Home / Romansa / Status Facebook Tetangga / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Status Facebook Tetangga: Chapter 41 - Chapter 50

52 Chapters

41. Ada Sesuatu

#StatusFacebookTetanggaPart 41"Maaf, ini siapa?" balasku kembali. Krek! langsung diriject dari sana. Lalu ada pesan masuk. [Aku pangagummu, Dania!] Gubrak!!!"Astaghfirullahaladzim, subhanallah ... Ini siapa? Wah! Jangan sampai mas Adnan tahu. Apakah Burhan? Aku rasa bukan," gumamku sambil berfikir. Perasaan di komplek ini tidak ada bapak-bapak yang nyeleneh, kebanyakan malah ibu-ibunya. Aduh! Bagaimana ini?"Ini pasti Burhan, eh, tapi ...." Aku kembali berfikir. Kalau benar si Burhan, awas, ya! udah dapet dua masih juga godain istri orang.Aku duduk sambil memikirkan kira-kira siapa pria misterius itu. Ting ....Notifikasi masuk.[Engkau ibarat bunga diantara bunga-bunga indah lain yang terpancar.Namun, keharumanmu, membuatku memilihmu untuk aku hinggapi.Mbak Dania, maaf jika aku mengganggumu, tetapi entahlah, aku merasa suka jika melihat Mbak Dania,
Read more

42. Status Mama Adel Bikin Ruwet

"Alhamdulillah bukan dari si misterius itu." Kunyalakan motorku dan kulajukan menuju ke rumah Mama Azzah. Aku ingin menemui Burhan sebentar.  Saat ditengah jalan tepatnya di persimpangan, Pak Dayat--suami dari Bu Ning mencegatku. Terpaksa aku berhenti dan mematikan motorku. "Maaf Bu RT, mengganggu," ungkapnya sembari mematikan motor. Sepertinya baru beli sesuatu  "Iya, Pak, tapi maaf, saya mau beli lauk," jawabku. "Sebentar saja, Bu RT. Saya pusing dengan Mama Adel, dia tidak mau mengaku kalau berhutang dengan Mama Azzah."Hadeh, curhat kok di jalan. Itu bukan urusanku sebenarnya.  "Eh, coba bapak bicara dari hati ke hati, Pak. Bu Ning maunya apa, barangkali ada yang ingin dimiliki tetapi tidak kesampaian," ucapku berusaha menyembunyikan kekesalan.  "Nah itu, Bu RT. Keinginannya banyak. Mama Adel pingin punya rumah di sini, padahal
Read more

43. Memberi Pelajaran

Kemudian Mas Adnan mengetik sesuatu, entah apa itu yang pasti ia sudah melindungiku. Namun ingat Mama Adel, aku akan buat perhitungan.------ "Pa, sudah kirim pesan ke Mama Adel?" tanyaku kepada Mas Adnan yang masih serius mengetik. "Ini lagi ngetik. Cuma Papa masih bingung, bagaimana caranya supaya tidak menyinggung perasaannya." Aku menepuk jidat. Kumira sudah dikirim dari tadi. "Sini, aku yang ngetik. Nunggu Papa lama." Papa menyerahkan ponselnya padaku. Ternyata dari tadi belum diketik juga, hadeh.  [Mama Adel, maaf, tolong segera hapus status gambar Dania dan Pak Dayat yang sedang mengobrol itu. Rasanya tidak pantas.] Kukirim ke Mama Adel. Centang dua, berarti sudah terkirim.  [Owh, iya, Pa RT, bentar lagi, nunggu suami melihat.] Lho, memang kanapa? kok harus nunggu Pak Dayat dulu.  [Memangnya kenapa, Bu. Jangan memperm
Read more

44. Main Runyam

“Sudah cukup Pak, Bu! Kalau njenengan berdua ingin  bertengkar, silakan di rumah saja,” lerai Suamiku. Kedua pasangan suami istri itupun akhirnya diam. “Silakan, ada apa njenegan ke sini? Apakah ada masalah?”   “Pastinya ada, Pak. Saya mau lapor kalau suami saya selingkuh!” sahut Bu Ning. Pandangannya mengarah ke Pak Dayat.   Oh Allah, soal perselingkuhan kenapa harus bawa-bawa RT, sih, ini sudah keberapa kali laporan seperti itu.   “Ma, berapa kali Papa katakan kalau Papa itu tidak selingkuh. Mana buktinya? Mama itu selalu suudzon. Dulu dituduh selingkuh dengan langganan tukang sayur, sekarang? Ujug-ujug Mama nuduh selingkuh, lalu selingkuh dengan siapa?” Nampaknya Pak Dayat memang sangat kesal dan marah.   “Justru Mama yang nggak mau ngak
Read more

45. Semua Hampir Saja Terungkap

Status Facebook Tetangga Benar-benar makin runyam, herannya kenapa Kamila sampai tahu. Wah, si Burhan tidak bisa dipercaya ini. Aku semakin pusing dengan persoalan ini. Jika Khamila tahu, berita ini bakalan cepat tersebar.  'Ah baiknya aku memang harus cerita ke Mas Adnan.' Kudekati suamiku yang sedang tertidur pulas. Kulirik jam di dinding, rupanya bentar lagi Asar, memang harus dibangunkan.  "Mas, bangun sayang, sudah jam 14.40," panggilku sembari menggerak-gerakkan badannya agar cepat bangun.  Mas Adnan hanya menggeliat, lalu melirikku dan merangkul. "Mas, masih siang, jangan seperti ini, ah." Aku meronta. Dikhawatirkan Adit tiba-tiba pulang karena memang sudah waktunya pulang.  "Memangnya kenapa? Kan pintu pagar dikunci?" ucapnya. Namun matanya masih terpejam.  "Mas,ka
Read more

