Home / Romansa / Hasrat Suamiku Dengan Gundiknya / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Hasrat Suamiku Dengan Gundiknya: Chapter 51 - Chapter 60

65 Chapters

51

Cincin Berlian Palsu Gundik Suamiku Bab 51 Rasain tuh! Makanya jangan suka merendahkan orang. Perlu diingat, serendah-rendahnya orang, jika semua sudah dibawah tanah. Apa yang bisa diandalkan lagi? Harta pun tidak bisa menolong.  Bugh! Sepatu heels terlempar jauh masuk ke kolong mobilku. Untung saja tidak kena kakiku yang hampir naik ke mobil. Siapa yang sudah berani melemparnya? Kurang ajar! Aku menoleh dengan mata elang yang menukik tajam. Tatapanku ini jelas langsung tertuju pada dua wanita di seberang sana. Benar dugaanku. Sepatu heels
last updateLast Updated : 2022-02-28
Read more

52

Cincin Berlian Palsu Gundik Suamiku Bab 52 Seperti kilat. Secepat itu Panji mendaratkan ciuman di bibirku. Sontak mataku membulat sempurna karena kaget.  Plak! Satu tamparan kudaratkan di pipinya. Tak menyangka ia akan seberani ini. "Jangan kurang ajar kamu! Pergi! Aku nggak mau ketemu lagi sama lelaki mesum sepertimu!" Panji memegang pipinya yang bekas kugampar.  "Jangan pernah kamu nekat buat temuin aku lagi. Karena aku nggak mau kenal lagi sama orang yang ternyata nggak bisa mengendalikan dirinya sendiri." Aku menunjuk ke arah pintu. Memberi tatapan nyalang padanya. Kin
last updateLast Updated : 2022-02-28
Read more

53

Cincin Berlian Palsu Gundik Suamiku Bab 53 Di pinggir jalan, mata ini terkesiap melihat banner besar yang berdiri kokoh di sana. Foto prewedding Panji dan gadis rese itu tengah berpose mesra. Apa itu artinya mereka akan menikah? Jika iya, betapa jahatnya Panji. Mengapa ia bisa secepat ini melupakan kisah kita yang lama ada. Pradugaku tentangnya tak sesuai dengan realita. Kini, dia dan aku benar-benar telah usai.  "Heh Vina, kenapa wajahnya ditekuk begitu?" Mama bertanya seraya mendaratkan tepukan di pundakku. Terperanjat diri ini dan segera membuyarkan lamunan. Karena ternyata mobil kami sudah tiba di restoran. 
last updateLast Updated : 2022-02-28
Read more

54

Cincin Berlian Palsu Gundik Suamiku Bab 54 Pohon besar masih tetap kokoh meski ditabrak oleh mobil hitam legam itu. Aku, Papa dan Pak Ujang berlari menghambur untuk melihat lebih dekat di lokasi kejadian. Dadaku langsung berdebar kencang. Plat belakang di mobil itu aku kenal milik siapa.  Itu mobil Panji. Semoga bukan dia yang kecelakaan. "Cepat bantu evakuasi korban!" "Kasihan, sepertinya terjepit badan mobil! "Tolong telepon polisi sama ambulan!" Riuh orang-orang yang berada di lokasi terdengar bising di telinga.&nbs
last updateLast Updated : 2022-02-28
Read more

55

Cincin Berlian Palsu Gundik Suamiku Bab 55 Kulihat, mamanya Panji langsung terhuyung lemas ketika mendengar kondisi anak lelakinya. "Vina, ayo pulang. Tak ada gunanya kamu di sini. Lagi pula, perkataan wanita itu tadi sangat tidak enak didengar. Ayo pulang! Papa nggak suka kamu di sini!" Papa menarikku. Membuat kaki yang terasa berat melangkah ini terpaksa aku ayunkan. Panji lumpuh … malang sekali nasibmu Panji. Sekarang, kaki yang biasa dulu kau pakai berlari untuk mengejarku. Kini membuat langkahmu terhenti. Semoga kau kuat dengan cobaan ini.  Dengan sisa luka di dada, aku melangkah beriringan bersama Papa. Berdoa dalam hati un
last updateLast Updated : 2022-02-28
Read more

