Home / Romansa / Status Facebook Tetangga / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Status Facebook Tetangga: Chapter 11 - Chapter 20

52 Chapters

Perang Dunia Ketiga

  “Kenapa, sih, dari dulu selalu saja ingin merebut milikku?”Sekali lagi Khamila diam. “Burhan, urus istrimu! Dalam waktu 1 x 24 jam belum kamu bersihkan nama baikku, akan kuviralkan chatinganmu dengan suamiku agar warga tahu kalau kamu penggoda suami orang!” ancamku.“Huuuuuuu!” Terdengar suara teriakan orang-orang. Astaghfirullahal’adziim, rupanya banyak ibu-ibu menguping pembicaraan kami.“Oala, ternyata Khamila itu tukang fitnah, huuu,” kata seorang wanita yang tadi pagi kutemui di tukang sayur.“Hooh, ternyata kita kemakan sama omongannya, huuu,” kata yang lain menimpali.Sementara aku sedikit puas melampiaskan kekesalanku.“Ibu-ibu, tolong bubar, ya, ini bukan tontonan.”Kuusir ibu-ibu komplek secara halus.Sementara Khamila diam dan menunduk.“Khamila! Kamu keterlaluan,” pekik Burhan. “Selama
Read more

Di Resto

  “Mah, jangan membicarakan orang! Kalau nggak Papa panggil, pasti ngobrolnya nggak selesai-selesai.”Aku hanya mengernyitkan dahi.Kami jalan-jalan memutari kota Jakarta. Tak lupa, aku bikin status.“Mingguan jalan-jalan bersama keluarga.”Kemudian mampir di restoran seafood. Lalu bikin status lagi.“Aku di sini.” Sembari upload saat kami makan. Ketika kami sedang asyik makan, aku dikejutkan oleh kedatangan Burhan dengan Anggita.“Astaghfirullah, Burhan! Pa lihat! itu Burhan sama Anggita,” ucapku sedikit berteriak karena kaget. Kucolek Papa yang sedang asyik makan. Mas Adnan melihat kearah yang aku tunjuk.“Pa, itu Si Anggita, madunya Khamila,” ucapku. Tunggu, akan kuambil gambarnya.“Ma, jangan dibuat status!” pinta Papa sambil memelototiku. Ia khawatir kalau aku buat status, nanti heboh. “ Biarlah itu urusan keluarganya Bu
Read more

Ada Biang Kerok

Aku sama Mas Adnan saling pandang, heran. Sementara Khamila masih menangis dan mengiba minta tolong. Ada apa ini, kenapa Khamila kesini dan menangis. Jangan-jangan modus. “Mama Adit, Mas Adnan, itu, Mas Burhan,” ucap Khamila masih dengan air mata bercucuran. “Ada apa dengan Burhan, Khamila?” tanyaku. Namun aku sudah punya feeling, mungkin perselingkuhannya telah diketahui Khamila. “Mas Burhan, ternyata dia selingkuh.” Tangisan Khamila meledak kembali sampai sesak.  “Lihat ini Dania, Mas Adnan.” Khamila menunjukkan foto Burhan bersama Anggita ketika di restoran seafood tadi. Aku tecengang begitupun dengan Mas Adnan, lalu kami saling pandang. “Kamu dapet foto itu darimana?” tanyaku penasaran, padahal saat foto itu diambil, posisiku juga ada di sana. “Ada yang kirim, Mama Adit.” Masih denga
Read more

???

  Langsung kublokir facebooknya Khamila, Puas!..Keesokan pagi saat di ruang makan.“Mas, kemarin Khamila inbox katanya mau nebeng, tolong jangan mau,” ucapku.“Memang inbox apa?” tanyanya sembari mengunyah makanan.“Katanya mau nebeng ke rumah Saudaranya.”“Ya.”Lega. Khamila, saya pastikan nanti Mas Adnan tidak akan memberi tebengan untukmu.Usai sarapan, Mas Adnan pamit, dan putraku berangkat ke sekolah naik jemputan.Semua telah kubereskan, untuk pakaian, aku ambil jasa laundry.Ya Allah, ada-ada saja ujian dalam rumah tangga. Khamila, wanita itu, entah kenapa selalu hadir dalam hidupku. Sejak saat aku sama Burhan, ia datang mengganggu bahkan sampai merendahkan diri sendiri dan hamil. Kini, ketika aku sama Mas Adnan, iapun mengganggu. Aku tidak tahu, ada apa sebenarnya dengan hatinya.“Assalaamualaikum, Bu Dania.&rd
Read more

Tetangga Rese

  Setelah aku membeli setengah kilo ikan bawal, seikat sayur bayam dan dua buah wortel, lalu kubayar, aku meluncur ke rumah Mama Rena.Tak butuh waktu lama untuk sampai. Kutekan bel yang ada di pintu pagar, tetapi tidak ada tanggapan. ‘Apakah ia pergi?’ batinku. Lalu kutekan belnya hingga yang ketiga kalinya. Namun tetap tidak dibuka. Dengan kecewa, akhirnya aku pulang.Setelah mengunci pagar dan masuk, kubuka-buka ponselku. Ada panggilan masuk.“Siapa ini?” ucapku pelan. Nomer tidak di kenal. Lalu kubuka pesan masuk.[Dania, ini aku, Dinar. Simpan nomerku, ya.] O, Dinar.[Oke.] Langsung kubalas.[Kamu masih cantik, ya] balas Dinar kembali.[Thanks][Minggu depan aku pulang ke Indonesia, aku pingin ketemu denganmu.] Pinta Dinar.[Boleh.] Balasku.[Oke, nanti kukabari.] Setelah itu, ia tak membalasku.Kemana Mama Rena, apakah dia tahu kalau aku bakal ke rumah
Read more

