All Chapters of Pernikahan di Balik Skandal: Chapter 141 - Chapter 150

183 Chapters

141. Menyembunyikan Kecurigaan

17 Mei 2019. Eve berlari di sepanjang lobi rumah sakit. Untung saja dia tidak memakai sepatu hak tinggi karena dia tidak suka kalau tubuhnya makin terlihat jangkung. Tetapi tetap saja suara sepatunya berisik dan dia merasa mengganggu orang lain. Napasnya terengah-engah, harusnya dia tidak perlu berlari. Eve mengangguk, tersenyum pada kedua resepsionist dan langsung naik ke paviliun untuk pasien VVIP. Lift khusus membawanya ke lantai 3 yang bergerak cepat itu terasa lambat. Dulu Daniel, sekarang Dexter. Rasanya seperti dejavu saja. Dia membuka pintu kamar perawatan dan hanya berdiri di ambang pintu. “Kamu masih beruntung, Dex. Coba saja kalau balok baja yang menimpa kamu, kamu sudah jadi dendeng,” kata Darwin. Tangannya masuk ke dalam saku celananya. Dia sudah hampir pulang saat dikabarkan ada anggota keluarga Daveno yang masuk ke UGD. Keluarga Abdi bisa saja dibilang dokter pribadi keluarga itu jadi Darwin harus mengurus semuanya sampai rujukan ke dokter spes
Read more

142. Tidak Biasa

Felix merasa terganggu dengan kejadian hari ini. Dia terus-terusan mengatakan pada dirinya sendiri, mesin itu masih bagus, sangat bagus. Semua peralatan di proyek adalah milik perusahaan sendiri supaya mereka tidak perlu menyewa, jadi maintenance rutin sangat menguntungkan perusahaan. Manager maintenance di lokasi proyek juga terkenal sangat teliti. Mungkin Felix akan tetap memakai faktor kelalaian yang menyebabkan kecelakaan di tempat kerja yang dialami Dexter dan salah satu pengawas proyek jika saja dia tidak ingat kejadian yang dia alami seminggu yang lalu. Kejadian yang menakutkan tetapi terlihat biasa saja saat itu tetapi tidak biasa jika dikaitkan dengan kejadian hari ini. Ingatan Felix kembali ke kejadian satu minggu yang lalu. Felix harus menjadi sopir untuk membawa Eve, Daniel dan Dexter ke bandara untuk penerbangan mereka dengan jet pribadi ke Surabaya. Dexter juga memintanya membawa mobil itu kembali ke rumah Felix saja jadi dia tidak perlu kembali
Read more

143. Memanggil Ingatan

Eve masih menarik lengan Darwin dan setengah menyeretnya keluar dari ruang perawatan Dexter karena dari tadi Darwin tidak menggubris kode darinya untuk keluar dari sana. “Papa kasih ultimatum untuk memberinya keputusan soal masalah di rumah sakit, hari ini. Harus hari ini, Win! Kita cuma punya waktu 15 menit,” kata Eve. Tangan satunya menggandeng lengan Darwin dan tangan satunya mengelus lengan Dexter tanda mau pamit. Dexter memang menatapnya dengan kesal tetapi begitu ingat bisikan dan tangisan Eve semalam, dia juga lupa caranya melanjutkan kekesalan itu. Otaknya malah sedang beradu argumen, “She loves me. She loves me not. She loves me. She loves me not.” Dexter merasa sudah hampir gila wanitanya jadi romantis seperti semalam, coba saja semalam tidak ada infus di tangannya. Eve yakin kalau dia tidak bisa bebas dulu berbicara dengan Darwin karena sebentar lagi Dexter akan keluar dari rumah sakit dan Eve harus tinggal di rumah mertuanya setiap akhir pekan. Pr
Read more