56

Cincin Berlian Palsu Gundik Suamiku Bab 56 Tiba-tiba Papa teseok saat hendak naik ke mobil. Sedetik kemudian, Papa pingsan. Dengan posisi tangan memegang kepala. "Papa!" Aku panik. Pak Ujang segera meraih badan Papa yang sebelumnya kutahan agar tak jatuh ke bawah. Mama yang baru saja ke luar dari pintu pun berlari mendekati kami.  "Vina, papamu kenapa?" tanya Mama juga sama paniknya. "Nggak tahu Ma, tadi Papa tiba-tiba pingsan," jawabku. "Pak Ujang, ayo bantu masukin Bapak ke dalam mobil. Kita bawa ke rumah sakit." Mama berkata. Aku setuju kalau Papa dibawa ke rumah sakit.
last updateLast Updated : 2022-02-28
Read more

57

Cincin Berlian Palsu Gundik Suamiku Bab 57 Siapa tahu video ini nanti akan berguna. Aku membatin. "Heh, Vina! Kenapa kamu lama banget?!" Aku telonjak kaget. Mama menepuk pundakku hingga HP yang hampir masuk ke dalam tas itu nyaris jatuh ke lantai. Cepat kutarik Mama agak menjauh dari tempat aku menguping. Takut gadis setan dan mamanya itu melihat keberadaanku karena ulah Mama yang mengagetkan. "Mama kenapa nganggetin aku sih?!" protesku sembari menautkan alis. "Ya kamu sih, lama banget nebus obatnya. Papamu udah disuruh minum tuh obat sama Dokter Vina, eh kamu malah nggak balik-bali
last updateLast Updated : 2022-02-28
Read more

58

Cincin Berlian Palsu Gundik Suamiku Bab 58 "Berhenti! Saya mau ketemu Vina!" Teriakan Panji kudengar pilu. Meski ia sudah jauh, tapi para perawat yang mendorong brankar tempat ia berbaring enggan menghentikan roda bulatnya walau sebentar saja. Pun keluarga Panji yang melintasi aku semua melemparkan tatapan sinis. Aku ingin mengejarnya. Tapi …. Tapi itu jelas tak mungkin. Biarlah, toh masalahku dengan Panji telah selesai. Dia akan menikah dengan wanita pilihan ibunya. Namun jika ingat niatan busuk gadis itu mau nikah sama Panji, ada sesuatu yang mendorongku untuk ingin mencegahnya.  Lalu, apa yang akan aku lakukan? Jika aku mencegahnya pun akan sia-sia. Mamanya Panji terlalu benci terhadap
last updateLast Updated : 2022-02-28
Read more

59

Cincin Berlian Palsu Gundik Suamiku Bab 59 Aku reflek menyentuh pelipis ini.  Jika Panji sudah dibawa ke luar negeri. Itu artinya aku telah gagal menyingkap kebusukan yang selama ini mengancam keluarga Panji. "Kalau ada hal yang ingin disampaikan, bisa bilang ke saya Mbak." Ibu-ibu yang sepertinya asisten rumah tangga Panji itu membuatku lekas menatapnya. "Nggak ada, Bu. Terimakasih ya, saya permisi dulu." Aku berpamitan. Namun langkah ini terhenti saat terdengar ada deru mesin mobil yang melipir di depan rumah mewah Panji. Sesosok wanita muda ke luar dari sana. Mataku memincin
last updateLast Updated : 2022-02-28
Read more

60

Cincin Berlian Palsu Gundik Suamiku Bab 60 Menjalani hari-hari kami masing-masing tanpa bertutur sapa lagi seperti sebelumnya. Mataku berkaca-kaca, menatap seonggok cincin berkilau yang Panji berikan padaku. Aku akan menjaganya, sebagaimana pesan yang ia katakan sebelum pergi. Aku masih berdiri dengan tubuh kaku seolah berat untuk beranjak pergi meninggalkan bandara ini. Punggung Panji semakin jauh dan jauh. Meski samar terlihat ia menoleh ke arah sini. Itu tidak akan membuat perpisahan kami tertunda. Selamat jalan, kasih. Semoga kau segera bisa lekas sembuh dan bisa berlari lagi mengejar apa yang belum tersampaikan. Aku berdoa dalam diam. M
last updateLast Updated : 2022-02-28
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status