All Chapters of Pernikahan di Balik Skandal: Chapter 81 - Chapter 90

183 Chapters

81. Berkenalan dengan Darwin

“Niel, sudah bangun?” Daniel sudah membuka matanya setelah semalaman tidur dengan tidak banyak gerakan tubuh semacam gasing seperti biasanya. Celoteh Daniel itu memang tidak terdengar jelas namun sangat jelas kalau itu semua diucapkan dengan gembira. “Daddy di sini. Niel kangen?” Celoteh itu mulai terdengar lagi. Sesekali dengan nada tinggi yang terdengar seperti omelan. Dexter tertawa, anaknya itu malah lebih cerewet daripada istrinya. Eve hampir tidak pernah mengomel, tetapi anaknya suka mengomel. Dexter masih sibuk membuat susu untuk Daniel. Eve sudah berpesan untuk mencoba memberi Daniel susu saat anak itu sudah bangun. Dokter akan melepas infusnya kalau Daniel sudah mau minum susu dan tidak kekurangan cairan lagi. “Maaf, Daddy sibuk kerja. Itu gara-gara Mommy. Mommy bikin Daddy kangen, Niel. Biar Daddy tidak terlalu kangen Mommy, jadi Daddy kerja terus. Niel jangan marah ya. Minum susunya dulu.” Daniel menerima botol susunya denga
Read more

82. Darwin Itu...

Darwin tidak pernah menganggap dirinya sebagai teman Eve, dia lebih dari itu. Dia juga tidak pernah menganggap dirinya sebagai kekasih Eve, dia lebih dari itu. Darwin tidak pernah menganggap dirinya sebagai saudara Eve, dia lebih dari itu. Darwin adalah belahan jiwa Eve. Eve adalah separuh napas Darwin. Entah apakah itu pengertian dari cinta atau sayang, yang pasti Darwin merasa sangat bersalah pada Eve saat ini. Dia ingin memeluknya kemarin saat Eve datang dan memintanya memeriksa Daniel. Dia ingin mencekik suaminya yang sangat sibuk sampai tidak sempat bertemu Eve dan Daniel selama hampir 1 minggu. Dan yang baru Darwin sadari, dia mau dan sanggup menggantikan posisi Dexter di tempatnya berdiri sekarang. Reveline dan Darwin sama-sama lahir dari keluarga berada yang harus menjalankan semua kewajiban yang terasa berat. Anak pertama dari keluarga yang cukup sukses di bidangnya masing-masing sampai harus membuat anak-anak mereka melanjutkan jejak keluarga. Beber
Read more

83. Menjaga Wanitanya

Dexter tidak mau makan di luar rumah sakit atau di kantin rumah sakit. Dia tidak mau Eve membelikannya makanan, akhirnya menyuruh sopirnya datang hanya untuk membelikannya makanan dan mengantar pakaian ganti untuknya. Dan dia hanya mau makan di dalam kamar perawatan Daniel. Dia juga tidak mau mandi sampai orang tuanya datang menjenguk. Untung saja, dia tidak menolak menyikat giginya dan mencuci wajahnya yang mulai kusut. Dia hanya duduk dan mengawasi Eve agar istrinya tidak ke mana-mana.Konyolnya, Dexter tidak merasa dia cemburu pada siapapun. Ibaratnya seekor harimau, dia hanya menjaga daerah kekuasaannya, menjaga betinanya, menjaga keturunannya, hanya itu. Dia mau semuanya utuh, kekuasaannya, wanitanya, dan keturunannya, karena dia tetaplah rajanya.Dexter memang mengurus semuanya. Dia mengabari kedua orang tuanya dan kedua mertuanya tentang keadaan Daniel. Mertuanya sudah tidak akan berkunjung lagi, tinggal menunggu mereka pulang. Orang tuanya sendiri akan datang s
Read more

