Darwin tidak pernah menganggap dirinya sebagai teman Eve, dia lebih dari itu. Dia juga tidak pernah menganggap dirinya sebagai kekasih Eve, dia lebih dari itu. Darwin tidak pernah menganggap dirinya sebagai saudara Eve, dia lebih dari itu. Darwin adalah belahan jiwa Eve. Eve adalah separuh napas Darwin.
Entah apakah itu pengertian dari cinta atau sayang, yang pasti Darwin merasa sangat bersalah pada Eve saat ini. Dia ingin memeluknya kemarin saat Eve datang dan memintanya memeriksa Daniel. Dia ingin mencekik suaminya yang sangat sibuk sampai tidak sempat bertemu Eve dan Daniel selama hampir 1 minggu. Dan yang baru Darwin sadari, dia mau dan sanggup menggantikan posisi Dexter di tempatnya berdiri sekarang.
Reveline dan Darwin sama-sama lahir dari keluarga berada yang harus menjalankan semua kewajiban yang terasa berat. Anak pertama dari keluarga yang cukup sukses di bidangnya masing-masing sampai harus membuat anak-anak mereka melanjutkan jejak keluarga.
Beber
Terima kasih sudah membaca novel ini. Semoga kalian suka dan bisa menikmati. That's Darwin! Hug and kiss, Josie.
Dexter tidak mau makan di luar rumah sakit atau di kantin rumah sakit. Dia tidak mau Eve membelikannya makanan, akhirnya menyuruh sopirnya datang hanya untuk membelikannya makanan dan mengantar pakaian ganti untuknya. Dan dia hanya mau makan di dalam kamar perawatan Daniel. Dia juga tidak mau mandi sampai orang tuanya datang menjenguk. Untung saja, dia tidak menolak menyikat giginya dan mencuci wajahnya yang mulai kusut. Dia hanya duduk dan mengawasi Eve agar istrinya tidak ke mana-mana.Konyolnya, Dexter tidak merasa dia cemburu pada siapapun. Ibaratnya seekor harimau, dia hanya menjaga daerah kekuasaannya, menjaga betinanya, menjaga keturunannya, hanya itu. Dia mau semuanya utuh, kekuasaannya, wanitanya, dan keturunannya, karena dia tetaplah rajanya.Dexter memang mengurus semuanya. Dia mengabari kedua orang tuanya dan kedua mertuanya tentang keadaan Daniel. Mertuanya sudah tidak akan berkunjung lagi, tinggal menunggu mereka pulang. Orang tuanya sendiri akan datang s
Aksa dan Diana sudah pulang setelah Dexter selesai mandi. Memang mereka agak bingung mengapa mandi saja harus menunggu mereka. Setelah Dexter berbisik pada ayahnya, pria setengah baya itu mengangguk, melirik Eve lalu duduk sambil melihat istrinya bermain dengan Daniel. “Jadi jelaskan hubunganmu dengan Darwin,” kata Dexter pada Eve. Sekarang Daniel sudah duduk di pangkuan Dexter, mereka menonton acara kartun penuh warna untuk bayi. Bayi itu sekilas mendongak ke Dexter lalu menatap televisi sambil berceloteh. “Kami teman akrab.” Eve masih menata barang-barang keperluan Daniel di dalam tas, bersiap untuk pulang nanti sore. “Seakrab apa?” “Seakrab aku dengan Ari dan Ana.” Dexter mulai ingat, Ari dan Ana sempat menyebut nama Darwin saat mereka bertemu. Darwin, si dokter anak, di Jakarta, fakta yang jelas. Makanya dia ingat sekilas siapa Darwin itu. Instingnya mengatakan Darwin dan Eve memiliki hubungan yang lebih akrab dari itu. “Kalian ber
