Pagi-pagi sekali Adi sudah berangkat, dia berkata akan pergi ke kantor. Namun, pada kenyataannya Adi ingin pergi ke rumah pak Adan terlebih dahulu. Dia ingin bertemu dengan istri keduanya terlebih dahulu."Ngga bohong, kan?" tanya Hanum ketika mendengar suaminya berpamitan untuk pergi ke kantor karena ada meeting pagi.Hanum takut jika suaminya itu berbohong kepada dirinya, pria itu rela berbohong hanya untuk menemui istri keduanya."Ngga dong, Yang. Mana mungkin aku berani bohong," ujar Adi yang langsung memberikan ciuman yang begitu mesra kepada istrinya agar wanita itu tidak lagi banyak bicara."Jangan nakal!" ujar Hanum."Hem! Aku berangkat," pamit Adi.Setelah berpamitan kepada Hanum, Adi langsung melajukan mobilnya menuju kediaman pak Adan. Dia sengaja meninggalkan ponselnya di dalam kamarnya, karena dia tidak mau kegiatan dalam sehari-harinya dipantau oleh Hanum.Tiba di kediaman pak Adan, dengan cepat dia memarkirkan mobilnya dan mengetuk pintu rumah itu. Tidak lama kemudian p
Beberapa saat sebelumnya.Selepas kepergian Adi, Arga datang ke kediaman pak Adan. Pria itu langsung dipersilakan untuk masuk oleh pak Adan, entah kenapa walaupun Arga masih terlihat seumuran dengan putrinya, tetapi dia lebih percaya kepada pria itu."Selamat pagi, Pak. Maaf jika saya pagi-pagi sekali sudah mengganggu aktivitas anda," ujar Arga dengan sopan.Pak Adan nampak tersenyum lalu menganggukkan kepalanya mendengar apa yang dikatakan oleh Arga, lalu pria paruh baya itu berkata."Tidak apa, katakan saja ada apa. Saya siap mendengarkan," ujar Pak Adan.Arga tersenyum dengan hangat lalu dia pun memberikan map berwarna coklat kepada pak Adan, pria itu nampak mengerutkan dahinya dengan dalam karena tidak paham dengan apa yang diberikan oleh Arga."Apa ini?" tanya Pak Adan.Dia tidak merasa memesan sesuatu, dia tidak merasa meminta sesuatu. Lalu, kenapa tiba-tiba saja Arga datang dan memberikan map tersebut kepada dirinya, pikirnya."Dibuka saja, Pak." Arga tersenyum dengan ramah.Pa
Setelah berpamitan kepada pak Adan dan juga Johan, akhirnya Arga dan juga Mer pergi menuju ibu kota. Keduanya nampak diam tanpa banyak bicara, keduanya nampak sibuk dengan pemikiran masing-masing.Mer sedang memikirkan kehidupan baru yang akan dia jalani, bukan hanya jauh dari Adi, tetapi dia juga jauh dari ayah dan juga adik tercintanya.Rasanya sangat sedih sekali, tetapi dia berusaha untuk tegar karena Mer yakin jika apa yang saat ini akan dia lakukan adalah hal yang terbaik yang dia ambil.Tidak apa jika dia harus berjauhan dari Johan dan juga pak Adan, karena sesekali nanti Mer bisa menemui ayah dan adiknya tersebut. Atau mungkin Mer bisa meminta Johan dan pak Adan untuk menemui dirinya di kota.Satu hal yang terpenting bagi Mer saat ini, dia bisa berjauhan dari Adi. Dia bisa berpisah secara resmi dengan pria itu, pria yang dulu sempat dia cintai tetapi kini dia benci."Jangan terlalu memikirkan hal apa pun, jalani saja seperti air yang mengalir." Arga mengelus lembut tangan kana