84. Sebuah Cerita

Aksa dan Diana sudah pulang setelah Dexter selesai mandi. Memang mereka agak bingung mengapa mandi saja harus menunggu mereka. Setelah Dexter berbisik pada ayahnya, pria setengah baya itu mengangguk, melirik Eve lalu duduk sambil melihat istrinya bermain dengan Daniel. “Jadi jelaskan hubunganmu dengan Darwin,” kata Dexter pada Eve. Sekarang Daniel sudah duduk di pangkuan Dexter, mereka menonton acara kartun penuh warna untuk bayi. Bayi itu sekilas mendongak ke Dexter lalu menatap televisi sambil berceloteh. “Kami teman akrab.” Eve masih menata barang-barang keperluan Daniel di dalam tas, bersiap untuk pulang nanti sore. “Seakrab apa?” “Seakrab aku dengan Ari dan Ana.” Dexter mulai ingat, Ari dan Ana sempat menyebut nama Darwin saat mereka bertemu. Darwin, si dokter anak, di Jakarta, fakta yang jelas. Makanya dia ingat sekilas siapa Darwin itu. Instingnya mengatakan Darwin dan Eve memiliki hubungan yang lebih akrab dari itu. “Kalian ber
Read more

85. Dia Felix

Felix membuka lagi lipatan kertas dalam genggamannya. Ini sudah yang ketiga kalinya. Ini memang konyol, untuk apa dibaca terus-terusan kalau isinya tidak akan berubah. Tetapi dia ingin memastikannya lagi. “Your flight ticket to Jakarta for the day after tomorrow has been issued. Tomorrow you don’t need to work, you need to prepare yourself. But tonight is your overtime work. (Tiket pesawatmu ke Jakarta untuk besok lusa sudah dipesan. Besok tidak perlu kerja, kamu perlu siap-siap. Tetapi malam ini kamu harus lembur),” kata Vijay, Direktur Wongso Construction cabang Singapore yang menggantikan Dexter. “I don’t need to prepare anything (Aku tidak perlu menyiapkan apapun).” Felix terkekeh. Seingatnya tidak ada barang-barangnya tidak terlalu banyak, satu koper besar saja mungkin masih belum bisa penuh terisi. “You can continue your work now (Kamu bisa melanjutkan pekerjaanmu sekarang).” “Thank you for your help, Sir (Terima kasih atas bantuanmu, Tuan),” ka
Read more

86. Ini Rahasia, Felix

Sejak Senin sore, Daniel sudah pulang dari rumah sakit. Sudah 4 malam, Daniel tidur di kamarnya sendiri. Rupanya anak itu lebih menyukai bermain-main di luar daripada di kamarnya jika belum waktunya tidur. Eve dan Dexter masih tidur di kamar terpisah, tetapi Dexter sudah lebih bebas mengunjungi kamar Daniel yang berada di sebelah kamar Eve saat sudah pulang kerja atau saat malam Daniel akan tidur. Tampaknya anak itu tidak keberatan Daddy tidak menemaninya untuk minum susu dan tidur kembali di tengah malam asalkan masih dikunjungi atau ditemani, entah itu sore atau malam. Daniel sempat dimandikan Dexter sepulangnya dari rumah sakit dan sore keesokan harinya. Anak itu menyukainya. Dexter sudah berpesan pada Nanny akan memandikan Daniel jika dia ada waktu. Buat Dexter, memandikan Daniel itu perwujudan ‘menyelam sambil minum air’, dia bisa melepas rindunya pada Daniel sekaligus melihat kamar Eve karena Daniel mandi di kamar mandi di kamar tidur Eve. Kamar Eve itu
Read more

87. Eve Belum Pulang

Dexter mendengar ketukan beberapa kali di pintunya. Dia hampir saja tertidur di meja kamar yang dipakainya kerja saat waktu menunjukkan pukul 1 pagi. Berkas yang dibacanya barusan masih tercecer di meja. Sama seperti sebelumnya, tidur tanpa memeluk Eve itu memang disadarinya sangat sulit, mungkin karena dia sudah terbiasa, seperti perasaan seseorang pada gulingnya. Tetapi sejak Eve selalu menggenggam tangannya di bawah meja, dia menjadi lebih mudah tertidur. Tetap saja yang paling nyaman adalah memeluk Eve. Dexter membuka pintu kamarnya. Dia bisa mendengar suara wanita yang memanggilnya dan menebak orangnya. Berbeda dengan Eve, Dexter lebih mudah bangun jika mendengar suara-suara, Eve sulit sekali bangun saat sudah tertidur. “Iya?” “Maaf ganggu. Daniel baru bangun minta susu. Sudah saya buatkan tetapi masih tidak mau minum susunya.” Maya menggendong Daniel yang tampak tidak nyaman. Tangan satunya memegang botol susu. Maya tampak kesulitan membagi tuga
Read more