46. Pria Misterius Itu Ternyata ....

Setelah semua barang keperluanku telah aku beli, kemudian aku meluncur ke rumah Khamila. Sesampainya di sana ternyata rumahnya terkunci.‘Kemana Khamila, apa mungkin ia sedang belanja?’ Coba aku telpon. Kukeluarkan ponselku dari saku celana jeans yang aku pakai. Langsung kucari namanya. “Assalamualaikum.” Langsung dijawab olehnya. “Ada apa Mama Adit?” tanyanya. “Waalailkum salam. Aku ada di rumahmu, sekarang kamu ada di mana?” tanyaku. “Lah, kenapa nggak dari tadi? Sekarang aku lagi belanja di swalayan,” jawabnya. Waduh, tidak bisa ketemu. Padahal aku ingin menyelesaikan persoalanku dan juga ingin tahu, siapa pria misterius yang menggangguku.Aku juga ingin meminta agar ia menghapus statusnya sekarang, tetapi jika itu aku lakukan, ia pasti tambah senang. Ia itu senang jika aku sulit. &l
Read more

47. Mempertemukan Dua Orang Yang Berseteru

Aku di dalam rumah sampai sore menunggu Mas Adnan pulang. Perasaan resah dan gelisah menyeruak dalam dada. Jam empat, Mas adnan tak kunjung pulang. Jam Limapun tak pulang. Kemana Mas Adnan, kenapa jam segini belum juga pulang?Berbagai macam pemikiran-pemikiran negatif berkecamuk dalam otakku.Aku yang sedang duduk di ruang tamu, mandengar bel berbunyi. Sepertinya ada yang datang dan aku keluar.Alhamdulillah, Mas Adnan pulang, Aku menantikannya sekak tadi. Aku mengahambur dan segera memeluknya, mencium pipinya.“Eh, Ma, aku baru pulang dan badan masih bau, lho,” ungkap Mas Adnan dengan heran. Mungkin karena tingkahku yang tidak seperti biasanya.“Kenapahape ditinggal, jadinya aku nggak bisa komunikasi,” ujarku sambil merengut dan masih merangkulnya. Mas Adnan masih berdiri sambil memegang tas kerjanya.“Kamu kangen?” Ledek suamiku“Iya,” ujarku manja. Aslinya benar-benar aku merasa resa
Read more

48. Sebuah Pengakuan

Ternyata Mama Adel tidak datang,ia berjanji akan ke rumah selepas Asar. Aku dan Mas Adnan memutuskan untuk mendatangi rumahnya setelah Maghrib dan tadi sudah mengirim pesan...Usai sholat Maghrib, aku dan Mas Adnan menuju ke rumah Mama Adel. Sesampainya di sana, mereka tidak ada di rumah. Rumah mereka terkunci. Mas Adnan mencoba menghubunginya tetapi tidak dapat tersambung.Beberapa menit kemudian, Khamila dan Burhan datang. Mas Adnan juga mengundang mereka."Kok sepi," tanya Khamila yang masih duduk di atas motor."Kurang tahu, pintu rumahnya terkunci. Ke rumah saja yuk," ajak Mas Adnan. Khamila dan Burhan saling memandang dan akhirnya mengangguk.Akhirnya kami balik dan diikuti oleh keduanya.Sesampainya di rumah, kupersilakan keduanya untuk duduk. Aku ke dapur untuk mengambil air minum dan beberapa makanan ringan. Setelah itu aku keluar dan mempersilakan keduanya untuk minum dan menyantap makanan ringan yang aku sediakan.
Read more

49. Ghibah lagi, Duh!

Aku dan Mas Adnan ke rumah Mama Rena untuk ta'ziyah.  Sesampainya di sana, para pelayat sudah banyak yang datang.Ada juga Khamila Mama Adel dan juga suaminya.  Kulihat Mama Rena begitu tegar, mungkin karena ibunya sudah lama sakit sehingga mungkin ini adalah yang terbaik.  "Kami sekeluarga ikut berduka cita yang sedalam-dalamnya ya Mama Rena, sabar ya," ucapku sambil memeluknya dan mengelus punggungnya. "Terima kasih mama Adit," balas Mama Rena.  Pada saat itu terdengar percakapan antara suaminya mama Rena dengan Mas Adnan.  "Pak Warsito yang menggali kubur apakah sudah ada?" Kepada suaminya Mama Rena. Suaminya Mama Rina tampak kebingungan karena memang belum mendapatkan orang yang akan menggali kubur. Orang yang biasa menggali kubur sedang keluar kota.  Pada saat itu pak Dayat datang dan ikut bergabu
Read more

50. Beradu Lagi

"Assalaamualaikum." Terdengar suara teriakan seorang perempuan yang tidak asing. Akupun bangkit dan berlalu menuju ke luar. Ternyata ada Bu Tutik dan Bapak Wasito. Wajah mereka tampak tegang.  Kubuka pagar dan kupersilakan mereka untuk masuk. "Silakan duduk," ucapku. "Ada perlu apa Mama Rena," tanyaku.  "Pak RT mana Mama Adit," tanya Mama Rena. Terlihat dari wajahnya, ia seperti ingin menceritakan sesuatu. Seperti dugaanku, pasti tentang Mama Adel yang menyebarkan gosip mengenai kuburan Orang tuanya. "Sebentar, Mas Adnan sedang makan." Akupun pamit ke dapur untuk membuat minuman sekaligus menemui suamiku.  "Siapa, Ma," tanya Mas Adnan yang rupanya telah selesai makan.  "Bu Tutik sama suaminya, mereka ingin ketemu Papa, temui geh," suruhku. Kutuang air panas ke teko untuk membuat teh.  "Baik, Papa temui dulu ya, Ma," ujar
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status