Selama satu bulan ini Arga dan juga Mer bekerja dengan begitu baik, tuan Danu bahkan sampai memberikan bonus kepada Mer, karena wanita itu bekerja dengan sangat giat, bahkan Arga dan juga Mer berhasil mendapatkan project besar.Karena mendapatkan keuntungan yang begitu besar, akhirnya Mer juga mendapatkan bonus yang begitu besar. Karena begitu senang, Mer bahkan langsung mengirimkan uang tersebut kepada ayahnya.Untuk biaya sehari-hari kehidupannya di ibu kota, tentunya dia menggunakan gajinya. Lebih tepatnya menggunakan uang yang diberikan oleh Arga, pria itu beralasan jika dia memberikan upah kepada Mer.Upah karena wanita itu selalu rajin membuatkan dia sarapan, rajin membuatkan dia makan malam dan bahkan menyucikan baju milik pria itu.Mungkin pekerjaan Mer terdengar seperti seorang pelayan, tetapi wanita itu diperlakukan dengan begitu baik oleh Arga. Bahkan, Mer selalu mendapatkan apa yang dia inginkan. Karena Arga selalu bertanya tentang apa yang diinginkan oleh wanita itu.Seti
Mer seperti orang linglung mendengar apa yang dikatakan oleh Arga, sungguh sampai saat ini dia tidak berpikir jika dirinya bisa hamil. Karena dia melakukannya dengan Adi hanya satu kali saja.Rasanya sedikit kemungkinan untuk dia hamil, tetapi jika mengingat ingat akan gejala-gejala yang dia alami sama dengan gejala kehamilan, Mer jadi berpikir ulang. Mungkin dia memang benar-benar hamil, hamil anak Adi.Karena beberapa hari ini Mer memang sering gampang lelah, dia bahkan ingin makan yang banyak. Bahkan, jika tengah malam tiba Mer sering memakan mie instan yang sangat pedas.Jika saja Arga tahu, Arga pasti akan marah. Akan tetapi, beruntung mereka tinggal di apartemen yang berbeda, sehingga Arga tidak tahu apa yang Mer lakukan ketika malam hari tiba."Ayo kita periksa kondisi kesehatan kamu, Mer. Ayo kita lihat, apakah kamu hamil atau tidak," ucap Arga.Pada akhirnya Mer menganggukan kepalanya dengan wajah bingungnya, jika dia hamil dia bingung harus bagaimana.Akan tetapi, jika tidak
Walaupun Mer pada awalnya merasa bingung karena mengetahui jika dirinya tengah hamil, tetapi kini wanita itu mulai merasa bahagia. Bahkan, wanita itu nampak mengelusi perutnya yang terasa mulai mengeras.Dia bahkan tersenyum seraya membayangkan jika dirinya nanti sudah menjadi seorang ibu, pasti akan sangat menyenangkan memiliki keturunan.Mau perempuan ataupun laki-laki, Mer tidak begitu peduli. Yang terpenting baginya Mer melahirkan keturunan yang sehat dan juga sempurna, untuk urusan jenis kelamin itu yang nomor kedua.Satu hal lagi yang membuat Mer merasa sangat bahagia, Arga menyebut calon buah hatinya sebagai anak kami. Itu artinya Arga bukan hanya menerima dirinya, tetapi juga menerima janin yang kini tengah dia kandung.Selepas shalat subuh, Mer mengalami mual dan juga muntah yang hebat. Namun, setelah meminum air jahe kini rasa mual itu sudah mereda. Bahkan, Mer tidak lagi muntah."Bagaimana keadaan kamu dan putra kita, hem?" tanya Arga yang baru saja masuk ke dalam apartemen
Satu bulan ini Mer merasa tenang karena berjauhan dari Adi, tentunya yang membuat dia lebih tenang lagi karena Mer sudah resmi bercerai dari pria itu.Namun, kini Mer harus bertemu kembali dengan Adi. Rasanya dia benar-benar takut, takut jika Adi akan mempertanyakan bayi yang ada di dalam kandungannya.Mer yang melihat pria itu langsung menjauh, dia sama sekali tidak ingin berdekatan dengan pria itu. Adi terlihat begitu sedih, karena walau bagaimanapun juga Adi masih menganggap jika Mer adalah istrinya."Mer, kenapa kamu malah menjauhiku? Apakah salah jika aku ingin menemui istriku?" tanya Adi seraya menatap Mer dengan tatapan yang penuh dengan kesedihan.Sebenarnya Mer merasa kasihan jika Adi sudah menatapnya seperti itu, karena dia tahu jika rasa cinta dari pria itu kepada dirinya benar-benar sangat tulus.Sayangnya, Adi adalah pria beristri. Terlebih lagi pria itu sudah memiliki seorang anak perempuan yang begitu cantik dan juga menggemaskan. Dia tidak bisa terus bersama dengan Ad