144. Memori yang Hilang

Dexter memiliki rencana lain hari ini dan dia tidak ingin Eve ada di sekitarnya untuk mendengar apa yang akan dia bicarakan nanti. Untung saja hari ini Eve ada janji dengan psikiater bersama Darwin karena tanpa alasan itu Dexter tidak akan melepaskan Eve ke mana pun, untuk keselamatan Eve dan untuk kedamaian dirinya. Tetapi Darwin cukup bisa dipercaya menjaga Eve. Dexter duduk di kamar kerja Aksa, ayahnya. Dia sudah tahu dengan pasti kalau ayahnya ada di rumah hari ini, tepatnya baru saja pulang ke rumah. Menurut sopir, mereka baru saja pergi ke rumah Keluarga Daveno. Kalau diingat-ingat, ayah mertua Dexter itu tidak pernah datang ke rumah ini. Selalu ayahnya dan keluarganya yang ke sana. Mereka sangat akrab apalagi sekarang sudah menjadi keluarga, jadi ini menjadi terdengar aneh. “Pa,” sapa Dexter. Dia memutar kursi yang didudukinya supaya bisa melihat ayahnya yang baru masuk ke ruangan itu. “Dex,” sahut Aksa. Keningnya berkerut. Dexter tidak terliha
Read more

145. Suatu Masa - 2002

Suatu masa di tahun 2002. Tinggi badan Eve waktu itu 156 cm, lebih tinggi daripada tinggi badan anak perempuan berusia 12 tahun pada umumnya. Dia berdiri di depan pagar karena bosan berada di dalam rumah. Ada tukang kebun yang sedang bekerja sambil mengawasi kedua anak majikannya itu. “Lovie, lihat!” teriak Dexter. Dexter sedang berputar di dalam garasi mobil dengan mengendarai sepeda motor yang biasa dikendarai sopir mereka. Dia mencuri kuncinya dari atas lemari. Tinggi badannya sudah mencapai 170 cm jadi itu adalah hal yang sangat mudah. “Ex, namaku Eve, bukan Lovie! Kamu sudah berumur 16 tahun tapi masih seperti anak kecil!” sahut Eve. Kakaknya itu sangat bandel. Bukan pertama kalinya juga, Dexter mencuri-curi mengendarai sepeda motor padahal Papa dan Mama memperbolehkan anak-anaknya mengendarai kendaraan bermotor saat berusia 17 tahun, saat mereka memiliki KTP dan SIM. “Anak kecil mana boleh naik motor! Yuhuuuu! Aku sudah besar!” Dexter belajar na
Read more

146. Suatu Masa - 2002 part 2

Dexter baru saja memukul pria kurus itu sampai tidak sadarkan diri. Baru kali ini dia merasa ada gunanya menjadi anak bengal yang suka berkelahi di sekolahnya. Dia mengikatnya dengan tali tampar yang ada di belakang rumah dan meninggalkannya di sana. Dia juga mengunci pintu belakang supaya pria kurus itu tidak bisa masuk lagi. Dexter kembali lagi ke dekat kamar itu dan sengaja membuat keributan untuk membuat Raja keluar dari kamar. Sudah 10 menit berlalu, polisi belum juga datang, Dexter merasa harus bertindak. “Nas! Nas!” teriak Raja. Dia sudah berada di luar kamar. Rita sudah pingsan lagi karena ketakutan mendengar kemarahan dan ancaman Raja padanya sedari tadi. “Akh!” seru Raja memegangi kepalanya di bagian belakang, rasanya basah dan lengket. Dia membelalakkan matanya saat melihat darah segar di telapak tangannya. Dia membalik badannya dan melihat Dexter sedang berdiri memegangi vas bunga kaca yang pecah setengahnya itu, darah segar menetes dari pecahan v
Read more

147. Tidak Bisa Hidup Tanpa Dia

“Kamu koma selama hampir 1 bulan. Hampir mati karena perdarahan otak berat dan perdarahan berat akibat tusukan senjata tajam. Kamu menjalani 4 kali operasi berisiko tinggi dalam keadaan tidak sadar saat belum koma. Saat sadar dari koma, kamu melupakan banyak hal, terutama tentang adikmu, Eve. Butuh waktu beberapa minggu untuk memulihkan keadaanmu. Rehabilitasi medik itu yang paling berat. Kamu paling shock karena sulit berjalan.” Aksa sengaja menekankan kata ‘adikmu’ dan ‘Eve’ supaya Dexter bertanya apa artinya semua itu, jadi Aksa bisa menjelaskan hal yang lain lagi. Dulu memang Aksa, Diana, Erick dan Rita sengaja merahasiakan semuanya dari Dexter dan Eve supaya kedua anak itu tidak mengetahui tentang hubungan mereka yang sebenarnya dan dosa-dosa apa yang dilakukan orang tua mereka. Tetapi Dexter berpura-pura tuli dan tidak meminta penjelasan. Dexter sudah pernah mengakui kalau dia cukup bahagia dengan keadaannya sekarang, istri dan anak sudah cukup untuknya. Hatiny
Read more

