“Puas, makanya jangan bikin gara-gara, ha ha ha.”
Beberapa menit kemudian, Papa mendekatiku.
“Ma, hapus story Mama itu, tidak pantas!” perintah Papa tegas. Ih, Papa ternyata bisa tegas juga.
“Pa, itukan aku privacy, tidak semua bisa melihatnya.” Aku membela diri. Tumben banget Papa suka melihat storyku. Biasanya cuek bebek.
“Iya, tetap saja tidak pantas, hapus!” perintahnya lagi. Akhirnya kuturuti perintah Papa, kuhapus story’ whatsapp yang tadi kukirim.
“Dasar emak-emak, ya, gara-gara story WA, jadi ribut,” ucap Papa lalu masuk ke kamar.
“Eh, Pa, tunggu!” Papa berhenti dan menengok kearahku. “Pinjam hapenya,” peintahku sembari mengulurkan tangan.
“Ini, ah, Mama,” ucap Papa sembari menyerahkan ponselnya ke aku.
“Makasih.”
Aku kembali duduk di ruang keluarga dan mengotak-atik Ponsel
Lalu aku juga bikin status, “Habis dari Masjid.” Lalu kukirim foto kami bertiga, posisiku sedang memakai mukena.Kami membaca Al Quran hingga Adzan Isya berkumandang.“Siap-siap ke masjid, yuk,” perintah Papa. Ia menggandeng Adit yang malas-malasan untuk bangun, meski malas, ia bangun dan kami bertiga berangkat bersama.Di Masjid agak sepi, tak sebanyak ketika sholat Maghrib. Saat aku memasuki teras Masjid, kulihat Idos sedang main lari-lari dengan anak yang lain. Teman-teman Idos memang anak seusia Adit. Mereka saling meledek, saling kejar, kadang main perang-perangan.Saat melihatku, Idos langsung diam seperti ketakutan.Kupanggil i
‘Apa mungkin tukang sampah itu melihat statusnya Khamila kemarin sore dan tadi malam?’ Ku colek Mas Adnan, "Mas, Burhan mana?" bisikku di telinga suamiku."Mas nggak lihat," jawabnya sambil menggeleng. Sementara Khamila masih meringkuk sambil menangis."Coba telpon Burhan, Mas!" perintahku. Mas Adnan mengangguk kemudian mengeluarkan ponselnya. Baru saja mau memencet tombol, dari arah luar Burhan datang. Ia langsung lari dan menemui Khamila."Khamila, apa yang terjadi?" tanya Burhan panik langsung dipeluk istri pertamanya itu."Pergi!" teriak Khamila, "Ngapain kamu pulang, kamu laki-laki tak bertanggung jawab! urus istri mudamu itu," lanjut Khamila masih dengan nada tinggi. Semarah itukah Khamila sama Burhan? apa yang terjadi? Setahuku, Khamila sangat bangga dengan suaminya."Bapak, Ibu, sebaiknya silakan kembali ke rumah masing-masing. Bu Khamil
#StatusFacebookTetanggaPart 20"Mama ...!" panggil Papa, deg! apakah ada yang salah dengan statusku?“Iya, Pa,” kudekati Mas Adnan dengan perasaan deg-degan, jangan-jangan ada yang salah dengan statusku. Aduh ....“Bentar ya, Pa, mau bikin telur ceplok,” pintaku. Aku langsung pergi ke dapur, ingin kuhapus status yang tadi.“Ma ...!” panggil suamiku lagi, huft .... Pasrah, deh.“Ma, Mama bikin status lagi, ya. Kan Papa dah bilang, nggak usah bikin status, nanti masalah.” Aku hanya cengar-cengir saja.“Ma! Jangan cengar-cengir doang. Kalau ada yang membaca status Mama, lalu penasaran dengan Papa, lalu orang tersebut naksir Papa, Mama mau apa? Cemburu? Kemarin
Haduh, tepok jidat gara-gara Adit...Sampai rumah, kubereskan semua barang belanjaan. Aku pisahkan barang milikku dan barang untuk menjenguk Khamila.Beras, minyak, teh, gula, susu, roti, biskuit, detergent dan pewangi. Kalau kutaksir habisnya dua ratus lima puluhan.Ku ambil gambar barang yang untuk mengirim ke Khamila, lalu ku kirim ke grup emak-emak komplek.[Bu-ibu, ini sudah siap, jangan lupa besok jam sepuluh kumpul di Mama Rena.]Setelah kukirim di grup, banyak yang membalas dengan emot jempol, ada juga emot love. Ada yang membalas, oke.Sebenarnya ibu-ibu komplek sini sangat kompak, apalagi jik
Aku?Bikin status apa enggak, ya, duuh, tanganku gatel, nih.Aku menarik nafas panjang lalu kulepas pelan-pelan. ‘’Stop! Stop Dania, hentikan! Jangan bikin status lagi,’ batinku. Dari pada Mas Adnan memarahiku, lebih baik aku tidak bikin status.Setelah acara selesai, kami pamit. Aku dan rombongan ibu-ibu kembali ke rumah Mama Rena untuk mengambil kendaraan.“Ibu-ibu, terimakasih atas pertisipasinya, ya,” ucap Mama Rena.Semua ibu-ibu telah kembali ke rumah masing-masing kecuali aku, aku masih di kediaman Mama Rena.“Mama Rena, aku mau tanya,” ucapku sembari mengajak Mama Rena duduk. Kuedarkan pandangan untuk memastikan bahwa tidak ada ibu-ibu yang masih di sini.
