Pada awalnya Arga hanya terdiam seraya memperhatikan Mer yang sedang memasak, hingga tidak lama kemudian pria itu bangun dan langsung menghampiri Mer.Pria itu bukannya membantu Mer dalam memasak, tetapi malah merecoki wanita itu. Arga sesekali akan memeluk Mer dan mengusakkan wajahnya pada leher jenjang wanita itu.Arga juga begitu jahil, dia membuka ikatan rambut Mer dan melemparkannya secara asal. Mer terlihat kesal sekali tetapi dia tidak bisa marah, dia takut jika pria itu tidak akan mau membantu dirinya lagi.Terlepas dari itu semua, Mer menikmati kebersamaannya dengan Arga. Karena ternyata pria itu kini sudah lebih banyak tersenyum dan mengajak dirinya untuk bercanda tawa."Makanlah yang banyak, aku akan pulang kalau kamu tidak memerlukan aku lagi." Mer tersenyum hangat seraya menghidangkan makanan yang sudah dia masak.Walaupun hatinya merasa jika yang dia lakukan adalah hal yang salah, tetapi Mer akan berusaha untuk menikmati apa pun yang saat ini dia lalui dan apa pun yang d
"Maaf, tapi aku melakukannya bukan karena napsu semata. Aku suka sama kamu, aku mencintai kamu." Arga mengangkat tubuh Mer dan mendudukkannya di atas pangkuannya.Arga bahkan langsung memeluk pinggang Mer dengan begitu erat, lalu tidak lama kemudian tangan kirinya merambat naik pada punggung wanita itu.Mer nampak menahan napasnya mendapatkan perlakuan seperti itu dari Arga, dia pernah merasakan hal yang lebih dari ini ketika malam pertama dengan Adi.Saat ini ketika Arga melakukan hal itu, dia malah teringat akan malam pertamanya dengan Adi. Wanita itu bahkan malah menginginkan hal yang lebih, hal yang dulu dia rasakan dengan penuh kenikmatan.Jantung Mer tiba-tiba saja berdetak dengan begitu cepat, karena Arga menekan tengkuk lehernya dan dia langsung kembali mendekatkan wajahnya."Mau apa?" tanya Mer seraya menahan wajah Arga.Dia hanyalah manusia biasa, dia takut akan khilaf dan menginginkan hal yang lebih. Apalagi setelah dia menatap wajah Arga, dia merasa jika pria itu sangatlah
Adi nampak kesal sekali setelah membaca pesan dari Arga, sungguh saat ini dia berpikir jika hal yang harus dilakukan oleh Arga, hal penting yang akan dilakukan oleh pria itu adalah berpeluh dengan wanita yang dia cintai itu.Ya, cinta. Adi sudah mencintai Mer, bahkan dia berniat tidak akan menceraikan wanita itu. Dia berniat akan mempertahankan rumah tangganya walaupun akan banyak cobaan yang menghadang.Walaupun Hanum akan berusaha untuk memisahkan dirinya dengan wanita itu, Adi berjanji akan mempertahankan Mer. Adi bahkan sudah berencana akan membelikan rumah baru untuk Mer, dia akan menjauhkan Mer dari Hanum. Tentunya hal itu dilakukan agar Hanum tidak bisa menyakiti Mer.Tadi malam Hanum mengamuk, wanita itu merasa tidak terima ketika adik berkata jujur bahwa dia sudah mencintai Mer. Padahal perjanjian yang dia lakukan dengan Hanum adalah, Adi akan menikah dan bercerai setelah memiliki anak laki-laki.Bukan untuk mempertahankan Mer, sungguh Hanum tidak sudi jika hal itu terjadi.
