Home / Romansa / Hasrat Suamiku Dengan Gundiknya / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Hasrat Suamiku Dengan Gundiknya: Chapter 21 - Chapter 30

65 Chapters

Bab 21

GUNDIK SUAMIKU Part 21Anakku …. Setitik bulir bening meniti di ujung mataku. Seiring lirihnya kata yang tercelos dari mulutku. Raga ini serasa tak bertenaga. Setelahnya semua gelap.*Ruangan bernuansa putih menyambutku, kukerjapkan netra beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke rentina ini. Kepalaku sangatlah berat, rasa nyeri di perut dan juga sakit pada seluruh tubuhku membuatku sulit bergerak walau hanya sekadar menoleh."Sudah bangun?" kata seseorang yang tiba-tiba ada si samping."Pa-panji …," gumamku dengan suara parau setengah serak. "Kamu nggak hilang ingatan 'kan?" Lelaki berkemeja hitam itu menatapku dalam. "Enggak, buktinya aku ingat kamu." Pelan-pelan aku membenarkan letak posisi berbaring.Ia tak berkata, malah senyum lebar ia suguhkan hingga tercipta dekikan lesung pipi di kedua pipinya."Anakku baik-baik saja '
last updateLast Updated : 2021-11-17
Read more

Bab 22

GUNDIK SUAMIKU  PART 22 "Mbok! Lagi sibuk apa?" Aku berteriak seraya membuka pintu kamar mbok Darmi.  Wanita itu gelagapan dan segera menjauhkan ponsel dari indra pendengarannya.  "Simbok tadi habis nelepon keluarga di kampung, Nya. Bapak Simbok, jual tanah dan uangnya dibagikan ke anak-anaknya," kata mbok Darmi menjelaskan. "ya Allah, Nya! Nyonya kenapa banyak luka begitu?!" Mbok Darmi tergesa menghampiriku yang berdiri di depan pintu. "Aku kecelakaan, Mbok. Oya, tolong buatin aku teh anget ya, bawa ke kamar atas," titahku. Lantas berbalik menginggalkan kamarnya.  Menaiki undak
last updateLast Updated : 2021-11-17
Read more

Bab 23

GUNDIK SUAMIKU  Part 23 Apa mereka udah saling kenal? Aku lantas duduk di sofa dengan bantuan Nadif.  "Kalian udah kenal ya?" tanyaku pada kedua orang ini.  "Dia tuh pernah nabrak aku di mall. Sampai barang belanjaanku jatuh berserakan. Mana malu-maluin lagi isinya," tukas Nadif dengan gaya bicaranya yang cepat tanpa jeda. "Hal sepele gitu aja kamu marah, Dif?" godaku membuat bibir Nadif mengerucut. Sedangkan Panji yang duduk di seberang meja nampak salah tingkah. "Bukan hal sepele Vina! Kamu tahu isi belanjaan itu apa?!" su
last updateLast Updated : 2021-11-17
Read more

Bab 24

GUNDIK SUAMIKU  Part 24 "Eh, bunyi barang apa tuh yang pacah?!" Nadif bertanya.  "Nggak tahu Dif, aku mau lihat dulu ya," ujarku berjalan agak cepat ke arah belakang. Meski sesekali berdesis menahan perih yang menjalar di area perutku bagian bawah.  "Ikut Vin!" pekik Nadif saat aku sudah menjauh.  Kedua pasang netra ini menatap vas bunga yang jatuh ke lantai dengan keadaan hancur tak berbentuk.  "Eh, ada apa, Nya?" Mbok Darmi datang tergopoh dari arah dapur.  Ternyata Panji dan Nadif ikut menyusulku ke sini.
last updateLast Updated : 2021-11-17
Read more

Bab 25

GUNDIK SUAMIKU  Part 25 "Vin, gimana? Udah kedetek belum letak HP kamu?" tanyanya sambil mengemudi.  "Bentar, masih loading." Mataku tak beralih menatap layar pipih itu. "udah ketemu, Pan. Lihat." Aku menunjukan gawai ini pada Panji.  "Bagus! Kamu lihat aja terus titik kecil yang berjalan itu. Kalau sesuai dengan jarak yang Mbok Darmi tuju. Berarti benar, maling itu ada sangkut pautnya sama Mbok Darmi."  Hebat juga aplikasi ini. Tak perlu menunggu lama, ponselku dapat diketahui keberadaannya.  Mobil yang aku tumpangi bersama Panji melaju sangat pelan. Ia sengaja menjaga jar
last updateLast Updated : 2021-11-17
Read more

