kartun yang berasal dari Malaysia.  "Emmm, jangan mentang-mentang sekarang tinggal di Malaysia Oma jadi terbawa cara bicara omanya upin ipin, ya!" rajukku yang disambut tawa berderai Oma di seberang sana.  "Oma masih cinta Indonesia, Sayang. Setelah urusan Oma selesai, Oma ingin langsung pulang, memeluk cucu Oma satu-satunya." 
last updateLast Updated : 2021-12-20
Read more

Menggoda Sopir Tampan

Cepat!" Mataku melotot. "Iya .... " sahutnya lemas. Dengan langkah gontai Fajar memasuki rumah untuk membereskan semua barangnya. Aku tersenyum saat sosoknya menjauh dari pandangan. Sungguh aku tidak menyangka akan pergi ke sana dengan laki-laki yang aku suka. Doaku, semoga perjalanan kami menyenangkan***Untuk menuju pulau Maratua, kami harus menaiki pesawat tujuan Tanjung Redep (Berau) yang sebelumnya transit di Balikpapan, kemudian kami menuju Dermaga Berau untuk melanjutkan perjalanan dengan menaiki speedboat untuk menyebrang. Jarak tempuh dari Dermaga Berau menuju pulau Maratua sekitar 3 jam atau bisa lebih cepat bila ombak tidak tinggi. Kebetulan saat ini ombaknya sedang tidak tinggi, jadi kami sampai di Maratua kurang dari 3 jam. Maratua Paradise Resort memiliki 2 tipe kamar, yakni Beach Chalet dan Water Villa yang masing-masing jumlah kamarnya 12 dan 10. Untuk Beach Chalet, lokasinya ada di pinggiran pantai.
last updateLast Updated : 2021-12-21
Read more

Terjun ke Lautan

"Satu jam saja," pintaku menatap wajah itu lekat, sementara ia masih diam. "Fajar, please ... " Aku mengiba. Tampak ia menarik napas panjang, kemudian beranjak dan duduk di sisiku. "Makasih, ya," ucapku sembari menyandarkan kepala di bahunya.Entahlah, aku hanya merasa menemukan kedamaianku di bahu ini. Selanjutnya kami menikmati indahnya sinar temaram berdua, tanpa banyak bicara.***Tepat pukul 19.00 malam aku menuju ke pantai. Fajar hanya mengantarku ke tempat rapat, setelah itu ia kembali ke Villa. Sudah 30 menit kami berkumpul di pantai ini. Duduk di kursi seadanya sambil berkenalan antara satu sama lainnya. Ada Distributor dari Sumatera, ada yang dari pulau Jawa, ada juga yang dari Sulawesi dan lain sebagainya. "Belum bisa di mulaikah, Pak Sigit?" tanyaku pada salah satu pembicara yang akan mengisi rapat kami nanti. "Masih menunggu satu orang, Nyonya.""Oh." Aku mengangguk mengerti.Kusilang kan kaki, kemudian mengam
last updateLast Updated : 2021-12-21
Read more

Apa Kau Tidak Pernah Menyukaiku?

Aku duduk di tepi ranjang, membayangkan kejadian tadi pagi saat pura-pura pingsan. Mengapa Fajar marah? Apa dia marah hanya karena sebuah ciuman? Aku beranjak dan melangkah membuka pintu kamar, langsung terdengar suara angin dan deburan ombak yang saling bersahutan.  Awan cerah berwarna kemerahan, hangatnya temaran senja masih bisa kurasakan, sungguh indah. Aku kembali melangkah menuju keluar, kemudian duduk di kursi kayu. Bersyukur Holand tidak datang ke sini. Ia pasti sedang asik duduk di bar sembari memperhatikan turis-turis yang juga nongkrong di sana.  Fajar, apa dia ada di kamarnya? Apa dia masih marah? Aku memberanikan diri datang ke kamar itu, kemudian mematung saat sampai di depan pintu. Tanganku terangkat beberapa kali untuk mengetuk, tapi ragu. Aku berbalik hendak pergi, tapi tiba-tiba pintu itu terbuka.  "Apa Anda butuh sesuatu, Nyonya?" tanyanya.  Langkahku terhenti, aku menunduk dalam. Menggigit bibir bagian bawah. Ap
last updateLast Updated : 2021-12-21
Read more

Mengapa Harus Fajar?

Fajar sedikit menoleh kemudian berbalik, mendekat ke arahku. Melihatnya bergerak maju reflek aku melangkah mundur. Tatapannya tajam menghujam jantung, hingga pinggangku menabrak nakas di samping ranjangnya. Fajar tak bergeming ia terus mendekat ke arahku. Matanya terus menatap mataku hingga bola mata kecoklatan itu bergerak-gerak ke kiri dan kanan seperti mencari sesuatu. Jujur saja situasi ini cukup membuatku takut.  Kini ia tepat berada di hadapanku.Tatapannya lebih menusuk dari sebelumnya. Kembali bibir tipis itu tertawa kecil, tangannya terulur mengusap lembut pucuk kepalaku. Ia lalu berbisik. "Jika saya menyukai sesuatu saya akan berusaha sekuat tenaga untuk menjaganya. Bukan merusaknya, Nyonya." Ia semakin mendekat, tangan yang ada di atas kepalaku turun ke bawah, kemudian tubuhnya sedikit menjorok ke depan hingga membuat aroma maskulin tubuhnya tercium sempurna. Aku memejamkan mata. Berpikir, mungkin dia akan merengkuh dan memelukku. 
last updateLast Updated : 2021-12-21
Read more

Kesalahan Termanis

Hening.  Andai Mama ada di sini. Mataku berkilauan, dengan wajah yang sudah memanas. Membayangkan sekali lagi, andai saja sekarang Mama duduk di hadapanku, menatapku dengan penuh kasih, memberikan sejuta nasihatnya. Pasti aku tidak akan semenderita ini. Menghadapi setiap masalah pelik sendiri.  Kutarik napas panjang, dan kembali menghembuskannya secara kasar. Aku menggelengkan kepala dan meremas rambutku sendiri. Kututup wajah dengan kedua tangan, dan berulang kali menarik napas, berusaha memberi kelonggaran hati yang terasa semakin sempit, sesak, dan terasa perih....  Tarikan napas panjang terahir di barengi air mata yang luruh ke pipi, menyisakan luka dan kerinduan yang kian menjadi.  "Mama ..., " lirih kuucapkan kata itu.  "Mama," sekali lagi bibirku berucap.  Terbayang saat ia memeluk tubuh ini erat, mencium kening ini hangat, celotehnya saat aku pulang larut malam. Pada saat itu aku kesal dan marah, t
last updateLast Updated : 2021-12-21
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status