16. Gara-Gara Anak

Part 16 [Hapus! Dalam waktu lima menit tidak di hapus, aku lapor polisi!]Pesanku ke Mama Rena belum di baca, jika tidak di hapus, akan kulaporkan ke Pak RT. Aku kembali ke meja makan, kulihat Adit sedang makan dengan lahapnya. “Setelah makan, kamu istirahat, ya, jangan main dulu!” perintahku pada Adit, putraku. “Ma, aku mau main aja, ya, nggak mau tidur,” balasnya. “Tadi habis nabrak Rena, lebih baik kamu bobok saja.” Aku khawatir kalau badannya ada yang masih pada sakit. Akhirnya ia menurutiku. Adit menuju ke kamarnya untuk istirahat siang. Aku membereskan meja makan sekaligus mencuci piring kotor. Setelah itu aku rebahan di depan TV. 
Read more

17. Gara Gara Anak

  “Puas, makanya jangan bikin gara-gara, ha ha ha.”Beberapa menit kemudian, Papa mendekatiku.“Ma, hapus story Mama itu, tidak pantas!” perintah Papa tegas. Ih, Papa ternyata bisa tegas juga.“Pa, itukan aku privacy, tidak semua bisa melihatnya.” Aku membela diri. Tumben banget Papa suka melihat storyku. Biasanya cuek bebek.“Iya, tetap saja tidak pantas, hapus!” perintahnya lagi. Akhirnya kuturuti perintah Papa, kuhapus story’ whatsapp yang tadi kukirim.“Dasar emak-emak, ya, gara-gara story WA, jadi ribut,” ucap Papa lalu masuk ke kamar.“Eh, Pa, tunggu!” Papa berhenti dan menengok kearahku. “Pinjam hapenya,” peintahku sembari mengulurkan tangan.“Ini, ah, Mama,” ucap Papa sembari menyerahkan ponselnya ke aku.“Makasih.”Aku kembali duduk di ruang keluarga dan mengotak-atik Ponsel
Read more

18. Kena Getahnya

    Lalu aku juga bikin status, “Habis dari Masjid.” Lalu kukirim foto kami bertiga, posisiku sedang memakai mukena.    Kami membaca Al Quran hingga Adzan Isya berkumandang.    “Siap-siap ke masjid, yuk,” perintah Papa. Ia menggandeng Adit yang malas-malasan untuk bangun, meski malas, ia bangun dan kami bertiga berangkat bersama.    Di Masjid agak sepi, tak sebanyak ketika sholat Maghrib. Saat aku memasuki teras Masjid, kulihat Idos sedang main lari-lari dengan anak yang lain. Teman-teman Idos memang anak seusia Adit. Mereka saling meledek, saling kejar, kadang main perang-perangan.    Saat melihatku, Idos langsung diam seperti ketakutan.    Kupanggil i
Read more

19. Teguran

‘Apa mungkin tukang sampah itu melihat statusnya Khamila kemarin sore dan tadi malam?’ Ku colek Mas Adnan, "Mas, Burhan mana?" bisikku di telinga suamiku."Mas nggak lihat," jawabnya sambil menggeleng. Sementara Khamila masih meringkuk sambil menangis."Coba telpon Burhan, Mas!" perintahku. Mas Adnan mengangguk kemudian mengeluarkan ponselnya. Baru saja mau memencet tombol, dari arah luar Burhan datang. Ia langsung lari dan menemui Khamila."Khamila, apa yang terjadi?" tanya Burhan panik langsung dipeluk istri pertamanya itu."Pergi!" teriak Khamila, "Ngapain kamu pulang, kamu laki-laki tak bertanggung jawab! urus istri mudamu itu," lanjut Khamila masih dengan nada tinggi.  Semarah itukah Khamila sama Burhan? apa yang terjadi? Setahuku, Khamila sangat bangga dengan suaminya."Bapak, Ibu, sebaiknya silakan kembali ke rumah masing-masing. Bu Khamil
Read more

20. Ulah Adit

#StatusFacebookTetangga Part 20 "Mama ...!" panggil Papa, deg! apakah ada yang salah dengan statusku? “Iya, Pa,” kudekati Mas Adnan dengan perasaan deg-degan, jangan-jangan ada yang salah dengan statusku. Aduh ....   “Bentar ya, Pa, mau bikin telur ceplok,” pintaku. Aku langsung pergi ke dapur, ingin kuhapus status yang tadi.    “Ma ...!” panggil suamiku lagi, huft .... Pasrah, deh.    “Ma, Mama bikin status lagi, ya. Kan Papa dah bilang, nggak usah bikin status, nanti masalah.” Aku hanya cengar-cengir saja.    “Ma! Jangan cengar-cengir doang. Kalau ada yang membaca status Mama, lalu penasaran dengan Papa, lalu orang tersebut naksir Papa, Mama mau apa? Cemburu? Kemarin
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status