POV KHAMILASeketika itu aku memutar otak bagaimana caranya agar aku bisa menggagalkan pernikahannya.Selama kerja, aku mencoba mengakrabkan diri dengan Mas Burhan. Makanya aku sering ikut pulang bareng dengannya karena kebetulan kami searah. Sementara Dania, ia jarang ikut Mas Burhan karena pulang lebih awal.Ketika aku pulang bareng dengan Mas Burhan, kutawari dia untuk mampir. Aku bilang padanya untuk sesekali turun dan mampir ke rumah sewaku.Aku jatuh cinta dengan Mas Burhan karena orangnya care, gaul, baik. Wajahnya saat itu juga sangat tampan, nggak seperti sekarang, gendut. Haha ....Saat ia mampir ke rumah sewa, aku tak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Aku mencoba merangsangnya, menggodanya dan juga merayunya hingga
POV KHAMILA 1Gubrak!!! Kenapa Mama Rena bertanya seperti itu?“Mama Rena, kenapa Mama bilang begitu?”Aku penasaran dengan apa yang dikatakan Mama Rena. Selama ini tidak ada yang tahu bahwa aku dan Dania dahulu ada something.“Hanya penasaran saja, Ma, kalau aku lihat, njenengan sama Bu Dania itu suka perang sosmed. Kalau njenengan bikin status apa, nanti dibalas apa sama Bu Dania. Makanya aku tanya seperti itu.”Aku pikir Mama Rena tahu tentang masa laluku, huft.“Dulu Dania sama Mas Burhan satu kampus,” jawabku.“Benarkah?” desak Mama Rena seakan mengorek keterangan tentangku.&nbs
[Aku sudah tahu banget karaktermu, Mama Azzah.]Ugh ....========================BACK TO AUTHORSesampainya di rumah, aku duduk di ruang keluarga, kuambil hapeku dan mulailah berselancar ke dunia maya, asyik memang.Tadi aku ceritakan ke Mama Rena tentang masa lalu Khamila. Maksudku sebenarnya hanya ingin tahu apakah Khamila dan Burhan baik- baik saja.Semoga ia tidak cerita ke orang lain.Saat aku sedang membaca cerita di KBM, kulihat ada pesan masuk dari Khamila.[Assalamualaikum, Mama Adit, kenapa Mama Adit harus cerita ke Mama Rena tentang ma
Status Facebook TetanggaPart 52--------oOo-------Burhan berkomentar di statusku. Ah, jawabnya nanti saja biar banyak dulu. Aku menuju ke ruang keluarga dan merebahkan badan di kasur depan televisi. Memasaknya nanti sore saja sebab hanya aku saja yang makan, Mas Adnan dan Adit pulang sore, jadi memasak untuk makan malam.Wah, Mas Adnan bikin status, tumben. Status Mas Adnan muncul di berandaku. Lho, ini, kan status lama. Kalau tidak salah saat itu sedang jalan-jalan di Puncak. Karena ada yang komentar, makanya muncul di beranda.Zaskiya Putri, siapa dia. Kenapa dia komentar di statusnya Mas Adnan?"Hay, Bro, apa kabar? Kamu masih seperti dulu."Begitu isi komentarnya. Mas Adnan memberi apresiasi dengan memberi "like" di komentar Zaskiya."Bro, itu istrimu, ya, hmmm cantik juga."Komentar selan
