CINCIN BERLIAN PALSU GUNDIK SUAMIKU
Bab 36
Semua seperti mimpi. Begitupun ketika aku kehilangan sosok ini di waktu dahulu. Sekarang, ia hadir kembali dalam rengkuhan ini. Aku … benar-benar akan meluapkan seluruh kesedihan juga kerinduan yang telah lama mengendap dalam dada.
"Meski mustahil. Nyatanya, hangat pelukan ini masih sama seperti dahulu." Aku berkata, sembari mendengarkan irama detak jantung yang berdegup menenangkan kegelisahan ini.
"Aku telah lama menahan semuanya, Vin. Dan aku mau minta maaf padamu, karena telah menjadi pengecut yang bersembunyi di balik topeng kepalsuan. Dari awal aku ingin jujur ketika aku menyusulmu ke kota ini, tapi ternyata … hidupmu begitu rumit dengan adanya Ari dan Marisa di sekelilingmu.
CINCIN BERLIAN PALSU GUNDIK SUAMIKUBab 39"Waalaikumsalam …," ucapku agak tertahan.Yang datang ialah Panji dan Mas Ari. Kenapa mereka bisa bebarengan begini ya?"Masuklah," pintaku."Minal aidin wal faizin, Vin." Panji berucap sembari bersalaman denganku."Sama-sama, mohon maaf lahir dan batin juga ya," kataku dengan senyum ramah.Aku dan Mas Ari juga melakukan hal yang sama. Kami pun bersalaman. Melebur kesalahan yang pernah tercipta di antara kami. Semoga di hari yang Fitri ini mampu membuat hati kembali suci dengan
CINCIN BERLIAN PALSU GUNDIK SUAMIKUBab 38Kembali kuletakan tangan Ibu di pangkuannya. Kutata tangan itu agar menangkup tangan satunya yang telungkup.Aku langsung syok, melihat telapak tangan Ibu yang telungkup. Di sana ada decak darah entah dari mana asalnya."Bu, ini darah apa?"Ibu langsung terbangun dengan wajah pucat."Em, bukan apa-apa, Nak," elaknya. Aku tahu kalau saat ini Ibu tengah berbohong padaku.Tangan kurus itu secepat kilat disembunyikan oleh Ibu di samping kirinya."Darah apa, Vin?" Panji yang
CINCIN BERLIAN PALSU GUNDIK SUAMIKUBab 39"Nggak Vin, aku nggak rela kamu pergi sendiri. Lagian aku takut kalau Ari nanti sewaktu-waktu bikin masalah sama kamu." Ya ampun, dia malah nuduh orang yang jelas-jelas tadi pagi sudah meminta maaf."Udah ayok! Keburu sore." Panji mengajakku segera bergegas pergi ke rumah Ibu untuk mengambil barang-barang Ibu."Iya, iya, ayo berangkat." Kuiyakan dia. Dan kami berdua lekas menaiki mobil. Tak lupa mengunci pintu dari luar. Ya, karena Ibu juga lagi di kamar istirahat. Jadi nggak mungkin aku membiarkan pintu rumah ini nggak dikunci. Takut ada orang asing yang nyelundup masuk.Jalanan menuju rumah Ibu Marni agak jelek. Banyak batu kerikil yang berserakan di tenga
CINCIN BERLIAN PALSU GUNDIK SUAMIKUBab 40"Vina, Ibumu ….""Ibu baik-baik aja 'kan?!" Segera kusahut ucapan Panji yang menggantung."Tenang Vina, Bu Marni hanya pingsan kok. Kalau kamu punya minyak kayu putih, bawa sini," titahnya."Bentar ya." Aku berlari kecil ke luar dari kamar untuk mencari minyak kayu putih di kotak obat yang berada di dapur.Benda berbotol kecil seukuran jari jempol itu lekas kubawa ke kamar Ibu."Ini minyak kayu putihnya, Pan." Botol kecil itu kuangsurkan pada Panji yang duduk di bibir ranjang samping Ibu berbaring.Panji mengoleskan minyak itu ke ujung jari telunjuknya. Lalu perlahan di dekatkan ke hidung Ibu.Beberapa saat menunggu, akhirnya jemari Ibu mulai bergerak-gerak."Alhamdulillah &he
CINCIN BERLIAN PALSU GUNDIK SUAMIKUBab 41Guk! Guk!Astaghfirullahaladzim! Jantungku hampir melompat. Sumpah demi apa pun aku kaget setengah mati. Dan langsung lari ke dalam rumah.Pintu terbanting dengan keras karena saking kagetnya aku. Naik turun dada ini sambil bersandar di daun pintu sembari mengatur napas yang ngos-ngosan.Yang menggonggong tadi anjing tetangga sebelah. Ya Allah, bikin kaget aja. Mana pas momen mati lampu mencekam begini.Kuurungkan niatku untuk melihat meteran listrik. Dan berlari dengan senter HP untuk ke kamar Ibu lalu tidur sampai besok pagi.***
Cincin Berlian Palsu Gundik SuamikuBab 42"Apa ini?" Dahiku mengernyit. Benda apa lagi yang ia serahkan. Padahal baru tadi pagi ia memberiku sebuket bunga mawar merah."Buka aja, dilarang protes ya," pintanya.Lekas kubuka paper bag tersebut.Hah, ngapain dia beliin aku beginian?"Keluarin dong bajunya, biar kamu bisa lihat secara keseluruhan." Panji menyuruhku untuk mengeluarkan pakaian penuh dengan payet berkilau ini.Tanganku menenteng gaun berwarna hitam tersebut. Mataku langsung terpukau den
Cincin Berlian Palsu Gundik SuamikuBab 43Saat kami sama-sama mendongak. Bola mata ini lantas melebar, ternyata yang kutabrak adalah Mas Ari.Tapi, kenapa dia pakai baju seragam begini?"Mas Ari! Kok kamu di sini?" tanyaku lalu segera berdiri tegap."I-iya, Vin. Aku sekarang kerja di sini jadi pelayan sama tukang bersih-bersih. Ya serabutan lah," jelas Mas Ari."Em, ya udah ya, Mas. Aku pergi dulu." Aku melintasinya yang masih berdiri sembari memegang nampan tissue.Kupercepat langkah untuk segera ke toilet.Setelah kembal
Cincin Berlian Palsu Gundi SuamikuBab 44"Aku emang nggak kasih tahu dia, Pan. Nomor Mas Ari sudah aku hapus juga blokir," kataku apa adanya."Hah! Seriusan?""Iya, aku nggak mau berurusan lagi sama dia. Ya, cukup tahulah. Kalau pun misalnya nggak sengaja ketemu sama dia di jalan. Cukup menyapa aja sebagaimana mestinya.""Iya, Vin. Benar itu. Sekarang, kamu fokus pada diri kamu sendiri ya, ikhlasin semuanya. Semoga Allah senantiasa memberimu kebahagiaan. Nanti malam aku akan ke rumah kamu buat ikut acara tahlilan.""Iya, terimakasih banyak ya, kamu sudah mau terus-terusan aku repotin."