GUNDIK SUAMIKU
PART 28
Gegas aku dan Panji turun setelah mobil berhenti.
"Kalian kenapa nangis?" tanyaku panik.
"Kami diusir dari kontrakan, Kak." jawab mereka sambil menyeka air mata.
"Loh, kok bisa? Marisa mana?" Kuedarkan pandangan ke arah pintu rumah yang tengah tertutup.
"Nggak tahu, Kak. Dari kemarin kami nggak lihat Ibu Marisa," kata anak lelaki berkaos putih. Kuperkirakan umurnya sekitar delapan tahun.
"Duh, kemana ya dia?" gumamku pelan. "udah ya, kalian jangan nangis lagi. Di sini ada Kakak." Aku mencoba m
GUNDIK SUAMIKUPART 29Tanganku bergetar sambil menggenggam batang ponsel. Mata ini terpaku menatap kosong ke depan. Tak menyangka atas apa yang barusan kudengar. Bahwa mantan mertuaku meninggal dunia?Kucoba menguasai diri untuk tetap tenang. Meski dalam dada berkecamuk hebat. Ada rasa campur aduk di sana. Entahlah, tak bisa kuungkapkan dengan kata-kata."Gimana kronologinya, Pak? Kenapa bisa Bu Mely gantung diri?" tanyaku dengan bibit bergetar."Besok Ibu datang saja ya, ke rumah sakit Djoyo Kusumo. Pihak kepolisian sedang menyelidiki. Sambil menunggu hasil autopsi jasadnya Almarhumah Bu Mely. Besok akan kami jelaskan." Suara pria ini te
GUNDIK SUAMIKUPART 30Aku tercengang dengan perasaan yang entah. Masih tak percaya dengan apa yang aku baca."Vina, kamu kenapa?" kata Panji membuatku berusaha menguasai diri."Baca suratnya, Pan." Kusodorkan selembar kertas putih tanpa garis itu pada Panji tanpa melihatnya.Ia menerimanya.Beberapa saat, ia lantas duduk di sampingku."Tunggu, aku masih nggak ngerti Vina! Sama surat yang ditulis sama ibunya Ari. Maksud dia … Marisa udah nggak ada di dunia ini lagi?" Ia bertanya. Perangainya terli
CINCIN BERLIAN PALSU GUNDIK SUAMIKUPART 34Detik-detik mas Ari mulai membuka mata.Tak lupa ia selalu menyuguhkan senyum lalu mengedarkan pandangan.Ekspresinya seketika berubah. Kala melihat siapa yang berada di sampingku."Vina! Kenapa lelaki ini ada di sini?" tanyanya spontan. "aku nggak salah lihat 'kan?" tambahnya seraya mengusap-usap kelopak matanya."Kamu nggak salah lihat kok, Mas," sahutku membenarkan."Ngapain dia ada di sini? Kamu ke sini sama dia kah?" Mas Ari nyeletuk tanpa jeda.
GUNDIK SUAMIKUPart 32"Tenang, Mas!"Mas Ari menjambak rambutnya frustrasi. Aku hanya bisa berusaha menenangkannya.Tentu berat sebagai mas Ari, ditinggalkan dua orang terdekatnya tanpa terduga. Semoga dia bisa sabar menghadapi semua ini, seiring berjalannya waktu.Aku dan Panji membiarkan mas Ari sibuk dengan pikirannya. Aku tak mencetuskan apa-apa lagi, begitupun dengan Panji. Kami saling diam sampai pada akhirnya hampir tiba di perempatan jalan.Di mana itu belok ke kanan adalah jalan menuju rumahku."Ari, kamu mau aku antar ke mana?" tanya Panji sembari menepikan mobilnya."Antar aku ke rumah ibunya Marisa. Aku butuh penjelasan darinya," tukas mas Ari datar."Baiklah," balas Panji dan langsung melanjutkan perjalanan ke arah lurus.Setibanya di area perumahan komplek. Bangunan dengan cat yang sudah mengelupas menyam
CINCIN BERLIAN PALSU GUNDIK SUAMIKUPART 33Berkecamuk sekali dada ini penuh dengan pertanyaan yang terus mendesak.Pasti pemilik rumah ini tahu tentang foto itu.Tanganku mengepal penuh keringat. Menunggu kedatangan Bu Marni yang tak lama datang dari arah belakang."Ini tehnya, silakan diminum. Maaf saya tidak punya makanan yang enak," kata wanita itu sembari meletakkan tiga cangkir berisi teh di atas meja."Bu, sebelumnya saya mau tanya mengenai foto ini. Siapa anak kecil ini, Bu?" tanyaku menunjuk ke arah pigura."Em, itu … Kakak
CINCIN BERLIAN PALSU GUNDIK SUAMIKUPart 34Mata Papa langsung terperangah melihat siapa yang datang."Ma-Marni, ka-kamu …."Terlihat dari perangai Papa, ia dengan jelas kenal dengan Bu Marni. Apalagi sorot mata itu tak bisa terelakkan lagi.Tiba-tiba, tangan Mama juga reflek mendekapku erat. Ada apa sebenarnya? Kenapa kedua orangtuaku begitu kaget sekali melihat kedatangan Bu Marni?"Kenapa kau membawa wanita itu ke sini, Vina?" tanya Papa menatapku tajam."Papa sama Mama jelaskan saja sama Vina. Apa yang sebenarnya terjadi. Aku bukan anak kandung kalian 'kan?!" Kutatap dua orang ini bergantian. Kali ini, aku amatlah sangat in
GUNDIK SUAMIKUPart 35"Kenapa ngerem mendadak, Pan?" tanya Bu Marni. Kami semua tentu kaget atas kejadian tadi."Em, nggak pa-pa, Bu. Hanya saja, mungkin Vina udah nggak mau lagi rujuk sama nih orang." Panji kembali melakukan mobilnya."Ya, kalau gitu semua terserah Vina saja." Bu Marni menoleh ke arahku.Sungguh, sampai sekarang aku belum bisa menerima kenyataan. Bahwa dialah Ibu kandungku yang sebenarnya. Bagiku, Ibu kandungku ya hanya Mama Sari seorang.*Sepulang dari Jogja. Langsung kurebahkan tubuh di atas ranjang. Rasa lelah juga s
CINCIN BERLIAN PALSU GUNDIK SUAMIKUBab 36Semua seperti mimpi. Begitupun ketika aku kehilangan sosok ini di waktu dahulu. Sekarang, ia hadir kembali dalam rengkuhan ini. Aku … benar-benar akan meluapkan seluruh kesedihan juga kerinduan yang telah lama mengendap dalam dada."Meski mustahil. Nyatanya, hangat pelukan ini masih sama seperti dahulu." Aku berkata, sembari mendengarkan irama detak jantung yang berdegup menenangkan kegelisahan ini."Aku telah lama menahan semuanya, Vin. Dan aku mau minta maaf padamu, karena telah menjadi pengecut yang bersembunyi di balik topeng kepalsuan. Dari awal aku ingin jujur ketika aku menyusulmu ke kota ini, tapi ternyata … hidupmu begitu rumit dengan adanya Ari dan Marisa di sekelilingmu.