Status Facebook TetanggaPart 51-----oOo-----Sekembalinya dua keluarga yang berseteru itu, aku dan Mas Adnan saling memandang. Mas Adnan memegang keningnya. Nampaknya ia sangat pusing."Sudahlah, Mas, memang begini kalau menjadi bapaknya warga. Sabar, ya. Jadikan setiap persoalan menjadi sebuah pengalaman," ujarku sambil mengelus pundaknya. Ia mengangguk perlahan.Kami ke ruang keluarga kemudian aku ke ruang makan untuk mengambil ponselku yang tergeletak di meja ruang makan.Saat membuka kunci ponsel, terlihat notifikasi masuk. Sekitar lima belas menit yang lalu. Oh, rupanya dari Bu Ning.[Bu Dania, tolong rayu suamiku agar membatalkan talaknya.]Lho, kok minta tolongnya ke aku, apa hubungannya denganku?[Bu Dania, please, aku benar-benar pusing. Mas Topik marah besar padaku.] Kembali pesan
"Assalaamualaikum." Terdengar suara teriakan seorang perempuan yang tidak asing. Akupun bangkit dan berlalu menuju ke luar. Ternyata ada Bu Tutik dan Bapak Wasito. Wajah mereka tampak tegang.Kubuka pagar dan kupersilakan mereka untuk masuk."Silakan duduk," ucapku. "Ada perlu apa Mama Rena," tanyaku."Pak RT mana Mama Adit," tanya Mama Rena. Terlihat dari wajahnya, ia seperti ingin menceritakan sesuatu. Seperti dugaanku, pasti tentang Mama Adel yang menyebarkan gosip mengenai kuburan Orang tuanya."Sebentar, Mas Adnan sedang makan." Akupun pamit ke dapur untuk membuat minuman sekaligus menemui suamiku."Siapa, Ma," tanya Mas Adnan yang rupanya telah selesai makan."Bu Tutik sama suaminya, mereka ingin ketemu Papa, temui geh," suruhku. Kutuang air panas ke teko untuk membuat teh."Baik, Papa temui dulu ya, Ma," ujar
Aku dan Mas Adnan ke rumah Mama Rena untuk ta'ziyah.Sesampainya di sana, para pelayat sudah banyak yang datang.Ada juga Khamila Mama Adel dan juga suaminya.Kulihat Mama Rena begitu tegar, mungkin karena ibunya sudah lama sakit sehingga mungkin ini adalah yang terbaik."Kami sekeluarga ikut berduka cita yang sedalam-dalamnya ya Mama Rena, sabar ya," ucapku sambil memeluknya dan mengelus punggungnya."Terima kasih mama Adit," balas Mama Rena.Pada saat itu terdengar percakapan antara suaminya mama Rena dengan Mas Adnan."Pak Warsito yang menggali kubur apakah sudah ada?" Kepada suaminya Mama Rena. Suaminya Mama Rina tampak kebingungan karena memang belum mendapatkan orang yang akan menggali kubur. Orang yang biasa menggali kubur sedang keluar kota.Pada saat itu pak Dayat datang dan ikut bergabu
Ternyata Mama Adel tidak datang,ia berjanji akan ke rumah selepas Asar. Aku dan Mas Adnan memutuskan untuk mendatangi rumahnya setelah Maghrib dan tadi sudah mengirim pesan...Usai sholat Maghrib, aku dan Mas Adnan menuju ke rumah Mama Adel. Sesampainya di sana, mereka tidak ada di rumah. Rumah mereka terkunci. Mas Adnan mencoba menghubunginya tetapi tidak dapat tersambung.Beberapa menit kemudian, Khamila dan Burhan datang. Mas Adnan juga mengundang mereka."Kok sepi," tanya Khamila yang masih duduk di atas motor."Kurang tahu, pintu rumahnya terkunci. Ke rumah saja yuk," ajak Mas Adnan. Khamila dan Burhan saling memandang dan akhirnya mengangguk.Akhirnya kami balik dan diikuti oleh keduanya.Sesampainya di rumah, kupersilakan keduanya untuk duduk. Aku ke dapur untuk mengambil air minum dan beberapa makanan ringan. Setelah itu aku keluar dan mempersilakan keduanya untuk minum dan menyantap makanan ringan yang aku sediakan.
