CINCIN BERLIAN PALSU GUNDIK SUAMIKU
Bab 39
"Nggak Vin, aku nggak rela kamu pergi sendiri. Lagian aku takut kalau Ari nanti sewaktu-waktu bikin masalah sama kamu." Ya ampun, dia malah nuduh orang yang jelas-jelas tadi pagi sudah meminta maaf.
"Udah ayok! Keburu sore." Panji mengajakku segera bergegas pergi ke rumah Ibu untuk mengambil barang-barang Ibu.
"Iya, iya, ayo berangkat." Kuiyakan dia. Dan kami berdua lekas menaiki mobil. Tak lupa mengunci pintu dari luar. Ya, karena Ibu juga lagi di kamar istirahat. Jadi nggak mungkin aku membiarkan pintu rumah ini nggak dikunci. Takut ada orang asing yang nyelundup masuk.
Jalanan menuju rumah Ibu Marni agak jelek. Banyak batu kerikil yang berserakan di tenga
CINCIN BERLIAN PALSU GUNDIK SUAMIKUBab 40"Vina, Ibumu ….""Ibu baik-baik aja 'kan?!" Segera kusahut ucapan Panji yang menggantung."Tenang Vina, Bu Marni hanya pingsan kok. Kalau kamu punya minyak kayu putih, bawa sini," titahnya."Bentar ya." Aku berlari kecil ke luar dari kamar untuk mencari minyak kayu putih di kotak obat yang berada di dapur.Benda berbotol kecil seukuran jari jempol itu lekas kubawa ke kamar Ibu."Ini minyak kayu putihnya, Pan." Botol kecil itu kuangsurkan pada Panji yang duduk di bibir ranjang samping Ibu berbaring.Panji mengoleskan minyak itu ke ujung jari telunjuknya. Lalu perlahan di dekatkan ke hidung Ibu.Beberapa saat menunggu, akhirnya jemari Ibu mulai bergerak-gerak."Alhamdulillah &he
CINCIN BERLIAN PALSU GUNDIK SUAMIKUBab 41Guk! Guk!Astaghfirullahaladzim! Jantungku hampir melompat. Sumpah demi apa pun aku kaget setengah mati. Dan langsung lari ke dalam rumah.Pintu terbanting dengan keras karena saking kagetnya aku. Naik turun dada ini sambil bersandar di daun pintu sembari mengatur napas yang ngos-ngosan.Yang menggonggong tadi anjing tetangga sebelah. Ya Allah, bikin kaget aja. Mana pas momen mati lampu mencekam begini.Kuurungkan niatku untuk melihat meteran listrik. Dan berlari dengan senter HP untuk ke kamar Ibu lalu tidur sampai besok pagi.***
Cincin Berlian Palsu Gundik SuamikuBab 42"Apa ini?" Dahiku mengernyit. Benda apa lagi yang ia serahkan. Padahal baru tadi pagi ia memberiku sebuket bunga mawar merah."Buka aja, dilarang protes ya," pintanya.Lekas kubuka paper bag tersebut.Hah, ngapain dia beliin aku beginian?"Keluarin dong bajunya, biar kamu bisa lihat secara keseluruhan." Panji menyuruhku untuk mengeluarkan pakaian penuh dengan payet berkilau ini.Tanganku menenteng gaun berwarna hitam tersebut. Mataku langsung terpukau den
Cincin Berlian Palsu Gundik SuamikuBab 43Saat kami sama-sama mendongak. Bola mata ini lantas melebar, ternyata yang kutabrak adalah Mas Ari.Tapi, kenapa dia pakai baju seragam begini?"Mas Ari! Kok kamu di sini?" tanyaku lalu segera berdiri tegap."I-iya, Vin. Aku sekarang kerja di sini jadi pelayan sama tukang bersih-bersih. Ya serabutan lah," jelas Mas Ari."Em, ya udah ya, Mas. Aku pergi dulu." Aku melintasinya yang masih berdiri sembari memegang nampan tissue.Kupercepat langkah untuk segera ke toilet.Setelah kembal
Cincin Berlian Palsu Gundi SuamikuBab 44"Aku emang nggak kasih tahu dia, Pan. Nomor Mas Ari sudah aku hapus juga blokir," kataku apa adanya."Hah! Seriusan?""Iya, aku nggak mau berurusan lagi sama dia. Ya, cukup tahulah. Kalau pun misalnya nggak sengaja ketemu sama dia di jalan. Cukup menyapa aja sebagaimana mestinya.""Iya, Vin. Benar itu. Sekarang, kamu fokus pada diri kamu sendiri ya, ikhlasin semuanya. Semoga Allah senantiasa memberimu kebahagiaan. Nanti malam aku akan ke rumah kamu buat ikut acara tahlilan.""Iya, terimakasih banyak ya, kamu sudah mau terus-terusan aku repotin."
