Home / Lainnya / Mantiko Sati - Kitab 1: Harimau Dewa / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Mantiko Sati - Kitab 1: Harimau Dewa: Chapter 121 - Chapter 130

217 Chapters

Fitnah

“Bagaimana?” bisik si pria berpakaian panghulu kepada kedua dayang yang menghampirinya.Mereka bertiga mengawasi kondisi di sekitar untuk sesaat. Setelah merasa aman, barulah mereka kembali menuju satu tempat di balik tembok terakhir yang lebih gelap dan sunyi, hanya ada hutan kelam di ujung pandangan yang ditemani suara-suara serangga malam.“Aku sudah berhasil memasukkan penawar itu ke dalam ceret minum Paduko Ratu,” bisik seorang dayang. Dayang yang sama yang sebelumnya sempat diketahui oleh Sijundai Bakuku Api melirik dengan tatapan sinis kepada mereka bertiga di depan pintu kamar tidur sang ratu.
last updateLast Updated : 2022-01-11
Read more

Permainan Emosi

Benda kecil yang dijentikkan oleh Sijundai Bakuku Api tadi larut bersama air yang tergenang di lantai, dan kemudian cairan kemerahan itu berdesis, lalu mengepulkan uap tipis.Sang Ratu Mudo terkesiap menyaksikan itu. Siladiang Kamba dan Angku Mudo juga dapat dengan jelas melihat itu semua.“Je—jelaskan!” titahnya kepada Sijundai Bakuku Api. “Jelaskan apa yang sudah terjadi?!”Sijundai Bakuku Api membungkukkan tubuhnya pada sang ratu. “Maafkan kelancanganku barusan, Paduko Ratu,” ujarnya, “hanya saja, aku takut Paduko Ratu terlanjur meminum air itu dan justru akan mengalami gang
last updateLast Updated : 2022-01-11
Read more

Kehadiran yang Dibenci

Sijundai Bakuku Api mendorong pintu besar berdaun ganda itu, pintu dari sebuah ruangan besar tempat di mana para dayang beristirahat.Setidaknya, ada sekitar dua puluh lima orang dayang sepantaran gadis 20 tahun di dalam sana.Saat Sijundai Bakuku Api muncul di ruangan itu, kontan kehadirannya menjadi perhatian khusus bagi semua dayang. Terlebih lagi, sorot mata wanita itu seolah menyelidiki satu per satu setiap dayang yang ada di dalam ruangan tersebut.“Kalian yang tadi telah membantu Paduko Ratu bersalin pakaian,” ucap Sijundai Bakuku Api. “Keluarlah!”Dua dayang yang dimaksud oleh Sijundai Bakuku Api saling pandang, meskipun belum mengetahui hal apakah gerangan yang membuat wanita itu memanggil mereka, namun keduanya sudah dapat merasakan firasat yang tidak baik. Keduanya menelan ludah.“Keluarlah!” ulang Sijundai Bakuku Api. “Ini titah dari Paduko Ratu!”Dengan kegugupan y
last updateLast Updated : 2022-01-11
Read more

Teluh Pengikat Jiwa

Siladiang Kamba mendekati kedua dayang yang masih menggigil bersujud di lantai itu kepada si Ratu Muda.“Berdiri kalian!” titah sang ratu.Meski keduanya sama menggigil, namun mereka cukup yakin bahwa mereka tidak membawa satu benda apa pun yang disembunyikan di tubuh mereka.Paling tidak, hal ini sedikit bisa mendatangkan kelegaan bagi kedua dayang kendatipun mereka harus ditelanjangi oleh seorang pria.Sijundai Bakuku Api hanya menyeringai seraya melipat kedua tangannya ke dada sembari memerhatikan sang suami menelanjan
last updateLast Updated : 2022-01-11
Read more

Mementingkan Diri Sendiri

Pria sepantaran 25 tahun berbaju panghulu berwarna kuning kunyit itu melangkah sedikit tergesa-gesa di sepanjang lorong penjara bawah tanah. Karena merasa yakin tidak ada yang membuntutinya, ia terus melangkah hingga bertemu dengan ujung lorong yang merupakan sebuah dinding batu dengan satu pintu besar berdaun ganda.Para tahanan di ruang-ruang yang berada di sisi kiri kanan lorong tersebut hanya bisa melihat saja pria tersebut mendekati pintu besar dan berat itu. Untuk meminta pertolongan, sepertinya hanya akan percuma saja. Sebab mereka tahu, kebanyakan pejabat istana sekarang ini sudah berpihak pada ratu yang memiliki perangai sangat buruk di mata mereka.Pria itu menggedor pintu tersebut hingga tiga kali, sebuah celah kecil terbuka di badan pintu.“Katakan,” ucap seorang pengawal yang berada di bagian dalam. “Apa kepentingan orang Cadiak Pandai[1] sepertimu mendatangi penjara khusus ini?”“Buka
last updateLast Updated : 2022-01-11
Read more