Felix membuka lagi lipatan kertas dalam genggamannya. Ini sudah yang ketiga kalinya. Ini memang konyol, untuk apa dibaca terus-terusan kalau isinya tidak akan berubah. Tetapi dia ingin memastikannya lagi. “Your flight ticket to Jakarta for the day after tomorrow has been issued. Tomorrow you don’t need to work, you need to prepare yourself. But tonight is your overtime work. (Tiket pesawatmu ke Jakarta untuk besok lusa sudah dipesan. Besok tidak perlu kerja, kamu perlu siap-siap. Tetapi malam ini kamu harus lembur),” kata Vijay, Direktur Wongso Construction cabang Singapore yang menggantikan Dexter. “I don’t need to prepare anything (Aku tidak perlu menyiapkan apapun).” Felix terkekeh. Seingatnya tidak ada barang-barangnya tidak terlalu banyak, satu koper besar saja mungkin masih belum bisa penuh terisi. “You can continue your work now (Kamu bisa melanjutkan pekerjaanmu sekarang).” “Thank you for your help, Sir (Terima kasih atas bantuanmu, Tuan),” ka
Sejak Senin sore, Daniel sudah pulang dari rumah sakit. Sudah 4 malam, Daniel tidur di kamarnya sendiri. Rupanya anak itu lebih menyukai bermain-main di luar daripada di kamarnya jika belum waktunya tidur. Eve dan Dexter masih tidur di kamar terpisah, tetapi Dexter sudah lebih bebas mengunjungi kamar Daniel yang berada di sebelah kamar Eve saat sudah pulang kerja atau saat malam Daniel akan tidur. Tampaknya anak itu tidak keberatan Daddy tidak menemaninya untuk minum susu dan tidur kembali di tengah malam asalkan masih dikunjungi atau ditemani, entah itu sore atau malam. Daniel sempat dimandikan Dexter sepulangnya dari rumah sakit dan sore keesokan harinya. Anak itu menyukainya. Dexter sudah berpesan pada Nanny akan memandikan Daniel jika dia ada waktu. Buat Dexter, memandikan Daniel itu perwujudan ‘menyelam sambil minum air’, dia bisa melepas rindunya pada Daniel sekaligus melihat kamar Eve karena Daniel mandi di kamar mandi di kamar tidur Eve. Kamar Eve itu
Dexter mendengar ketukan beberapa kali di pintunya. Dia hampir saja tertidur di meja kamar yang dipakainya kerja saat waktu menunjukkan pukul 1 pagi. Berkas yang dibacanya barusan masih tercecer di meja. Sama seperti sebelumnya, tidur tanpa memeluk Eve itu memang disadarinya sangat sulit, mungkin karena dia sudah terbiasa, seperti perasaan seseorang pada gulingnya. Tetapi sejak Eve selalu menggenggam tangannya di bawah meja, dia menjadi lebih mudah tertidur. Tetap saja yang paling nyaman adalah memeluk Eve. Dexter membuka pintu kamarnya. Dia bisa mendengar suara wanita yang memanggilnya dan menebak orangnya. Berbeda dengan Eve, Dexter lebih mudah bangun jika mendengar suara-suara, Eve sulit sekali bangun saat sudah tertidur. “Iya?” “Maaf ganggu. Daniel baru bangun minta susu. Sudah saya buatkan tetapi masih tidak mau minum susunya.” Maya menggendong Daniel yang tampak tidak nyaman. Tangan satunya memegang botol susu. Maya tampak kesulitan membagi tuga
Meskipun Felix dan Saskia sudah pergi, Eve masih harus melanjutkan pekerjaannya sedikit lagi. Dia sudah memotret berkas yang sedari tadi mencurigakan, lalu menggabungkannya dengan file lain yang diperiksa secara silang dari penyimpanan data Wongso Conctructions. Tidak banyak yang mengetahui kalau bisnis Keluarga Daveno dan Wongso memang saling berkaitan. Mereka memulai bisnis bersama, bertumbuh bersama dan sukses bersama. Harta mereka pun otomatis saling berkaitan, saling memiliki saham di usaha masing-masing untuk saling menjaga harta mereka. Tentu saja kecuali The Daveno Market, bisnis yang satu itu masih dikuasai Evita. Orang-orang di luar hanya memandang mereka sebagai dua perusahaan raksasa yang saling bekerja sama. Memiliki saham di saingan itu hal biasa, tetapi tidak akan seerat Keluarga Daveno dan Wongso. Siapapun dalang dari semua hal yang terjadi sekarang, pastilah tidak mengerti semua itu, tanpa sengaja membuat lubang di Asterix dan satu titik meng