Cincin Berlian Palsu Gundik SuamikuBab 45"Apakah Marissa juga anak kandung Papa?"Papa menghela napas, lalu melepas kacamata bening yang ia kenakan."Bukan, Nak. Biar Papa jelaskan semuanya sama kamu. Dulu, Papa sama ibumu itu menikah siri. Terus ada hal yang memaksa kami untuk berpisah. Dan, akhirnya almarhumah ibumu pergi entah ke mana," jelas Papa. Membuatku tak sepenuhnya percaya."Apa alasan kalian harus berpisah?" tanyaku langsung. Kapan lagi aku bisa tahu semuanya kalau tidak sekarang. Aku sudah dewasa, sudah seharusnya tahu rahasia yang selalu dipendam keluargaku."Dulu, Papa dan ibumu menikah siri karena tak direstui. Lalu, Papa j
Cincin Berlian Palsu Gundik SuamikuBab 46Siti tergopoh datang. Ia gegas membuka pagar."Itu mobil siapa, Mbak?" tanyaku menunjuk mobil di sana. Sementara Papa sudah melenggang masuk lebih dulu."Itu mobil ….""Sari!" pekik Papa membuatku segera melihat ke arah terasSeakan kedua mata ini tak menyangka dengan apa yang kulihat di seberang sana. Aku mengatupkan bibir dengan tangan.Mama Sari, wanita cantik dengan sanggul modern yang acap kali ia pakai itu saat ini sedang duduk di kursi teras rumahku.Ini bagai m
Cincin Berlian Palsu Gundik SuamikuBab 47Tunggu, tunggu, ini kan fotonya Panji. Tapi, kenapa dia seperti ada diacara nikahan. Jangan-jangan, Panji sudah menikah secara diam-diam tanpa sepengetahuanku lagi.Argh! Pikiranku langsung berkecamuk hebat. Semoga tidak benar tudingan ini.Jempolku hanya menekan tombol like untuk foto yang tak ada caption-nya tersebut. Dan lantas menutup aplikasi biru itu.Ponsel yang masih ada dalam pangkuanku terus berbunyi. Gegas kulihat dering yang mengganggu itu.
Cincin Berlian Palsu Gundik SuamikuBab 65"Duh, maaf ya, Mas. Saya nggak sengaja," ucapku segera ikut tertunduk memunguti barang-barang yang berupa makanan ringan tersebut.Aku dan orang yang tadi kutabrak menggunakan troli itu sama sama tercengang ketika saling tatap."Kamu!" ucapku tertahan. Bisa-bisanya ya, aku juga ketemu dia di sini."Bu Vina, bisa-bisanya ya kita ketemu juga di sini?" Perkataan William mewakili apa yang aku katakan dalam hati."Haduh, nggak di kantor, enggak di mall. Semua ketemunya sama kamu kamu aja Will." Aku bersungut."Lagian sih, Bu Vina kenapa na
Cincin Berlian Palsu Gundik SuamikuBab 64"Papaku meninggal Vin. Barusan aku dapat telepon dari pihak rumah sakit. Katanya mamaku yang menyuruh pihak rumah sakit buat melepaskan semua alat medis yang dipakai Papa karena kami sudah tidak mampu membayar.""Innalilahi wainnailaihi rojiun," ucapku dengan dada yang berdegup cepat. Teringat pada masanya aku pernah ditinggalkan Ibu pulang ke Rahmatullah.Isak tangis terdengar dari sambungan telepon."Jess, ini sekarang kamu lagi ada di mana? Masih ada di kontrakan 'kan? tanyaku juga panik."Iya, Vin. Aku mau ke rumah sakit tapi aku nggak punya uang buat naik ojek."Aku menghela napas. Ya Allah, tadi aku lupa nggak ninggalin uang buat Jessica."Kamu tunggu aku ya, jangan ke mana-mana. Aku akan segera ke kontrakan kamu
Cincin Berlian Palsu Gundik SuamikuBab 63Jessica langsung menutup wajah dan meletakan ponsel yang masih menyala itu di atas kasur. Aku heran dengan perangai anehnya.Lekas kulihat gawai itu dan membaca pesan di sana. Begitupun sebuah foto testpack bergaris dua yang dikirim seseorang.Nomor bernama Mama itu yang mengirimkan foto alat tes kehamilan dengan garis dua dengan pesan bertuliskan.[Jessica! Ini apa maksudnya?! Mama menemukan testpack ini di tempat sampah kamar kamu.]
