Home / Romansa / Jangan Salahkan Aku Pergi / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Jangan Salahkan Aku Pergi : Chapter 31 - Chapter 40

74 Chapters

31. Menghindari

Selama perjalanan menuju kantor, Mer hanya terdiam seraya menatap jalanan. Dia sedang berpikir begitu keras di dalam otaknya, apa yang harus dia lakukan agar Adi tidak mendekatinya lagi.Terus terang saja dia sudah muak melihat wajah pria itu, jika saja bisa Mer rasanya ingin menampar wajah pria itu dan memukulnya sampai babak belur.Dia benar-benar merasa mual mendengar apa yang dikatakan oleh Adi, semuanya terasa bualan semata. Karena nyatanya pria itu sudah mempunyai istri dan juga anak, tetapi pria itu bersikeras berkata jika dia mencintainya."Turunlah, sudah sampai." Arga menepuk pundak Mer.Sebenarnya Arga merasa kasihan kepada Mer, karena wanita itu terlihat begitu dalam dengan lamunannya. Pastinya wanita itu sedang mengalami guncangan, Arga pastikan dia akan membantu Mer untuk bisa segera bercerai dengan Adi.Tentunya untuk mengumpulkan berkas penting milik Adi adalah hal yang gampang bagi dirinya, dia tinggal meminta data pribadi milik Mer, agar proses perceraian yang akan d
Read more

32. Tanda Tangan

Sesuai dengan apa yang sudah dikatakan oleh Arga, pukul sembilan pagi Mer dan juga Arga pergi untuk menemui klien. Adi sempat mengikuti langkah Mer, dia meminta waktu untuk berbicara kepada wanita itu.Sayangnya dengan cepat Arga menolak permintaan dari Adi, Arga berkata bukan berniat untuk ikut campur dengan urusan keduanya.Namun, mereka harus bersiap untuk pergi untuk menemui klien. Jika Adi malah membahas masalah pribadi dengan Mer, maka dia akan Kehilangan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan yang besar.Adi mengalah, dia mundur kembali untuk berbicara dengan Mer dan meminta maaf kepada Arga walaupun dengan berat hati. Jika saja Arga bukan atasannya, sudah dapat dipastikan jika wajah tampan pria muda itu pasti akan babak belur karenanya. Sungguh dia sudah tidak sabar untuk berbicara dengan Mer.Sungguh dia benar-benar tidak sabar untuk mengajak Mer berdamai dan kembali berumah tangga dengannya, dia berjanji akan memperlakukan Mer dengan adil dan penuh cinta.Walaupun nyatanya
Read more

33. Kesal

Pada awalnya Arga hanya terdiam seraya memperhatikan Mer yang sedang memasak, hingga tidak lama kemudian pria itu bangun dan langsung menghampiri Mer.Pria itu bukannya membantu Mer dalam memasak, tetapi malah merecoki wanita itu. Arga sesekali akan memeluk Mer dan mengusakkan wajahnya pada leher jenjang wanita itu.Arga juga begitu jahil, dia membuka ikatan rambut Mer dan melemparkannya secara asal. Mer terlihat kesal sekali tetapi dia tidak bisa marah, dia takut jika pria itu tidak akan mau membantu dirinya lagi.Terlepas dari itu semua, Mer menikmati kebersamaannya dengan Arga. Karena ternyata pria itu kini sudah lebih banyak tersenyum dan mengajak dirinya untuk bercanda tawa."Makanlah yang banyak, aku akan pulang kalau kamu tidak memerlukan aku lagi." Mer tersenyum hangat seraya menghidangkan makanan yang sudah dia masak.Walaupun hatinya merasa jika yang dia lakukan adalah hal yang salah, tetapi Mer akan berusaha untuk menikmati apa pun yang saat ini dia lalui dan apa pun yang d
Read more