Eve terbangun lebih dulu saat alarm ponselnya berteriak dan menunjukkan pukul 5, ingat untuk memeriksa tugasnya dan memastikan sesuatu. Dexter masih berada di sebelahnya, melingkarkan lengan besarnya di perut Eve dan mengait kakinya di kaki Eve. Benar-benar tindihan yang berat dan sulit dipindahkan.“Ex, aku harus bangun dan mandi,” bisik Eve di telinga Dexter. Kepala Dexter sudah jatuh di ceruk leher Eve, hembusan napasnya pun bisa terasa.“Hmmm.” Dexter mudah bangun saat tidur.Eve melirik ke sebelahnya, Daniel sudah tidak ada. Pasti semalam Dexter memindahkan Daniel kembali ke ranjangnya sendiri. Eve ingat ada jeda saat dia merasakan tubuh kekar yang melingkupinya dengan kehangatan itu menghilang.“Daniel?”“Pindah.” Dexter masih dalam posisi membelit yang sama, hanya bersuara tanpa membuka mata.“Ex, bangun,” kata Eve. Jarinya mencubit perut Dexter yang hampir tidak memiliki bun
“Maaf, Pak. Saya harus keluar sekarang,” bisik Felix pada Dexter. Kala itu mereka ada di dalam rapat dengan bagian keuangan untuk menyusun rencana anggaran bulan Desember di departemen yang dibawahi Dexter. “Ada apa?” tanya Dexter. Dia tidak suka rapatnya diganggu. “Direktur Utama panggil saya.” Felix tampak tidak tenang, ingin kabur dari ruangan rapat. Direktur Utama memanggil itu artinya pasti ada urusan yang sangat penting, lebih penting daripada rapat. “Kenapa kamu dipanggil?” Itu sebenarnya pertanyaan yang tidak perlu, mungkin saja Felix tidak bisa menebak untuk apa. “Mereka tidak bilang, Pak.” Ternyata benar dugaan Dexter. “Baiklah. Kalau apa yang kamu kerjakan melebihi jam 5, kamu bisa langsung pulang.” Felix mengangguk. Berarti tidak ada lembur malam ini. Tetapi pekerjaan yang diberi oleh Eve kemarin itu cukup menyenangkan meskipun cukup menyita waktu dan tenaganya. Dia segera keluar dari ruangan rapat dan pergi ke ruangan dire
“Kamu sudah mendapat 4 bulan cutimu, Eve. Kapan mau mulai kerja sungguhan?” tanya Erick. Sejak kehamilan Eve menginjak 8 bulan sampai Raven berusia 3 bulan, Eve mengerjakan semuanya dari rumah, kadang datang untuk rapat-rapat atau urusan penting lainnya, mungkin hanya 2-3 kali dalam seminggu. Tetapi Erick harus mengakui semua berjalan lancar di tangan Eve, seperti biasanya, tanpa cela. “Papa harus mulai memberikan Rana tanggung jawab yang lebih besar.” Adik lelaki Eve sudah datang dari Amerika Serikat 6 bulan yang lalu dan Eve mengajarinya dengan telaten. Rana juga bukannya tidak berpengalaman karena dia juga bekerja di sebuah perusahaan rekanan Angkasa Wongso di New York sembari menyelesaikan kuliah S2-nya. Eve hanya memperkenalkan aturan dan cara kerja mereka di Asterix Grup karena Asterix lebih besar dan lebih luas. “Aku akan berikan, tetapi jabatanmu tetap sama, tidak bisa diisi orang lain. Makanya lahirkan anak lagi supaya keluarga kita akan makin besar.
