Meskipun Felix dan Saskia sudah pergi, Eve masih harus melanjutkan pekerjaannya sedikit lagi. Dia sudah memotret berkas yang sedari tadi mencurigakan, lalu menggabungkannya dengan file lain yang diperiksa secara silang dari penyimpanan data Wongso Conctructions.
Tidak banyak yang mengetahui kalau bisnis Keluarga Daveno dan Wongso memang saling berkaitan. Mereka memulai bisnis bersama, bertumbuh bersama dan sukses bersama. Harta mereka pun otomatis saling berkaitan, saling memiliki saham di usaha masing-masing untuk saling menjaga harta mereka. Tentu saja kecuali The Daveno Market, bisnis yang satu itu masih dikuasai Evita.
Orang-orang di luar hanya memandang mereka sebagai dua perusahaan raksasa yang saling bekerja sama. Memiliki saham di saingan itu hal biasa, tetapi tidak akan seerat Keluarga Daveno dan Wongso.
Siapapun dalang dari semua hal yang terjadi sekarang, pastilah tidak mengerti semua itu, tanpa sengaja membuat lubang di Asterix dan satu titik meng
Terima kasih sudah membaca novel ini. Semoga kalian suka. Ditunggu komentar, saran dan kritiknya. Hug and kiss, Josie.
Eve terbangun lebih dulu saat alarm ponselnya berteriak dan menunjukkan pukul 5, ingat untuk memeriksa tugasnya dan memastikan sesuatu. Dexter masih berada di sebelahnya, melingkarkan lengan besarnya di perut Eve dan mengait kakinya di kaki Eve. Benar-benar tindihan yang berat dan sulit dipindahkan.“Ex, aku harus bangun dan mandi,” bisik Eve di telinga Dexter. Kepala Dexter sudah jatuh di ceruk leher Eve, hembusan napasnya pun bisa terasa.“Hmmm.” Dexter mudah bangun saat tidur.Eve melirik ke sebelahnya, Daniel sudah tidak ada. Pasti semalam Dexter memindahkan Daniel kembali ke ranjangnya sendiri. Eve ingat ada jeda saat dia merasakan tubuh kekar yang melingkupinya dengan kehangatan itu menghilang.“Daniel?”“Pindah.” Dexter masih dalam posisi membelit yang sama, hanya bersuara tanpa membuka mata.“Ex, bangun,” kata Eve. Jarinya mencubit perut Dexter yang hampir tidak memiliki bun
“Maaf, Pak. Saya harus keluar sekarang,” bisik Felix pada Dexter. Kala itu mereka ada di dalam rapat dengan bagian keuangan untuk menyusun rencana anggaran bulan Desember di departemen yang dibawahi Dexter. “Ada apa?” tanya Dexter. Dia tidak suka rapatnya diganggu. “Direktur Utama panggil saya.” Felix tampak tidak tenang, ingin kabur dari ruangan rapat. Direktur Utama memanggil itu artinya pasti ada urusan yang sangat penting, lebih penting daripada rapat. “Kenapa kamu dipanggil?” Itu sebenarnya pertanyaan yang tidak perlu, mungkin saja Felix tidak bisa menebak untuk apa. “Mereka tidak bilang, Pak.” Ternyata benar dugaan Dexter. “Baiklah. Kalau apa yang kamu kerjakan melebihi jam 5, kamu bisa langsung pulang.” Felix mengangguk. Berarti tidak ada lembur malam ini. Tetapi pekerjaan yang diberi oleh Eve kemarin itu cukup menyenangkan meskipun cukup menyita waktu dan tenaganya. Dia segera keluar dari ruangan rapat dan pergi ke ruangan dire
17 November 2018, 09.20 WIB. Ruang pertemuan mewah dan besar di dalam gedung Wongso Constructions telah terisi 16 orang undangan dari dewan direksi dan beberapa pemegang saham besar. Sabtu merupakan hari di akhir minggu yang menjadi hari libur bagi siapapun. Tetapi menjadi hari rapat direksi terbatas tertutup. Semuanya serba mendadak. Sejak melangkahkan kaki di ruang rapat, Dexter tidak sedikit pun berbicara pada Felix dan Felix juga tampaknya tidak tertarik untuk mendekati Dexter. Tidak banyak orang yang mengetahui bagaimana lelahnya Felix mengerjakan semuanya bersama Eve, meskipun semua mata bisa melihat keadaan Felix yang terlihat lelah dan tidak rapi. Felix dan Eve bahkan masih memakai pakaian yang sama sejak kemarin, hanya bisa mandi sebentar. Samar-samar Dexter yang duduk di sebelah Aksa mendengar bisikan Felix, “Eve sudah di sini. Kami hampir siap. Bapak bisa mulai sekarang.” “Maaf, untuk undangan yang sifatnya mendadak hari ini. Terima kasih u