"Sialan! Apa yang harus aku lakukan?" tanya Adi.Adi menatap Arga dengan tatapan penuh kesalahan dan juga cemburu yang berlebihan, karena walau bagaimanapun juga Mer masih sah menjadi istrinya.Adi juga terlihat begitu marah ketika melihat Mer yang masuk ke dalam mobil Arga, bahkan Arga terlihat memakaikan sabuk pengaman untuk Mer.Adi yang benar-benar merasa kesal dan juga cemburu sangat tidak tahan jika harus berdiam saja, pada akhirnya pria itu keluar dari dalam mobilnya dan menghampiri Arga yang hendak menutup pintu mobilnya."Jangan di tutup dulu, aku ingin mengajak istriku untuk pulang." Adi menahan pintu mobil yang hendak menutup.Arga hanya menghela napas berat, berbeda dengan Mer yang terlihat kesal saat bersitatap mata dengan Adi. Wanita itu terlihat begitu enggan untuk bertemu dengan Adi.Bahkan, hanya untuk menatap wajahnya saja dia merasa malas. Kesal sekali rasanya jika mengingat bahwa dirinya sudah dijadikan sebagai istri kedua, kesal sekali jika mengingat Adi yang suda
Kini Adi benar-benar merasa serba salah dibuatnya, dulu Hanum meminta dirinya untuk menikah kembali dan memberikannya seorang putra. Namun, kini Hanum memaksa dirinya untuk berpisah dengan Mer.Memangnya berpisah bisa dengan semudah itu, pikirnya. Adi menikahi Mer secara resmi, ada ikatan yang terjalin di antara keduanya. Bahkan, Adi sudah menggauli Mer. Walaupun hanya satu kali.Rasanya tidak adil jika dirinya meninggalkan Mer begitu saja, karena walau bagaimanapun juga dia meminta Mer secara baik-baik kepada ayahnya.Dia menikah Mer secara baik baik, jika memang dia harus meninggalkan Mer, setidaknya dia harus melakukan hal itu dengan baik.Namun, kalau bisa Adi tidak ingin meninggalkan Mer. Karena pria itu sudah mencintai wanita muda itu, hatinya bahkan sudah dipenuhi oleh nama wanita itu"Kenapa malah diam saja? Cepat mandi, setelah itu langsung makan. Aku sudah sangat mengantuk," ujar Hanum yang melihat Adi malah melamun saja.Tentu saja dia malah melamun karena begitu bingung ha
Pagi-pagi sekali Adi sudah berangkat, dia berkata akan pergi ke kantor. Namun, pada kenyataannya Adi ingin pergi ke rumah pak Adan terlebih dahulu. Dia ingin bertemu dengan istri keduanya terlebih dahulu."Ngga bohong, kan?" tanya Hanum ketika mendengar suaminya berpamitan untuk pergi ke kantor karena ada meeting pagi.Hanum takut jika suaminya itu berbohong kepada dirinya, pria itu rela berbohong hanya untuk menemui istri keduanya."Ngga dong, Yang. Mana mungkin aku berani bohong," ujar Adi yang langsung memberikan ciuman yang begitu mesra kepada istrinya agar wanita itu tidak lagi banyak bicara."Jangan nakal!" ujar Hanum."Hem! Aku berangkat," pamit Adi.Setelah berpamitan kepada Hanum, Adi langsung melajukan mobilnya menuju kediaman pak Adan. Dia sengaja meninggalkan ponselnya di dalam kamarnya, karena dia tidak mau kegiatan dalam sehari-harinya dipantau oleh Hanum.Tiba di kediaman pak Adan, dengan cepat dia memarkirkan mobilnya dan mengetuk pintu rumah itu. Tidak lama kemudian p
Beberapa saat sebelumnya.Selepas kepergian Adi, Arga datang ke kediaman pak Adan. Pria itu langsung dipersilakan untuk masuk oleh pak Adan, entah kenapa walaupun Arga masih terlihat seumuran dengan putrinya, tetapi dia lebih percaya kepada pria itu."Selamat pagi, Pak. Maaf jika saya pagi-pagi sekali sudah mengganggu aktivitas anda," ujar Arga dengan sopan.Pak Adan nampak tersenyum lalu menganggukkan kepalanya mendengar apa yang dikatakan oleh Arga, lalu pria paruh baya itu berkata."Tidak apa, katakan saja ada apa. Saya siap mendengarkan," ujar Pak Adan.Arga tersenyum dengan hangat lalu dia pun memberikan map berwarna coklat kepada pak Adan, pria itu nampak mengerutkan dahinya dengan dalam karena tidak paham dengan apa yang diberikan oleh Arga."Apa ini?" tanya Pak Adan.Dia tidak merasa memesan sesuatu, dia tidak merasa meminta sesuatu. Lalu, kenapa tiba-tiba saja Arga datang dan memberikan map tersebut kepada dirinya, pikirnya."Dibuka saja, Pak." Arga tersenyum dengan ramah.Pa