34. Arga yang Pemaksa

"Maaf, tapi aku melakukannya bukan karena napsu semata. Aku suka sama kamu, aku mencintai kamu." Arga mengangkat tubuh Mer dan mendudukkannya di atas pangkuannya.Arga bahkan langsung memeluk pinggang Mer dengan begitu erat, lalu tidak lama kemudian tangan kirinya merambat naik pada punggung wanita itu.Mer nampak menahan napasnya mendapatkan perlakuan seperti itu dari Arga, dia pernah merasakan hal yang lebih dari ini ketika malam pertama dengan Adi.Saat ini ketika Arga melakukan hal itu, dia malah teringat akan malam pertamanya dengan Adi. Wanita itu bahkan malah menginginkan hal yang lebih, hal yang dulu dia rasakan dengan penuh kenikmatan.Jantung Mer tiba-tiba saja berdetak dengan begitu cepat, karena Arga menekan tengkuk lehernya dan dia langsung kembali mendekatkan wajahnya."Mau apa?" tanya Mer seraya menahan wajah Arga.Dia hanyalah manusia biasa, dia takut akan khilaf dan menginginkan hal yang lebih. Apalagi setelah dia menatap wajah Arga, dia merasa jika pria itu sangatlah
Read more

35. Pikiran Negatif

Adi nampak kesal sekali setelah membaca pesan dari Arga, sungguh saat ini dia berpikir jika hal yang harus dilakukan oleh Arga, hal penting yang akan dilakukan oleh pria itu adalah berpeluh dengan wanita yang dia cintai itu.Ya, cinta. Adi sudah mencintai Mer, bahkan dia berniat tidak akan menceraikan wanita itu. Dia berniat akan mempertahankan rumah tangganya walaupun akan banyak cobaan yang menghadang.Walaupun Hanum akan berusaha untuk memisahkan dirinya dengan wanita itu, Adi berjanji akan mempertahankan Mer. Adi bahkan sudah berencana akan membelikan rumah baru untuk Mer, dia akan menjauhkan Mer dari Hanum. Tentunya hal itu dilakukan agar Hanum tidak bisa menyakiti Mer.Tadi malam Hanum mengamuk, wanita itu merasa tidak terima ketika adik berkata jujur bahwa dia sudah mencintai Mer. Padahal perjanjian yang dia lakukan dengan Hanum adalah, Adi akan menikah dan bercerai setelah memiliki anak laki-laki.Bukan untuk mempertahankan Mer, sungguh Hanum tidak sudi jika hal itu terjadi.
Read more

36. Membujuk

"Sialan! Apa yang harus aku lakukan?" tanya Adi.Adi menatap Arga dengan tatapan penuh kesalahan dan juga cemburu yang berlebihan, karena walau bagaimanapun juga Mer masih sah menjadi istrinya.Adi juga terlihat begitu marah ketika melihat Mer yang masuk ke dalam mobil Arga, bahkan Arga terlihat memakaikan sabuk pengaman untuk Mer.Adi yang benar-benar merasa kesal dan juga cemburu sangat tidak tahan jika harus berdiam saja, pada akhirnya pria itu keluar dari dalam mobilnya dan menghampiri Arga yang hendak menutup pintu mobilnya."Jangan di tutup dulu, aku ingin mengajak istriku untuk pulang." Adi menahan pintu mobil yang hendak menutup.Arga hanya menghela napas berat, berbeda dengan Mer yang terlihat kesal saat bersitatap mata dengan Adi. Wanita itu terlihat begitu enggan untuk bertemu dengan Adi.Bahkan, hanya untuk menatap wajahnya saja dia merasa malas. Kesal sekali rasanya jika mengingat bahwa dirinya sudah dijadikan sebagai istri kedua, kesal sekali jika mengingat Adi yang suda
Read more

37. Berbicara Dari Hati Ke Hati

Kini Adi benar-benar merasa serba salah dibuatnya, dulu Hanum meminta dirinya untuk menikah kembali dan memberikannya seorang putra. Namun, kini Hanum memaksa dirinya untuk berpisah dengan Mer.Memangnya berpisah bisa dengan semudah itu, pikirnya. Adi menikahi Mer secara resmi, ada ikatan yang terjalin di antara keduanya. Bahkan, Adi sudah menggauli Mer. Walaupun hanya satu kali.Rasanya tidak adil jika dirinya meninggalkan Mer begitu saja, karena walau bagaimanapun juga dia meminta Mer secara baik-baik kepada ayahnya.Dia menikah Mer secara baik baik, jika memang dia harus meninggalkan Mer, setidaknya dia harus melakukan hal itu dengan baik.Namun, kalau bisa Adi tidak ingin meninggalkan Mer. Karena pria itu sudah mencintai wanita muda itu, hatinya bahkan sudah dipenuhi oleh nama wanita itu"Kenapa malah diam saja? Cepat mandi, setelah itu langsung makan. Aku sudah sangat mengantuk," ujar Hanum yang melihat Adi malah melamun saja.Tentu saja dia malah melamun karena begitu bingung ha
Read more