Adi merasa kesal sekali karena tiba-tiba saja Arga berusaha untuk melumpuhkan dirinya, padahal dia bukanlah seorang penjahat. Dia datang ke sana untuk menemui Mer, karena yang dia tahu wanita itu masih istrinya."Lepaskan!" teriak Adi ketika Arga mengencangkan pelintiran tangannya.Jika saja boleh, Arga ingin sekali memukuli pria matang itu sampai babak belur. Karena dia merasa tidak suka saat Adi berusaha untuk memeluk Mer, wanita yang sudah resmi menjadi kekasihnya itu."Gue bakal lepasin elu, Bang. Tapi, dengan syarat elu ngga boleh deketin Mer lagi," ujar Arga.Adi pernah menjadi pria yang begitu berarti di hati Mer, dia tidak mau jika pria itu dekat-dekat dengan Mer. Takutnya Mer akan luluh kembali, lalu mereka kembali bersatu.Kekuatan cinta terkadang tidak masuk di akal, bisa saja bukan mereka akan bersatu kembali karena kini Mer sedang mengandung benih dari Adi, pikir Arga."Gue ngga bakal deketin Mer lagi, tapi setidaknya kasih gue kesempatan buat ngomong sama mantan bini gue
Pada kesempatan yang ada, Mer membicarakan tentang rencana liburan yang sudah dia atur untuk kepentingan Anggi dan juga Johan. Dia mengatakan kepada Arga kalau liburan juga penting untuk mereka berdua dan kedua anaknya.Arga awalnya merasa keberatan karena perusahaan miliknya kini sedang berada di atas kejayaan, dia sedang begitu sibuk mengerjakan pekerjaannya. Namun, di satu sisi dia juga tidak ingin mengecewakan istrinya, anaknya dan juga adik iparnya. Lagi pula, untuk masalah pekerjaan bisa dia kerjakan di Bali sambil liburan.Akhirnya Arga memutuskan untuk pergi berlibur ke Bali, tentunya setelah dia menekankan kepada Johan Kalau pria itu juga harus tetap bekerja walaupun lewat laptop. Jika ada meeting penting, mereka harus melakukan zoom meeting melalui layar laptop. Agar perusahaan mereka tetap berjaya, karena itu penting adanya."Yes! Kalau gitu kita harus pesan Villa aja, biar lebih leluasa saat berlibur. Jangan pesan kamar hotel, Yang. Kurang asik," ujar Mer.Mer merasa jik
Sesuai dengan apa yang sudah direncanakan, Johan dan juga Anggi benar-benar mengadopsi Meira. Karena mereka merasa kasihan terhadap gadis kecil malang itu.Mereka benar-benar merasa iba karena di usianya yang masih sangat kecil, dia justru malah mendapati nasib yang sangat malang.Ayahnya kini divonis jika usianya tidak akan lama lagi, sedangkan ibunya sama sekali tidak mencari keberadaan putrinya tersebut. Ibunya seolah tidak peduli dengan perkembangan anaknya dan seolah tidak ingin menoleh ke belakang lagi.Padahal, jika memang Hanum begitu membenci Adi, itu tidak masalah jika dia tidak mau menemui pria itu. Namun, masalahnya Meira adalah putri kandungnya, setidaknya wanita itu harus ingat untuk mengurus putrinya tersebut.Anggi sangat sedih karena sudah cukup lama menikah dengan Johan, tetapi belum memiliki keturunan. Padahal, dia begitu menginginkan keturunan, tetapi yang sudah memiliki keturunan malah seolah tidak mau mengurusi keturunannya.Saat Anggi dan juga Johan membawa Meir
