“Sudah makan?” tanya Aga pada Bening, ketika gadis itu baru saja mengangkat telepon darinya. “Memangnya kalau belum, Bapak mau nganterin makan?” Bening balik bertanya. “Nggak masalah, kan?” tanya Aga lagi. “Saya nggak makan malam,” jawab Bening. “Jadi nggak usah repot-repot bawain makanan. Mending Bapak pulang ke rumah, terus tidur. Lagian saya capek, debat mulu sama Bapak.” Aga tidak menanggapi ocehan Bening setelahnya. Ia mematikan sambungan telepon secara sepihak, lalu menekan bel yang ada di samping pintu. Tidak butuh waktu lama, daun pintu itu terayun dan menampilkan sosok manis yang tengah merungut kesal kepadanya. “Mentang-mentang Bapak yang punya gedung, jadi bebas gitu, naik turun sesuka hati gini,” cerocos Beni
Read more