38. Kaget

Pagi-pagi sekali Adi sudah berangkat, dia berkata akan pergi ke kantor. Namun, pada kenyataannya Adi ingin pergi ke rumah pak Adan terlebih dahulu. Dia ingin bertemu dengan istri keduanya terlebih dahulu."Ngga bohong, kan?" tanya Hanum ketika mendengar suaminya berpamitan untuk pergi ke kantor karena ada meeting pagi.Hanum takut jika suaminya itu berbohong kepada dirinya, pria itu rela berbohong hanya untuk menemui istri keduanya."Ngga dong, Yang. Mana mungkin aku berani bohong," ujar Adi yang langsung memberikan ciuman yang begitu mesra kepada istrinya agar wanita itu tidak lagi banyak bicara."Jangan nakal!" ujar Hanum."Hem! Aku berangkat," pamit Adi.Setelah berpamitan kepada Hanum, Adi langsung melajukan mobilnya menuju kediaman pak Adan. Dia sengaja meninggalkan ponselnya di dalam kamarnya, karena dia tidak mau kegiatan dalam sehari-harinya dipantau oleh Hanum.Tiba di kediaman pak Adan, dengan cepat dia memarkirkan mobilnya dan mengetuk pintu rumah itu. Tidak lama kemudian p
Read more

39. Resmi

Beberapa saat sebelumnya.Selepas kepergian Adi, Arga datang ke kediaman pak Adan. Pria itu langsung dipersilakan untuk masuk oleh pak Adan, entah kenapa walaupun Arga masih terlihat seumuran dengan putrinya, tetapi dia lebih percaya kepada pria itu."Selamat pagi, Pak. Maaf jika saya pagi-pagi sekali sudah mengganggu aktivitas anda," ujar Arga dengan sopan.Pak Adan nampak tersenyum lalu menganggukkan kepalanya mendengar apa yang dikatakan oleh Arga, lalu pria paruh baya itu berkata."Tidak apa, katakan saja ada apa. Saya siap mendengarkan," ujar Pak Adan.Arga tersenyum dengan hangat lalu dia pun memberikan map berwarna coklat kepada pak Adan, pria itu nampak mengerutkan dahinya dengan dalam karena tidak paham dengan apa yang diberikan oleh Arga."Apa ini?" tanya Pak Adan.Dia tidak merasa memesan sesuatu, dia tidak merasa meminta sesuatu. Lalu, kenapa tiba-tiba saja Arga datang dan memberikan map tersebut kepada dirinya, pikirnya."Dibuka saja, Pak." Arga tersenyum dengan ramah.Pa
Read more

40. Pergi Ke Ibu Kota

Setelah berpamitan kepada pak Adan dan juga Johan, akhirnya Arga dan juga Mer pergi menuju ibu kota. Keduanya nampak diam tanpa banyak bicara, keduanya nampak sibuk dengan pemikiran masing-masing.Mer sedang memikirkan kehidupan baru yang akan dia jalani, bukan hanya jauh dari Adi, tetapi dia juga jauh dari ayah dan juga adik tercintanya.Rasanya sangat sedih sekali, tetapi dia berusaha untuk tegar karena Mer yakin jika apa yang saat ini akan dia lakukan adalah hal yang terbaik yang dia ambil.Tidak apa jika dia harus berjauhan dari Johan dan juga pak Adan, karena sesekali nanti Mer bisa menemui ayah dan adiknya tersebut. Atau mungkin Mer bisa meminta Johan dan pak Adan untuk menemui dirinya di kota.Satu hal yang terpenting bagi Mer saat ini, dia bisa berjauhan dari Adi. Dia bisa berpisah secara resmi dengan pria itu, pria yang dulu sempat dia cintai tetapi kini dia benci."Jangan terlalu memikirkan hal apa pun, jalani saja seperti air yang mengalir." Arga mengelus lembut tangan kana
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status