Setelah mendapatkan perawatan selama tiga hari, akhirnya Mer diperbolehkan untuk pulang membawa baby cantiknya.Saat Mer pulang, Arya terlihat begitu bahagia sekali bertemu dengan ibunya. Karena selama Mer di rumah sakit, anak itu tidak pernah sekalipun diajak ke rumah sakit.Arya juga begitu senang saat bertemu dengan adik perempuannya, adik perempuan yang terlihat begitu cantik sekali.Di sana juga ada tuan Danu, pak Adan, Johan dan juga Anggi. Mereka nampak berada di sana untuk menyambut kedatangan dari baby cantik milik Mer.Mereka bahkan menyulap ruang tamu milik Mer layaknya ruangan untuk berulang tahun, penuh dengan balon dan juga foto-foto baby kecil Mer yang selalu Arga kirimkan kepada tuan Danu dan juga Johan."Uuhh! Keponakan aku cantik sekali, siapa namanya?" tanya Johan yang langsung mengambil alih baby cantik dari pangkuan Mer.Mer menolehkan wajahnya ke arah suaminya, wanita itu seolah berharap jika yang akan menjawab pertanyaan dari adiknya itu adalah suaminya tersebut
Arga merasa begitu bangga karena selalu bisa memuaskan istrinya, dia merasa begitu berharga sebagai seorang pria. Melihat wajah penuh kepuasan dari istrinya, dia merasa sangat puas."Balik, Yang!" pinta Arga.Mer paham dengan apa yang diminta oleh suaminya tersebut, wanita itu nampak merangkak seperti bayi. Karena itu adalah posisi yang paling difavoritkan oleh suaminya tersebut.Tidak lama kemudian, Arga nampak memompa tubuh istrinya dari belakang. Dia maju mundurkan pinggulnya dengan penuh perasaan."Enak, Yang. Sangat enak," ujar Arga seraya menekan pinggang istrinya.Tidak lama kemudian Arga merasa seperti ada gejolak hasrat yang hendak keluar, tentu saja dia langsung mempercepat goyangan pinggulnya. Lalu, dia memperdalam miliknya dan memuntahkan cairan cintanya."Ouch! Yang, sangat enak." Arga memejamkan matanya karena mencapai klimaksnya.Kini Mer yang nampak tersenyum puas mendengar apa yang dikatakan oleh suaminya tersebut, dia merasa senang karena Arga selalu bisa mencapai pu
Semakin buncit perut Mer, wanita itu semakin kesulitan untuk bergerak. Karena bukan hanya perut wanita itu saja yang semakin membesar, tetapi badannya juga semakin membengkak.Beruntung kaki wanita itu tidak ikut membengkak, karena dengan seperti itu Mer masih bisa bergerak dengan begitu bebas. Walaupun memang dalam berjalan lebih lambat.Mer juga merasa beruntung karena Arga semakin perhatian saja kepada wanita itu, bahkan Arga lebih sering menemani wanita itu dalam kesehariannya.Awalnya Mer sempat ilfil karena tubuhnya yang membengkak, dia takut jika suaminya akan berselingkuh dan akan meninggalkan dirinya.Namun, dugaannya sangat salah. Karena Arga justru semakin memberikan perhatian kepada dirinya dan juga memberikan pujian.Arga berkata jika istrinya kini semakin gemoy, semakin enak saja kalau mereka melakukan percintaan panas seperti biasanya. Arga juga begitu pandai memuji dirinya.Tentunya hal itu membuat Mer percaya diri, tetapi walaupun dalam keadaan hamil wanita itu tidak
Dulu Mer memang sempat merasa kecewa dan juga sakit hati karena dibohongi oleh Adi, padahal dia begitu mencintai pria itu, tetapi nyatanya pria itu hanya ingin memanfaatkan dirinya untuk mencetak bayi.Adi bekerjasama dengan istrinya sendiri untuk menipu dirinya, satu hal yang membuat Mer merasa begitu lebih sakit hati. Hanum meminta Adi untuk meninggalkan dirinya setelah dia melahirkan.Sungguh itu adalah hal kejam yang tidak bisa dimaafkan begitu saja, karena menurut Mer, rencana Hanum benar-benar tidak manusiawi.Namun, kini setelah melihat Adi yang nampak begitu sengsara setelah ditinggalkan oleh Hanum, Mer merasa kasihan terhadap pria itu. Terlebih lagi terhadap Meira, anak itu tidak berdosa.Rasanya Mer ingin menangis ketika mendengar Adi menderita penyakit kanker hati stadium akhir, bahkan Adi berkata jika umurnya tidak akan lama lagi."Kata dokter, aku hanya akan bertahan selama 6 bulan. Aku--aku takut jika aku mati, Meira tidak ada yang mengurus, karena Hanum sama sekali tida