Bab 26

GUNDIK SUAMIKU    PART 26   "Kamu tunggu sini ya, jangan ke mana-mana. Nanti kamu ikutan kalau warga udah pada datang." Panji memintaku untuk tetap berada di dalam mobil.    "Siap." Kuiyakan dan ia lantas segera pergi.    Panji memilih berlari menuju pemukiman warga yang letaknya bersebelahan dengan jalan arah gudang ini.    Mungkin butuh waktu beberapa menit. Apa lagi tadi sebelum ke sini, aku sempat melihat warung kopi di dekat perempatan jalan. Warung itu lumayan ramai, banyak pria berbeda umur sedang santai sambil menikmati cangkir mereka masing-masing.   Aku menunggu dengan
last updateLast Updated : 2021-11-17
Read more

Bab 27

GUNDIK SUAMIKU  PART 27 Aku menuliskan nama lengkap beserta alamat rumah mama mantan mertuaku.  "Tunggu ya, tulisan ini nanti akan di print untuk membuat surat penangkapan kepada pihak tersangka." kata pak Polisi menyerahkan secarik kertas yang kutulis pada anggota lainnya.  "Apa Marisa juga terlibat dengan kejahatan yang kalian perbuat?" tanyaku pada kedua orang tak tahu diri itu.  "Tidak, Nyonya!" Mbok Darmi menjawab lantang.  "Beneran nggak ikut? Mendingan jawab jujur aja deh, daripada makin berat hukumannya," tandasku agar mbok Darmi mengatakan yang sejujurnya. Aku pun
last updateLast Updated : 2021-11-17
Read more

Bab 28

GUNDIK SUAMIKU  PART 28 Gegas aku dan Panji turun setelah mobil berhenti. "Kalian kenapa nangis?" tanyaku panik.  "Kami diusir dari kontrakan, Kak." jawab mereka sambil menyeka air mata.  "Loh, kok bisa? Marisa mana?" Kuedarkan pandangan ke arah pintu rumah yang tengah tertutup. "Nggak tahu, Kak. Dari kemarin kami nggak lihat Ibu Marisa," kata anak lelaki berkaos putih. Kuperkirakan umurnya sekitar delapan tahun.  "Duh, kemana ya dia?" gumamku pelan. "udah ya, kalian jangan nangis lagi. Di sini ada Kakak." Aku mencoba m
last updateLast Updated : 2021-11-17
Read more

Bab 29

GUNDIK SUAMIKU  PART 29 Tanganku bergetar sambil menggenggam batang ponsel. Mata ini terpaku menatap kosong ke depan. Tak menyangka atas apa yang barusan kudengar. Bahwa mantan mertuaku meninggal dunia?  Kucoba menguasai diri untuk tetap tenang. Meski dalam dada berkecamuk hebat. Ada rasa campur aduk di sana. Entahlah, tak bisa kuungkapkan dengan kata-kata.  "Gimana kronologinya, Pak? Kenapa bisa Bu Mely gantung diri?" tanyaku dengan bibit bergetar. "Besok Ibu datang saja ya, ke rumah sakit Djoyo Kusumo. Pihak kepolisian sedang menyelidiki. Sambil menunggu hasil autopsi jasadnya Almarhumah Bu Mely. Besok akan kami jelaskan." Suara pria ini te
last updateLast Updated : 2021-11-18
Read more

Bab 30

GUNDIK SUAMIKU  PART 30 Aku tercengang dengan perasaan yang entah. Masih tak percaya dengan apa yang aku baca.  "Vina, kamu kenapa?" kata Panji membuatku berusaha menguasai diri.  "Baca suratnya, Pan." Kusodorkan selembar kertas putih tanpa garis itu pada Panji tanpa melihatnya.  Ia menerimanya.  Beberapa saat, ia lantas duduk di sampingku.  "Tunggu, aku masih nggak ngerti Vina! Sama surat yang ditulis sama ibunya Ari. Maksud dia … Marisa udah nggak ada di dunia ini lagi?" Ia bertanya. Perangainya terli
last updateLast Updated : 2021-11-19
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status