Setelah berpamitan kepada pak Adan dan juga Johan, akhirnya Arga dan juga Mer pergi menuju ibu kota. Keduanya nampak diam tanpa banyak bicara, keduanya nampak sibuk dengan pemikiran masing-masing.Mer sedang memikirkan kehidupan baru yang akan dia jalani, bukan hanya jauh dari Adi, tetapi dia juga jauh dari ayah dan juga adik tercintanya.Rasanya sangat sedih sekali, tetapi dia berusaha untuk tegar karena Mer yakin jika apa yang saat ini akan dia lakukan adalah hal yang terbaik yang dia ambil.Tidak apa jika dia harus berjauhan dari Johan dan juga pak Adan, karena sesekali nanti Mer bisa menemui ayah dan adiknya tersebut. Atau mungkin Mer bisa meminta Johan dan pak Adan untuk menemui dirinya di kota.Satu hal yang terpenting bagi Mer saat ini, dia bisa berjauhan dari Adi. Dia bisa berpisah secara resmi dengan pria itu, pria yang dulu sempat dia cintai tetapi kini dia benci."Jangan terlalu memikirkan hal apa pun, jalani saja seperti air yang mengalir." Arga mengelus lembut tangan kana
Pada kesempatan yang ada, Mer membicarakan tentang rencana liburan yang sudah dia atur untuk kepentingan Anggi dan juga Johan. Dia mengatakan kepada Arga kalau liburan juga penting untuk mereka berdua dan kedua anaknya.Arga awalnya merasa keberatan karena perusahaan miliknya kini sedang berada di atas kejayaan, dia sedang begitu sibuk mengerjakan pekerjaannya. Namun, di satu sisi dia juga tidak ingin mengecewakan istrinya, anaknya dan juga adik iparnya. Lagi pula, untuk masalah pekerjaan bisa dia kerjakan di Bali sambil liburan.Akhirnya Arga memutuskan untuk pergi berlibur ke Bali, tentunya setelah dia menekankan kepada Johan Kalau pria itu juga harus tetap bekerja walaupun lewat laptop. Jika ada meeting penting, mereka harus melakukan zoom meeting melalui layar laptop. Agar perusahaan mereka tetap berjaya, karena itu penting adanya."Yes! Kalau gitu kita harus pesan Villa aja, biar lebih leluasa saat berlibur. Jangan pesan kamar hotel, Yang. Kurang asik," ujar Mer.Mer merasa jik
Sesuai dengan apa yang sudah direncanakan, Johan dan juga Anggi benar-benar mengadopsi Meira. Karena mereka merasa kasihan terhadap gadis kecil malang itu.Mereka benar-benar merasa iba karena di usianya yang masih sangat kecil, dia justru malah mendapati nasib yang sangat malang.Ayahnya kini divonis jika usianya tidak akan lama lagi, sedangkan ibunya sama sekali tidak mencari keberadaan putrinya tersebut. Ibunya seolah tidak peduli dengan perkembangan anaknya dan seolah tidak ingin menoleh ke belakang lagi.Padahal, jika memang Hanum begitu membenci Adi, itu tidak masalah jika dia tidak mau menemui pria itu. Namun, masalahnya Meira adalah putri kandungnya, setidaknya wanita itu harus ingat untuk mengurus putrinya tersebut.Anggi sangat sedih karena sudah cukup lama menikah dengan Johan, tetapi belum memiliki keturunan. Padahal, dia begitu menginginkan keturunan, tetapi yang sudah memiliki keturunan malah seolah tidak mau mengurusi keturunannya.Saat Anggi dan juga Johan membawa Meir