Kesombongan dan Keangkuhan

Si pria terhempas dengan posisi menelungkup, ia melenguh pelan, lalu tersedak. Lelehan darah muncul di sudut bibirnya. Namun kembali ia mencoba bangkit dengan cepat.“Kuberi kau kesempatan untuk tiga jurus ke depan,” ucap Angku Mudo Bakaluang Perak seraya menyeringai lebar.“Kau benar-benar angkuh!” maki si pria 25 tahun. Dan ia kembali mengembangkan kedua tangannya dalam gerak jurus Bakieak Putiah.Lima jari yang mengembang kembali mengatup menjadi satu seperti kerucut seperti paruh seekor bangau, melesat mengincar leher Angku Mudo lalu disusul pula oleh jari di tangan lainnya.Syiu!Angku Mudo memiringkan kepalanya ke kiri, serangan itu lewat seinci di samping lehernya. Lalu datang serangan kedua, ia miringkan sedikit badannya, serangan itu pun lewat begitu saja di depan dadanya.Pria 25 tahun tidak menyerah, dua tangan menekuk lalu dientakkan ke kanan bawah.Angku Mudo melompat ringan, memanfaatkan dinding d
last updateLast Updated : 2022-01-12
Read more

Berpikir Jauh

Saat Angku Mudo Bakaluang Perak bermaksud hendak membuang jasad pria yang baru saja dibunuhnya itu, ia dihampiri oleh Sijundai Bakuku Api.“Ada apa?” tanya pria itu kepada gurunya tersebut.“Paduko Ratu meminta kita mengantung orang-orang ini di halaman depan istana.”“Begitu, ya?” Angku Mudo menyeringai.“Rumada sudah berada di sana untuk menggantung kedua dayang yang tadi.”“Dia semakin sadis saja,” pria itu terkekeh, lalu mengikuti langkah sang guru.“Entah ini hanya kebetulan atau justru ada hal lainnya,” ucap Sijundai Bakuku Api.“Apa maksudmu itu, Guru?”“Si Ratu Mudo itu,” kata Sijundai Bakuku Api. “Aku merasa kita telah melakukan kesalahan besar dengan memberikannya Teluh Pengikat Jiwa.”“Kau pikir seperti itu?”“Yaa,” ia menghela napas dalam-dalam. “Seo
last updateLast Updated : 2022-01-12
Read more

Laki-Laki yang Beruntung

“Kau boleh berkata seperti itu,” sahut Sijundai Bakuku Api. “Tapi, bagaimana bila orang banyak mengetahui hal ini, hah? Kau pikir, apa yang akan dikatakan orang-orang? Terlebih lagi, bila kabar buruk itu sampai masuk ke istana?”Angku Mudo menghela napas dalam-dalam. Benar, pikirnya, sudah barang tentu ia akan terusir dari istana ini. Sebab, sehebat apa pun Teluh Pengikat Jiwa menguasai tubuh dan pikiran sang ratu muda, tetap saja hal serupa melecehkan ibu tiri dan adik tiri itu akan membuat sang ratu berpikir buruk terhadap dirinya.“Maaf,” ujar Angku Mudo kemudian. “Kau memang sudah melakukan banyak hal. Aku saja yang buta.”“Aah…” Siladiang Kamba mengangguk-angguk. “Kau itu,” ujarnya pada sang istri. “Biarkan sajalah Angku Mudo kalau hanya bersenang-senang. Jangan sedikit-sedikit kau halangi.”“Apa telingamu tertutup sesuatu, kah?” sang istri mendelik
last updateLast Updated : 2022-01-12
Read more

Pagi yang Tidak Begitu Tenang

Pagi baru saja menjelang dan langit timur masihlah berwarna jingga keemasan, Mantiko Sati telah turun dari pohon itu, ia langsung melanjutkan perjalanannya setelah beristirahat dengan semalaman. Istirahat yang mungkin saja akan lebih terasa nikmat jika dilakukan di atas dipan berlapis kasur empuk di dalam ruangan tertutup yang tentu lebih menjanjikan kehangatan daripada sekadar berada di luar di tengah udara yang sejuk.Ia berlari menuruni lereng bukit itu. Tujuannya hanya satu, untuk kembali menemukan aliran anak sungai yang ada di dataran rendah. Ya, ia cukup yakin bahwa aliran kecil seperti parit yang ia temukan kemarin pada senja hari itu pastilah akan tersambung terus hingga bermuara di Danau Singkarak.Itu pun jika apa yang dikatakan di pemilik gerobak kuda kemarin itu kepadanya adalah sebuah kebenaran.Sang pemuda rupawan tersenyum senang, ia menemukan aliran itu, dan sepertinya tidak ada orang lain yang menggunakan aliran tersebut sebab
last updateLast Updated : 2022-01-13
Read more

Kabar Miring Lainnya

Ketiga perahu itu akhirnya meninggalkan tepian, Mantiko Sati hanya bisa tersenyum dan melambaikan tangannya sebab ada satu dua di antara para wanita yang menumpang di ketiga perahu yang melambaikan tangan kepadanya.‘Yaah,’ pikir sang pemuda. ‘Lebih baik menunggu saja dan semoga apa yang dikatakan si Uda tadi benar adanya.’Sepertinya tepian yang satu ini memang menjadi satu titik penjemputan atau tempat menunggu orang-orang yang akan menggunakan jasa perahu. Di sisi di mana Mantiko Sati berdiri terdapat semacam pagar dari ikatan batang-batang bambu.
last updateLast Updated : 2022-01-13
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
22
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status