Semenjak mengetahui jika istrinya hamil, Arga bukan hanya mengalami mual dan lemas saja. Namun, jika pagi hari tiba dia akan mengalami mual dan juga muntah yang hebat.Pria itu akan terlihat begitu lemas sekali, dia akan merasa lebih baik jika sudah terkena cahaya matahari. Namun, Arga tidak pernah mengeluh. Dia menjalani hari-harinya dengan begitu sabar, karena dia tahu jika ini adalah efek dari kehamilan istrinya.Justru Arga sangat bersyukur karena dirinya yang mengalami ngidam dan juga mual muntah, karena dengan seperti itu dia merasa bisa meringankan beban Mer. Arga sering membaca tentang artikel kehamilan, wanita yang hamil itu sangat repot dan tentunya pasti akan ada perubahan mood pada wanita hamil itu.Setidaknya jika dia tidak bisa menggantikan Mer untuk melahirkan, dia bisa merasakan bagaimana tersiksanya saat wanita hamil."Hari ini kamu pucet banget deh, Yang. Apa ngga usah kerja saja?" tanya Mer seraya mengelusi perutnya yang sudah besar.Kini usia kehamilan Mer sudah m
Malam ini Arga dan juga Mer bercinta dengan begitu penuh gairah, keduanya berlomba-lomba untuk saling memuaskan. Mer juga malam ini terlihat tidak mau diam sama sekali, dia selalu mengimbangi goyangan pinggul dari suaminya.Bahkan, setelah istirahat beberapa waktu karena mendapatkan pelepasannya, Mer naik ke atas tubuh Arga dan mencoba untuk menjadi pengendali.Alhasil setelah Mer dan juga Arga sudah merasa begitu puas, Mer merasa jika perut bagian bawahnya terasa begitu sakit. Arga tentunya begitu panik ketika melihat istrinya mengaduh kesakitan."Yang? Kamu nggak apa-apa, kan?" tanya Arga panik karena wajah istrinya begitu pucat.Kalau saja Arga tahu jika bercinta dengan istrinya bisa membuat wanita itu kesakitan, Arga tidak akan mau melakukannya. Karena Arga masih bisa menahannya."Sakit banget, Yang. Tolong bawa aku ke dokter," ujar Mer karena rasa sakitnya datang dengan begitu kuat.Bahkan kini dia merasa jika perutnya keram, Mer takut terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan. M
Setelah dijanjikan akan diberikan kenikmatan sebanyak dua kali, Arga bekerja dengan begitu bersemangat. Dia tidak merengek sama sekali kepada istrinya, sangat sigap dalam bekerja walaupun sesekali dia mengeluh lemas.Terkadang Arga mengeluh kalau dirinya merasa sakit kepala, apalagi saat mencium bau pengharum ruangan yang biasa dipakai, dia terus saja mengeluh mual dan rasanya ingin muntah.Alhasil Mer terpaksa pergi ke swalayan untuk membeli pengharum ruangan yang baru, Arga meminta kepada Mer untuk dibelikan pengharum ruangan dengan wangi lemon.Pokoknya, makanan pun Arga inginnya yang berbau lemon. Mer sampai menggelengkan kepalanya karena tingkat suaminya itu benar-benar di luar nalar."Cape banget, Yang. Pulang yuk?" ajak Arga ketika waktu sudah menunjukkan pukul empat sore.''Boleh, tapi sebelum pulang kita shalat di sini aja dulu. Takutnya malah ngga keburu," usul Mer."Boleh, Yang," jawab Arga.Pada akhirnya Mer dan juga Arga melaksanakan salat ashar terlebih dahulu, setelah i