148. Ini Rahasianya, Love?

6 Juli 2019 Sudah hampir 2 bulan berlalu dalam keadaan yang lebih tenang. Pengamanan yang diberikan Keluarga Daveno pada anggota keluarga mereka memang tidak main-main. Tidak ada kesempatan sedikit pun untuk pihak yang berusaha membunuh Dexter bisa membuat masalah lagi. Apalagi pelaku yang ‘mengakali’ mesin itu dan pelaku pengerusakan kaca mobil telah diserahkan ke polisi, tampaknya menjadi pertanda untuk mundur dulu bagi si pemilik ide karena keluarga itu sangat serius melindungi anggota keluarga mereka. Dua bulan ini juga Eve dan Dexter selalu keluar kota bersama-sama. Biasanya Eve hanya ditemani asisten, sekarang ditambah seorang pengawal dan Dexter sendiri. Eve sudah menolaknya tetapi Dexter sulit untuk ditolak, selalu saja ada caranya membuat Eve menurut. Dexter bahkan sebisa mungkin membuat jadwalnya memiliki tujuan yang sama dengan jadwal kunjungan Eve setiap bulannya. Hari ini Eve sibuk mempersiapkan acara ulang tahun Daniel yang pertama. Acaranya aka
Read more

149. Bukan Perutku yang Lapar

7 Juli 2019 “Da-da! Cum, aun!” teriak Daniel. Dexter merasa telinganya berdenging. Anak itu bukan hanya mempelajari banyak kata baru dan mengucapkannya dengan lebih jelas tetapi juga suaranya makin kencang. Dia bangun dan mencium Daniel sekilas seperti permintaan anak itu. “Kamu sudah baikan?” tanya Eve. Dia bersimpuh di ranjang dan memegangi dahi Dexter. Dia menaruh kaos Dexter di atas dadanya pertanda pria itu harus memakainya sekarang juga. “Semalam juga sudah baikan. Kamu yang keterlaluan sampai tidur di kamar lain,” gerutu Dexter. Dia memakai kaosnya dengan cepat karena Daniel terus mencium perutnya dengan gembira seperti yang biasa dia lakukan saat menggoda Daniel. “Bukan begitu. Itu supaya Daniel nggak ganggu kamu. Dia cari kamu terus.” Dexter memang tidur nyenyak setelah makan malam selesai. Rasanya sangat lega bisa menemukan jalan bisa mempertahankan apa yang dia punya. Jadi dia mengantuk dan tertidur sampai pagi. Meskipun tangannya s
Read more

150. Dunia Maria Begitu Sempit

Maria menyukai semua dekorasi di pesta Daniel itu. Bunga-bunganya begitu indah, bermekaran dan semerbak baunya. Bau bunga mekar dan bau kayu pepohonan bercampur menjadi satu membuatnya merasa berada di dalam negeri dongeng. Belum lagi ada kupu-kupu terbang di dekatnya, menyusuri bunga-bunga berwarna yang mengundang perhatian mereka. Panggungnya begitu cantik dan penuh warna tanpa terlihat kemegahan. Maria tidak membawa banyak buket bunga sore itu sesuai dengan keinginan Eve. Dia mengatur kembali beberapa rangkaian bunga dan menambahkan beberapa bunga miliknya supaya terlihat lebih hidup. Dia menyiram bunga yang terlihat agak layu supaya tampak masih segar. Serasa berada di musim semi dengan semilir angin yang bertiup menerbangkan helaian rambut Maria yang tidak ikut terikat ke atas. Eve juga memintanya membuat buket bunga mungil untuk ibu-ibu yang hadir dalam acara itu, bukan cuma anak saja yang merayakan acara itu tetapi juga seorang ibu pun patut mendapatkan peraya
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
19
DMCA.com Protection Status