"Duh, paling males deh kerja sama orang galau."Gendis yang menjadikan lengannya sebagai bantal tuk ia tidur di meja kerjanya melirik ke arah Alina, karyawan yang paling ia percaya. Selain menjadi seorang karyawan, Alina juga merupakan sahabat Gendis. Bibir Gendis mengerucut sebal. Alina tak tahu saja jika Gendis merasa hidup tak lagi berarti. Tidur tak nyenyak makan pun tak selera. Rasanya Gendis seperti orang kehilangan akal sehatnya. Ia hanya ingin rebahan di kasur sambil membayangkan nasibnya yang mengenaskan. "Ngomong mah gampang, Lin. Kamu mana ngerti rasanya orang galau? Pacaran aja nggak pernah," kata Gendis penuh penghakiman. Gendis membeberkan kebenaran mengenai Alina yang sampai di usianya yang menginjak seperempat abad perempuan itu sama sekali belum pernah berpacaran. Kalaupun Alina menaruh hati dengan lawan jenis, perempuan itu menganggam sebagai rasa lagunya semata atau yang lebih parahnya lagi Al
Terakhir Diperbarui : 2024-10-29 Baca selengkapnya