Cincin Berlian Palsu Gundik SuamikuBab 62"Di jalan Cempaka dekat dengan toko kue."Degh!Jalan Cempaka? Dekat dengan toko kue? Jangan-jangan …."Kamu kenapa Vin?""Hah, apa?!" Aku terhenyak saat Jessica mengibaskan tangan di depanku. Ah, pasti tadi aku melamun karena memikirkan nama jalan itu."Kok kamu ngelamun?" Jessica menatapku heran."Eh, enggak pa-pa kok. Oya, kamu sudah puas belum jenguk papamu? Kalau sudah ayo kita ke rumahku, soalnya udah mau malam."
Cincin Berlian Palsu Gundik SuamikuBab 61Aku menggaruk tengkuk yang tak gatal. Sebegitu tahunya Jessica tentang hidupku juga sekitarku."Vina, dosa nggak sih kalau aku menggugurkan bayi haram ini?""Astaghfirullahaladzim, Jessica!"Aku sontak beristighfar mendengar pertanyaan konyol dari Jessica. Bisa-bisanya dia berpikiran hal bodoh begitu."Katanya kamu seorang Islam. Kalau kamu muslim, pasti kamu tahu hal itu dosa apa enggak." Kucetuskan dengan tegas."Tapi aku sama sekali nggak menginginkan anak ini lahir Vin. Kamu nggak tahu gimana rasanya jadi aku." Jessica protes. Dan
Cincin Berlian Palsu Gundik SuamikuBab 60Menjalani hari-hari kami masing-masing tanpa bertutur sapa lagi seperti sebelumnya.Mataku berkaca-kaca, menatap seonggok cincin berkilau yang Panji berikan padaku. Aku akan menjaganya, sebagaimana pesan yang ia katakan sebelum pergi.Aku masih berdiri dengan tubuh kaku seolah berat untuk beranjak pergi meninggalkan bandara ini.Punggung Panji semakin jauh dan jauh. Meski samar terlihat ia menoleh ke arah sini. Itu tidak akan membuat perpisahan kami tertunda.Selamat jalan, kasih. Semoga kau segera bisa lekas sembuh dan bisa berlari lagi mengejar apa yang belum tersampaikan. Aku berdoa dalam diam. M
Cincin Berlian Palsu Gundik SuamikuBab 59Aku reflek menyentuh pelipis ini.Jika Panji sudah dibawa ke luar negeri. Itu artinya aku telah gagal menyingkap kebusukan yang selama ini mengancam keluarga Panji."Kalau ada hal yang ingin disampaikan, bisa bilang ke saya Mbak." Ibu-ibu yang sepertinya asisten rumah tangga Panji itu membuatku lekas menatapnya."Nggak ada, Bu. Terimakasih ya, saya permisi dulu." Aku berpamitan. Namun langkah ini terhenti saat terdengar ada deru mesin mobil yang melipir di depan rumah mewah Panji.Sesosok wanita muda ke luar dari sana.Mataku memincin
Cincin Berlian Palsu Gundik SuamikuBab 58"Berhenti! Saya mau ketemu Vina!" Teriakan Panji kudengar pilu. Meski ia sudah jauh, tapi para perawat yang mendorong brankar tempat ia berbaring enggan menghentikan roda bulatnya walau sebentar saja. Pun keluarga Panji yang melintasi aku semua melemparkan tatapan sinis.Aku ingin mengejarnya. Tapi ….Tapi itu jelas tak mungkin. Biarlah, toh masalahku dengan Panji telah selesai. Dia akan menikah dengan wanita pilihan ibunya. Namun jika ingat niatan busuk gadis itu mau nikah sama Panji, ada sesuatu yang mendorongku untuk ingin mencegahnya.Lalu, apa yang akan aku lakukan? Jika aku mencegahnya pun akan sia-sia. Mamanya Panji terlalu benci terhadap
Cincin Berlian Palsu Gundik SuamikuBab 57Siapa tahu video ini nanti akan berguna. Aku membatin."Heh, Vina! Kenapa kamu lama banget?!"Aku telonjak kaget. Mama menepuk pundakku hingga HP yang hampir masuk ke dalam tas itu nyaris jatuh ke lantai.Cepat kutarik Mama agak menjauh dari tempat aku menguping. Takut gadis setan dan mamanya itu melihat keberadaanku karena ulah Mama yang mengagetkan."Mama kenapa nganggetin aku sih?!" protesku sembari menautkan alis."Ya kamu sih, lama banget nebus obatnya. Papamu udah disuruh minum tuh obat sama Dokter Vina, eh kamu malah nggak balik-bali