Setelah mendapatkan perawatan selama tiga hari, akhirnya Mer diperbolehkan untuk pulang membawa baby cantiknya.Saat Mer pulang, Arya terlihat begitu bahagia sekali bertemu dengan ibunya. Karena selama Mer di rumah sakit, anak itu tidak pernah sekalipun diajak ke rumah sakit.Arya juga begitu senang saat bertemu dengan adik perempuannya, adik perempuan yang terlihat begitu cantik sekali.Di sana juga ada tuan Danu, pak Adan, Johan dan juga Anggi. Mereka nampak berada di sana untuk menyambut kedatangan dari baby cantik milik Mer.Mereka bahkan menyulap ruang tamu milik Mer layaknya ruangan untuk berulang tahun, penuh dengan balon dan juga foto-foto baby kecil Mer yang selalu Arga kirimkan kepada tuan Danu dan juga Johan."Uuhh! Keponakan aku cantik sekali, siapa namanya?" tanya Johan yang langsung mengambil alih baby cantik dari pangkuan Mer.Mer menolehkan wajahnya ke arah suaminya, wanita itu seolah berharap jika yang akan menjawab pertanyaan dari adiknya itu adalah suaminya tersebut
Arga merasa begitu bangga karena selalu bisa memuaskan istrinya, dia merasa begitu berharga sebagai seorang pria. Melihat wajah penuh kepuasan dari istrinya, dia merasa sangat puas."Balik, Yang!" pinta Arga.Mer paham dengan apa yang diminta oleh suaminya tersebut, wanita itu nampak merangkak seperti bayi. Karena itu adalah posisi yang paling difavoritkan oleh suaminya tersebut.Tidak lama kemudian, Arga nampak memompa tubuh istrinya dari belakang. Dia maju mundurkan pinggulnya dengan penuh perasaan."Enak, Yang. Sangat enak," ujar Arga seraya menekan pinggang istrinya.Tidak lama kemudian Arga merasa seperti ada gejolak hasrat yang hendak keluar, tentu saja dia langsung mempercepat goyangan pinggulnya. Lalu, dia memperdalam miliknya dan memuntahkan cairan cintanya."Ouch! Yang, sangat enak." Arga memejamkan matanya karena mencapai klimaksnya.Kini Mer yang nampak tersenyum puas mendengar apa yang dikatakan oleh suaminya tersebut, dia merasa senang karena Arga selalu bisa mencapai pu
Semakin buncit perut Mer, wanita itu semakin kesulitan untuk bergerak. Karena bukan hanya perut wanita itu saja yang semakin membesar, tetapi badannya juga semakin membengkak.Beruntung kaki wanita itu tidak ikut membengkak, karena dengan seperti itu Mer masih bisa bergerak dengan begitu bebas. Walaupun memang dalam berjalan lebih lambat.Mer juga merasa beruntung karena Arga semakin perhatian saja kepada wanita itu, bahkan Arga lebih sering menemani wanita itu dalam kesehariannya.Awalnya Mer sempat ilfil karena tubuhnya yang membengkak, dia takut jika suaminya akan berselingkuh dan akan meninggalkan dirinya.Namun, dugaannya sangat salah. Karena Arga justru semakin memberikan perhatian kepada dirinya dan juga memberikan pujian.Arga berkata jika istrinya kini semakin gemoy, semakin enak saja kalau mereka melakukan percintaan panas seperti biasanya. Arga juga begitu pandai memuji dirinya.Tentunya hal itu membuat Mer percaya diri, tetapi walaupun dalam keadaan hamil wanita itu tidak
Dulu Mer memang sempat merasa kecewa dan juga sakit hati karena dibohongi oleh Adi, padahal dia begitu mencintai pria itu, tetapi nyatanya pria itu hanya ingin memanfaatkan dirinya untuk mencetak bayi.Adi bekerjasama dengan istrinya sendiri untuk menipu dirinya, satu hal yang membuat Mer merasa begitu lebih sakit hati. Hanum meminta Adi untuk meninggalkan dirinya setelah dia melahirkan.Sungguh itu adalah hal kejam yang tidak bisa dimaafkan begitu saja, karena menurut Mer, rencana Hanum benar-benar tidak manusiawi.Namun, kini setelah melihat Adi yang nampak begitu sengsara setelah ditinggalkan oleh Hanum, Mer merasa kasihan terhadap pria itu. Terlebih lagi terhadap Meira, anak itu tidak berdosa.Rasanya Mer ingin menangis ketika mendengar Adi menderita penyakit kanker hati stadium akhir, bahkan Adi berkata jika umurnya tidak akan lama lagi."Kata dokter, aku hanya akan bertahan selama 6 bulan. Aku--aku takut jika aku mati, Meira tidak ada yang mengurus, karena Hanum sama sekali tida