“Bisa jadi daftar nama perusahaan itu sebenarnya adalah daftar perusahaan yang ikut konspirasi ini. Apa mungkin anda memiliki kepentingan sehingga ingin menutupi keterlibatan departemen konstruksi atas masalah ini?”“Itu juga yang saya pikirkan. Dalangnya tidak hanya ingin menjatuhkan perusahaan tetapi ingin menjatuhkan anggota Keluarga Wongso yang bekerja di sini. Tetapi coba perhatikan tanggal-tanggal yang tertera pada semua bukti yang saya kumpulkan. Daftar itu dibuat 3 tahun lalu dan berhenti diperbaharui sekitar 1 tahun lalu, dan mulai diperbaharui lagi sejak 2 hari lalu. Tidak mungkin tidak ada perusahaan yang melakukan kesalahan pada Wongso lagi, bukan? Dan sejak setahun yang lalu, korupsi berkedok penyuapan ini dimulai. Ibu Farah tidak penasaran mengapa begitu?”Eve memang mengenal beberapa nama pemegang saham yang ada di ruang rapat itu. Dia pernah bertemu dalam acara perusahaan atau acara pribadi.“Kenapa?”&l
Maya tidak memiliki banyak pilihan, selain menunggu siapapun yang pulang duluan ke rumah, Eve atau Dexter. Hari ini adalah janji temu untuk imunisasi Daniel yang sudah berumur 4 bulan tetapi Mommy dan Daddy-nya mungkin lupa. Dan Maya tidak bisa menyalahkan mereka berdua. Mommy Daniel tampak sangat sibuk. Pagi-pagi sudah berangkat dan pulang sebelum makan malam lalu melanjutkan pekerjaannya di dalam kamar kerja. Tetapi wanita itu sudah sangat berusaha, bekerja sambil menggendong Daniel. Hanya saja semalam dia tidak pulang. Pagi tadi Maya hanya menemukan Daniel digendong Daddy dan bersiap mandi. Daddy Daniel itu tampaknya terasing, sebagian aksesnya dibatasi, termasuk akses untuk menempel pada istrinya seperti yang biasa dilakukannya. Akses untuk lebih dekat dengan Daniel juga menjadi terbatas karena mereka tidak tinggal dalam satu kamar. Padahal Maya merasa senang juga saat hari sebelumnya dia melihat Mommy dan Daddy Daniel berciuman dari celah pintu p
Darwin memang kecewa tidak mendapati Eve, hanya Dexter yang masuk ke ruangannya sambil menggendong Daniel. Bayi itu sudah bisa mengangkat kepalanya dengan baik dan biasanya juga sudah mulai berusaha duduk. “Daniel, sudah sehat?” tanya Darwin dari kursinya. Tangannya mencatat. “Seperti yang dokter lihat,” sahut Dexter. Dia sudah berusaha membuat suaranya setenang mungkin, tetapi itu sangat sulit. “Jadi hari ini jadwal imunisasi dasar Daniel. Sudah terlambat ya.” Darwin membuka buku yang diberikan oleh Nanny, buku yang diberikan oleh dokter Daniel di Singapura. “Iya, jadwalnya sama dengan waktu kita pulang jadi terpaksa dibatalkan.” Daniel terlihat tidak tenang duduk diam. Dia menepuk-nepukkan tumitnya pada paha Dexter dengan keras, pertanda dia ingin digendong sambil berjalan. “Aku tidak bisa duduk. Daniel ingin digendong sambil berjalan.” Dexter bangkit berdiri diikuti mata Darwin yang mengawasinya. Daniel mengoceh dengan ceria.
Membawa dua ibu-ibu setengah baya bersama dengan Dexter itu lumayan merepotkan. Ternyata ibu-ibu itu tidak tahan godaan mall. Rita dan Maya meminta mereka mampir ke mall yang berada di sebelah Asterix Medical Center. Kedua gedung itu terhubung oleh jembatan ber-AC yang tampak modern dan nyaman sepanjang sekitar 300 meter. Bisa ditebak, Asterix Platinum Mall juga salah satu rantai mall yang dimiliki Asterix Group. Bayi itu memang benar-benar bisa menyerap emosi orang tuanya. Dexter mencoba tidak merasakan kecemasan dan kekesalannya sebelum bertemu Darwin. Biasanya dia tidak akan ragu-ragu menyerang seseorang dengan tenaga atau kata-katanya, tetapi sekarang itu tidak ingin dilakukannya, tanpa alasan yang jelas. Dan saat itu Daniel menempel padanya seperti magnet dengan besi. Anehnya, Daniel sudah mau digendong bergantian antara Nanny dan neneknya jadi beban Dexter lumayan berkurang. Meskipun begitu, Dexter lebih banyak menggendong Daniel. Pasti bayi itu sudah bisa mera
Hal pertama yang ditanyakan Dexter sesampainya di rumah adalah di mana Eve berada karena kamar Eve kosong, begitu juga kamar Daniel. Sialnya para pekerja di sana juga tidak mengetahui di mana Eve berada. Tidak mungkin Eve ada di kamar Dexter. Dia sempat memaki dengan kesadaran penuh karena bingung mencari di ruangan yang banyak dan halaman seluas Rumah Besar D. Seharusnya namanya rumah raksasa D bukan cuma rumah besar. Luas rumah ini sepertinya ada 2 kali rumah keluarga Wongso yang sudah sangat besar, namun tanah kediaman Keluarga Daveno itu sangat luas. Tanah kosong itu dibuat menjadi hutan dan taman buatan yang melingkari danau buatan di belakang rumah. Saat sudah capek berkeliling, dia akhirnya berpamitan pada ibu mertuanya dan Maya yang sedang sibuk di dapur untuk menyiapkan makan malam. Dia membawa Daniel masuk ke kamarnya sendiri. Tanpa peduli kedua wanita itu memandangnya dengan pandangan kasihan. “Niel baik-baik aja habis imunisasi ya? Maaf, Mommy ket