Aku di dalam rumah sampai sore menunggu Mas Adnan pulang. Perasaan resah dan gelisah menyeruak dalam dada. Jam empat, Mas adnan tak kunjung pulang. Jam Limapun tak pulang. Kemana Mas Adnan, kenapa jam segini belum juga pulang?Berbagai macam pemikiran-pemikiran negatif berkecamuk dalam otakku.Aku yang sedang duduk di ruang tamu, mandengar bel berbunyi. Sepertinya ada yang datang dan aku keluar.Alhamdulillah, Mas Adnan pulang, Aku menantikannya sekak tadi. Aku mengahambur dan segera memeluknya, mencium pipinya.“Eh, Ma, aku baru pulang dan badan masih bau, lho,” ungkap Mas Adnan dengan heran. Mungkin karena tingkahku yang tidak seperti biasanya.“Kenapahape ditinggal, jadinya aku nggak bisa komunikasi,” ujarku sambil merengut dan masih merangkulnya. Mas Adnan masih berdiri sambil memegang tas kerjanya.“Kamu kangen?” Ledek suamiku“Iya,” ujarku manja. Aslinya benar-benar aku merasa resa
Setelah semua barang keperluanku telah aku beli, kemudian aku meluncur ke rumah Khamila.Sesampainya di sana ternyata rumahnya terkunci.‘Kemana Khamila, apa mungkin ia sedang belanja?’Coba aku telpon. Kukeluarkan ponselku dari saku celana jeans yang aku pakai. Langsung kucari namanya.“Assalamualaikum.” Langsung dijawab olehnya. “Ada apa Mama Adit?” tanyanya.“Waalailkum salam. Aku ada di rumahmu, sekarang kamu ada di mana?” tanyaku.“Lah, kenapa nggak dari tadi? Sekarang aku lagi belanja di swalayan,” jawabnya. Waduh, tidak bisa ketemu. Padahal aku ingin menyelesaikan persoalanku dan juga ingin tahu, siapa pria misterius yang menggangguku.Aku juga ingin meminta agar ia menghapus statusnya sekarang, tetapi jika itu aku lakukan, ia pasti tambah senang. Ia itu senang jika aku sulit.&l
Status Facebook TetanggaBenar-benar makin runyam, herannya kenapa Kamila sampai tahu. Wah, si Burhan tidak bisa dipercaya ini.Aku semakin pusing dengan persoalan ini. Jika Khamila tahu, berita ini bakalan cepat tersebar.'Ah baiknya aku memang harus cerita ke Mas Adnan.'Kudekati suamiku yang sedang tertidur pulas. Kulirik jam di dinding, rupanya bentar lagi Asar, memang harus dibangunkan."Mas, bangun sayang, sudah jam 14.40," panggilku sembari menggerak-gerakkan badannya agar cepat bangun.Mas Adnan hanya menggeliat, lalu melirikku dan merangkul."Mas, masih siang, jangan seperti ini, ah." Aku meronta. Dikhawatirkan Adit tiba-tiba pulang karena memang sudah waktunya pulang."Memangnya kenapa? Kan pintu pagar dikunci?" ucapnya. Namun matanya masih terpejam."Mas,ka
“Sudah cukup Pak, Bu! Kalau njenengan berdua ingin bertengkar, silakan di rumah saja,” lerai Suamiku. Kedua pasangan suami istri itupun akhirnya diam. “Silakan, ada apa njenegan ke sini? Apakah ada masalah?”“Pastinya ada, Pak. Saya mau lapor kalau suami saya selingkuh!” sahut Bu Ning. Pandangannya mengarah ke Pak Dayat.Oh Allah, soal perselingkuhan kenapa harus bawa-bawa RT, sih, ini sudah keberapa kali laporan seperti itu.“Ma, berapa kali Papa katakan kalau Papa itu tidak selingkuh. Mana buktinya? Mama itu selalu suudzon. Dulu dituduh selingkuh dengan langganan tukang sayur, sekarang? Ujug-ujug Mama nuduh selingkuh, lalu selingkuh dengan siapa?” Nampaknya Pak Dayat memang sangat kesal dan marah.“Justru Mama yang nggak mau ngak