Semenjak mengetahui jika istrinya hamil, Arga bukan hanya mengalami mual dan lemas saja. Namun, jika pagi hari tiba dia akan mengalami mual dan juga muntah yang hebat.Pria itu akan terlihat begitu lemas sekali, dia akan merasa lebih baik jika sudah terkena cahaya matahari. Namun, Arga tidak pernah mengeluh. Dia menjalani hari-harinya dengan begitu sabar, karena dia tahu jika ini adalah efek dari kehamilan istrinya.Justru Arga sangat bersyukur karena dirinya yang mengalami ngidam dan juga mual muntah, karena dengan seperti itu dia merasa bisa meringankan beban Mer. Arga sering membaca tentang artikel kehamilan, wanita yang hamil itu sangat repot dan tentunya pasti akan ada perubahan mood pada wanita hamil itu.Setidaknya jika dia tidak bisa menggantikan Mer untuk melahirkan, dia bisa merasakan bagaimana tersiksanya saat wanita hamil."Hari ini kamu pucet banget deh, Yang. Apa ngga usah kerja saja?" tanya Mer seraya mengelusi perutnya yang sudah besar.Kini usia kehamilan Mer sudah m
Malam ini Arga dan juga Mer bercinta dengan begitu penuh gairah, keduanya berlomba-lomba untuk saling memuaskan. Mer juga malam ini terlihat tidak mau diam sama sekali, dia selalu mengimbangi goyangan pinggul dari suaminya.Bahkan, setelah istirahat beberapa waktu karena mendapatkan pelepasannya, Mer naik ke atas tubuh Arga dan mencoba untuk menjadi pengendali.Alhasil setelah Mer dan juga Arga sudah merasa begitu puas, Mer merasa jika perut bagian bawahnya terasa begitu sakit. Arga tentunya begitu panik ketika melihat istrinya mengaduh kesakitan."Yang? Kamu nggak apa-apa, kan?" tanya Arga panik karena wajah istrinya begitu pucat.Kalau saja Arga tahu jika bercinta dengan istrinya bisa membuat wanita itu kesakitan, Arga tidak akan mau melakukannya. Karena Arga masih bisa menahannya."Sakit banget, Yang. Tolong bawa aku ke dokter," ujar Mer karena rasa sakitnya datang dengan begitu kuat.Bahkan kini dia merasa jika perutnya keram, Mer takut terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan. M
Setelah dijanjikan akan diberikan kenikmatan sebanyak dua kali, Arga bekerja dengan begitu bersemangat. Dia tidak merengek sama sekali kepada istrinya, sangat sigap dalam bekerja walaupun sesekali dia mengeluh lemas.Terkadang Arga mengeluh kalau dirinya merasa sakit kepala, apalagi saat mencium bau pengharum ruangan yang biasa dipakai, dia terus saja mengeluh mual dan rasanya ingin muntah.Alhasil Mer terpaksa pergi ke swalayan untuk membeli pengharum ruangan yang baru, Arga meminta kepada Mer untuk dibelikan pengharum ruangan dengan wangi lemon.Pokoknya, makanan pun Arga inginnya yang berbau lemon. Mer sampai menggelengkan kepalanya karena tingkat suaminya itu benar-benar di luar nalar."Cape banget, Yang. Pulang yuk?" ajak Arga ketika waktu sudah menunjukkan pukul empat sore.''Boleh, tapi sebelum pulang kita shalat di sini aja dulu. Takutnya malah ngga keburu," usul Mer."Boleh, Yang," jawab Arga.Pada akhirnya Mer dan juga Arga melaksanakan salat ashar terlebih dahulu, setelah i