88. Ingin Pelukan

Meskipun Felix dan Saskia sudah pergi, Eve masih harus melanjutkan pekerjaannya sedikit lagi. Dia sudah memotret berkas yang sedari tadi mencurigakan, lalu menggabungkannya dengan file lain yang diperiksa secara silang dari penyimpanan data Wongso Conctructions. Tidak banyak yang mengetahui kalau bisnis Keluarga Daveno dan Wongso memang saling berkaitan. Mereka memulai bisnis bersama, bertumbuh bersama dan sukses bersama. Harta mereka pun otomatis saling berkaitan, saling memiliki saham di usaha masing-masing untuk saling menjaga harta mereka. Tentu saja kecuali The Daveno Market, bisnis yang satu itu masih dikuasai Evita. Orang-orang di luar hanya memandang mereka sebagai dua perusahaan raksasa yang saling bekerja sama. Memiliki saham di saingan itu hal biasa, tetapi tidak akan seerat Keluarga Daveno dan Wongso. Siapapun dalang dari semua hal yang terjadi sekarang, pastilah tidak mengerti semua itu, tanpa sengaja membuat lubang di Asterix dan satu titik meng
Read more

89. Kembali

Eve terbangun lebih dulu saat alarm ponselnya berteriak dan menunjukkan pukul 5, ingat untuk memeriksa tugasnya dan memastikan sesuatu. Dexter masih berada di sebelahnya, melingkarkan lengan besarnya di perut Eve dan mengait kakinya di kaki Eve. Benar-benar tindihan yang berat dan sulit dipindahkan.“Ex, aku harus bangun dan mandi,” bisik Eve di telinga Dexter. Kepala Dexter sudah jatuh di ceruk leher Eve, hembusan napasnya pun bisa terasa.“Hmmm.” Dexter mudah bangun saat tidur.Eve melirik ke sebelahnya, Daniel sudah tidak ada. Pasti semalam Dexter memindahkan Daniel kembali ke ranjangnya sendiri. Eve ingat ada jeda saat dia merasakan tubuh kekar yang melingkupinya dengan kehangatan itu menghilang.“Daniel?”“Pindah.” Dexter masih dalam posisi membelit yang sama, hanya bersuara tanpa membuka mata.“Ex, bangun,” kata Eve. Jarinya mencubit perut Dexter yang hampir tidak memiliki bun
Read more

90. Eve Butuh Felix

“Maaf, Pak. Saya harus keluar sekarang,” bisik Felix pada Dexter. Kala itu mereka ada di dalam rapat dengan bagian keuangan untuk menyusun rencana anggaran bulan Desember di departemen yang dibawahi Dexter. “Ada apa?” tanya Dexter. Dia tidak suka rapatnya diganggu. “Direktur Utama panggil saya.” Felix tampak tidak tenang, ingin kabur dari ruangan rapat. Direktur Utama memanggil itu artinya pasti ada urusan yang sangat penting, lebih penting daripada rapat. “Kenapa kamu dipanggil?” Itu sebenarnya pertanyaan yang tidak perlu, mungkin saja Felix tidak bisa menebak untuk apa. “Mereka tidak bilang, Pak.” Ternyata benar dugaan Dexter. “Baiklah. Kalau apa yang kamu kerjakan melebihi jam 5, kamu bisa langsung pulang.” Felix mengangguk. Berarti tidak ada lembur malam ini. Tetapi pekerjaan yang diberi oleh Eve kemarin itu cukup menyenangkan meskipun cukup menyita waktu dan tenaganya. Dia segera keluar dari ruangan rapat dan pergi ke ruangan dire
Read more
PREV
1
...
7891011
...
19
DMCA.com Protection Status