Angin semilir di taman samping membuat Eve membetulkan roknya yang sedikit berkibar. Pinggiran rok itu dia selipkan di bawah pahanya yang sedang berada di atas kursi taman dari batu yang berbentuk kursi. Beberapa daun tampak berjatuhan, membuat rumputnya yang kehijauan berbercak kekuningan. Bunga-bunga di saat-saat seperti ini juga tumbuh bermekaran meskipun kebanyakan di antaranya selalu ada yang mekar tanpa mengenal waktu sepanjang tahun. Semalam hujan jadi tanah masih terlihat sedikit basah pagi ini dengan cuaca yang cukup hangat. Eve lebih suka cuaca lebih dingin dari ini karena dia juga malas kulitnya yang terlalu putih itu terasa seperti tersengat berada di bawah terik sinar matahari. Namun demi untuk menjemur Raven, dia rela membiarkan kulitnya terkena sinar matahari pukul 8 pagi yang katanya menyehatkan. Tanaman di taman ini semakin banyak dari hari ke hari. Maria terus saja menambahkan tanaman-tanaman hias dan berbagai macam bunga setiap kali d
Eve membuka kotak berpita seukuran kotak gaun di hadapannya itu saat pesta usai 30 menit yang lalu. Semua tamu sudah pulang meninggalkan tuan rumah dalam kelelahan dan kebahagiaan. Kotak berwarna perak itu adalah kado pemberian Dexter sebagai ucapan terima kasihnya sudah menemani hidupnya dalam 2 tahun ini. Itu waktu yang singkat, tetapi mengingat mereka memiliki sejarah percintaan yang cukup panjang, rasanya ini juga hadiahnya atas masuknya Eve kembali dalam relung hatinya dan kesediaan wanita itu kembali ke dalam hidupnya. Dexter sebenarnya sedang memperhatikan Eve yang memegang dan membuka kotak itu dengan perlahan seakan waktu berjalan dengan sangat lambat. Tetapi memang dia harus bersabar seperti Eve bersabar menghadapi dirinya dulu. Eve mengeluarkan kertas yang berada dalam balutan plastik yang membungkusnya, menjaga rapuhnya kertas itu. “Kamu seorang Wongso, Love.” Kertas yang mengubah nama Eve dengan tambahan nama Wongso di belakangnya sudah a
4 Maret 2020 Eve sedang duduk di meja riasnya. Lelah, itu yang dirasakannya. Senang, itu perasaannya. Seorang wanita muda berdiri di belakang Eve dan tersenyum. “Kamu cantik, Eve.” “Terima kasih. Perut ini makin berat dan aku makin sering lelah, Aze.” Kandungan Eve sudah menginjak usia 5 bulan. Aze mengangguk. Dia juga ingat betapa besar perutnya saat itu, hampir2 tahun lalu. Eve yang jarang mengeluh juga akhirnya meloloskan keluhan juga, tidak salah, menjadi wanita hamil itu tidak mudah. Seingat Aze, hanya Eve yang selalu ada bersamanya, meredakan semua keluhannya, melakukan semua keinginannya, tentu dengan syarat-syarat, Eve memang selalu licik begitu. “Pesta memang merepotkan untuk wanita hamil,”sahut Aze. “Lebih enak berkeliling mall?” tanya Eve sambil tersenyum. Aze tertawa lirih dan mengangguk. Mereka akan segera menghadiri pesta perayaan perkawinan Dexter dan Eve yang kedua. Eve keberatan sebenarnya, perutnya yang makin
Sudah sejak awal Aksa merasa bersalah menyembunyikan semua fakta tentang Rosalind dan Reveline dari wanita yang dianggap sebagai ibunya sendiri. Evita tidak memiliki hubungan darah dengan Aksa tetapi mereka sudah sangat dekat. Pelan-pelan Aksa menceritakan masalah Rosalind sampai kehadiran Reveline pada Evita setelah kematian Rosalind. Selama ini Rosalind yang melarang melibatkan Keluarga Daveno dalam hal apa pun untuk melindungi keluarga itu. Aksa sangat mengerti bagaimana sifat Evita, wanita tua yang keras namun penyayang dan cukup bijaksana menilai semua hal. Evita tidak menyalahkan siapa pun. Dia hanya menyesali jalan hidup anaknya dan wanita yang dicintainya berakhir seperti sekarang. Namun yang paling besar adalah penyesalannya terhadap Reveline yang tidak bisa menjadi seorang Daveno. Evita dan Albert datang mengunjungi Reveline setiap bulan, tidak ada seorang Daveno yang bisa disia-siakan, termasuk Reveline. Semua orang lupa memperhitungk
Dexter, anak kedua Diana, yang kala itu berumur hampir 4 tahun yang paling gembira dengan kabar itu. Dia paling suka menemani Rosalind ke mana pun sambil mengelus perut buncit bibinya itu. Selain menyukai calon anak Rosalind, Dexter juga sangat menyukai mata coklat keemasan Rosalind. “Cantik. Mata Tante Ros cantik,” kata Dexter dengan polosnya. Rosalind akan terkekeh mendengarnya. Di dalam keluarga Aksa memang tidak ada yang bermata coklat keemasan seperti Rosalind jadi wajar Dexter begitu terpikat. “Ini namanya warna amber, Ex. Nanti anak ini juga mempunyai mata seperti Tante,” sahut Rosalind geli. Warna mata Rosalind didapatnya dari sang ibu yang berasal dari Italia. Mata Erick dan mata Rosalind yang coklat pasti akan menurun pada anaknya. Rosalind sangat menyayangi Dexter sampai memberikan nama panggilan kesayangan padanya dan rajin mendengarkan ocehan bocah berumur 4 tahun itu. “Berarti anak Tante nanti pasti cantik,” celoteh Dexter lagi. “Bisa ju
Hubungan keempat manusia itu memang amatlah rumit dan sulit untuk dijelaskan. Erick yang mencintai Rosalind malah berakhir menikahi Rita. Raja yang mencintai Rita malah berakhir menikahi Rosalind. Entah bagaimana kisah mereka penuh drama yang memilukan bisa berakhir seperti itu. Namun mereka belum tahu saja kalau itu barulah sebuah permulaan dari skandal yang lebih besar lagi. Erick tidak sepenuhnya jatuh dalam pesona seorang Amrita Adira yang cantik dan lemah lembut. Meskipun sudah menikah, dia tidak pernah menyentuh Rita yang setia menunggunya berpaling kepadanya. Rita juga mengetahui siapa yang dicintai Erick tetapi dia juga tidak keberatan untuk menunggu entah sampai kapan, waktu memang tidak bertepi untuk Rita. Raja pun tidak berbeda, dia masih belum jatuh sepenuhnya dalam pesona Rosalind yang memiliki jiwa pemberontak, tetapi bedanya Raja menyetubuhi Rosalind berkali-kali meskipun wanita itu juga berkali-kali menolak. Keras kepalanya Rosalind membuat Raja berte
Darwin menolak untuk merasa cemas akan tertangkap lagi. Untung didikan ayahnya membuat dia bisa mengendalikan emosi dalam berbagai suasana hati, jadi mudah saja untuk membohongi orang tua Eve dan Dexter yang tampaknya makin solid saja. Tetapi Eve adalah salah satu orang yang bisa membaca emosi Darwin di balik wajah tenangnya. Jadi Eve akan mudah sekali menangkap kecemasannya, yang untungnya masih tidur lelap. Tekanan jiwanya pasti terlalu banyak karena rupanya Eve lolos juga dari pengawasannya untuk mencari tahu tentang skandal kelahirannya yang mengejutkan. Kesalahan Eve yang jelas adalah informasi itu dipresentasikan dalam benaknya tanpa bicara pada saksi yang mengalaminya, mereka adalah orang tua Eve dan Dexter. Darwin berusaha menghalau orang tua Eve dan Dexter masuk ke dalam ruangan. “Eve belum bisa dikunjungi. Jangan khawatir, kami akan terus pantau. Nanti semua bisa masuk kalau dia sudah sadar.” Darwin bernapas lega karena tidak ada satu pun yang menya
Eve mematikan sambungan telponnya. Masih berusaha menarik napas dan menormalkan debaran jantungnya. Berpikirlah, Eve! Jangan memiliki perasaan apa pun, Eve! Perintah-perintah itu dibuat Eve untuk dirinya sendiri. Akhir-akhir ini dia sering sekali menggunakan perasaannya saat berpikir. Dia ingat benar kata-kata pria yang dia mintai keterangan, “Reveline Andrea Wongso lahir pada tanggal 5 Maret 1990, anak dari pasangan Angkasa Wongso dan Diana Hadis Wongso. Ini out of the record, Ibu Eve. Di berkas ini tertulis kalau Erickho Daveno berhasil membuktikan Reveline sebagai anaknya jadi akte kelahiran bisa berubah. Buktinya dengan test DNA.” Sebelumnya Eve memang tidak bertanya soal akte kelahirannya yang lama, dia hanya bisa bertanya soal pergantian namanya keluarga pada akte kelahirannya lewat sidang. Pria yang diajaknya bicara barusan dulu mengatakan kalau berkas Eve tidak lengkap. Eve mengabaikan instingnya kala itu, mengabaikan kalau pria itu menutupi sesuatu. Ja