Home / Romansa / Sang Sekretaris / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Sang Sekretaris: Chapter 61 - Chapter 70

156 Chapters

Ganti Istri

“Sudah makan?” tanya Aga pada Bening, ketika gadis itu baru saja mengangkat telepon darinya. “Memangnya kalau belum, Bapak mau nganterin makan?” Bening balik bertanya. “Nggak masalah, kan?” tanya Aga lagi. “Saya nggak makan malam,” jawab Bening. “Jadi nggak usah repot-repot bawain makanan. Mending Bapak pulang ke rumah, terus tidur. Lagian saya capek, debat mulu sama Bapak.” Aga tidak menanggapi ocehan Bening setelahnya. Ia mematikan sambungan telepon secara sepihak, lalu menekan bel yang ada di samping pintu. Tidak butuh waktu lama, daun pintu itu terayun dan menampilkan sosok manis yang tengah merungut kesal kepadanya. “Mentang-mentang Bapak yang punya gedung, jadi bebas gitu, naik turun sesuka hati gini,” cerocos Beni
Read more

Biar Impas

“Apa?”Aga membuka pintu, setelah mendengar bel apartemennya berbunyi tanpa henti. Sangat berisik, dan Aga sudah bisa menebak kalau Beninglah yang melakukan hal tersebut. Aga hanya membuka pintu sebesar ukuran tubuhnya dan berusaha fokus, untuk menatap manik Bening tanpa harus melihat ke arah lain.“Bukain pintu.” Bening merengek, tapi intonasi bicaranya seolah memerintah, bukannya memohon.“Pintunya sudah saya buka, mau masuk lagi?” Sekali-kali, gadis itu memang harus diperlakukan seperti sekarang. Mentang-mentang Aga bukan lagi atasannya, sikap Bening terlihat semakin melunjak kepadanya.“Bukan pintu punya Pak Aga, tapi punya saya.” Bening membalik separuh tubuhnya dan menunjuk pintu unitnya dengan menggunakan bibir yang
Read more

Liburan Keluarga

Pagi-pagi sekali, Aga sudah membaca sebuah notifikasi chat yang dikirimkan oleh Vira. Aga membukanya karena sebelumnya ia sudah berjanji, akan membalas chat dari wanita itu jika berhubungan dengan Awan. Benar saja, Vira memang mengirimkan chat yang membahas perihal anak mereka. “Awan ngajak ke Puncak, karena hari ini dia libur dan kita masih ada sisa cuti. Aku tunggu jam sembilan di rumah mamamu.” Detik itu juga Aga langsung menggeram seraya bangkit dari tidurnya. Semalam, Ernest memang telah mengabarkan kalau Vira menginap di rumah orang tua Aga. Ada keyakinan seratus persen kalau semua ini adalah rencana Arum untuk mendekatkan hubungan Aga dan Vira, dengan menggunakan Awan. Setelah bulan madu hanya berdua di Bali tidak berhasil, kali ini Arum sepertinya menyodorkan Awan untuk ikut dalam liburan mereka. Memangnya siapa lagi yang memiliki ide seperti ini jika bukan sang mama, yang dari awal memang tidak ingin Aga bercerai dengan Vira. Bagaimana Aga bisa meno
Read more

Semakin Yakin

Aga benar-benar merasa terjebak. Atau lebih tepatnya, Aga memang tengah dijebak oleh keluarganya sendiri. Ketika Aga datang untuk menjemput Vira serta Awan di rumah orang tuanya, ternyata putranya itu sudah dalam perjalanan menuju Puncak lebih dulu.Yang akan liburan di Puncak kali ini, ternyata adalah seluruh keluarga besar mereka. Yakni orang tua Vira, dan juga orang tua Aga. Sampai akhirnya, Aga dengan terpaksa harus berada satu mobil bersama Vira karena hanya mereka berdualah yang belum berangkat.“Rencana siapa ini, Vir?” tanya Aga sambil memijat pelipisnya dengan satu tangan yang menyiku pada sisi bingkai kaca mobil. “Jangan jadikan Awan sebagai alasan, karena aku nggak akan percaya.”“Mamamu.” Vira mengatur posisi duduknya sedikit miring agar bisa leluasa melihat Aga.
Read more

Untuk Masa Depan

Ketika Aga memutuskan untuk meninggalkan Vira dan tidak jadi pergi ke Puncak, ia benar-benar menghabiskan sisa cutinya itu di kantor. Aga menyibukkan diri, dari berbagai pikiran yang sangat menumpuk di kepala. Aga bahkan memilih untuk menginap di hotel, daripada harus pulang ke apartemen. Ia juga ingin menjernihkan pikiran, dari bayangan Bening serta berbagai ucapan yang kerap memancing Aga. Tidak hanya di situ, setelah Aga meninggalkan Vira kala itu, kedua orang tuanya langsung menelepon bergantian untuk melayangkan protes. Namun, satu yang sudah jelas tidak akan bisa diubah lagi, yakni keputusannya bercerai dengan Vira. Apapun yang terjadi, Aga tidak akan pernah mau kembali rujuk dengan wanita itu. Aga tidak akan menarik berkas apapun yang sudah masuk ke pengadilan. Bahkan, untuk mempercepat proses perceraianny
Read more

Karena Gengsi

“Bukannya kamu sama si Christ itu sudah putus?” Aga meletakkan satu gelas teh hangat di atas nakas, lalu berdiri dengan melipat tangan di depan dada. Wajahnya terulas masam karena mengingat nama Christ yang terpampang di ponsel milik Bening.  “Suudaah,” jawab Bening kemudian bangkit dan menggeser bokongnya sedikit demi sedikit mendekati nakas.  “Kamu ngabari dia kalau lagi sakit?” “I-ya.” Bening bersila lalu mengambil bantal untuk menutupi pahanya yang terbuka lebar di depan Aga. Meraih gelas teh, lalu meminumnya sedikit demi sedikit, dengan terus menatap wajar datar Aga dengan tanda tanya. “Pak Aga tahu dari mana?” “Dia barusan nelpon dan saya yang angkat.” “Kok nggak dikasih ke saya, telponnya?” Bening sediki
Read more

Dan Sah

Mulut Bening sibuk mendesis nyeri sedari tadi. Tubuhnya sudah tidak sabar ingin berbaring, setelah memeriksaan diri di rumah sakit bersama Aga.“Pak, tebus obatnya di apotek luar aja,” pinta Bening setelah kembali dari toilet. “Pengen pulang, terus baring aja seharian.”“Telat.” Aga meraih tangan Bening yang berdiri di depannya dan membawa tubuh itu untuk duduk di sampingnya. “Resepnya sudah masuk ke dalam.”Bening menghela, dan langsung merebahkan kepalanya di pundak Aga karena mengantuk. Setelah semalaman tidurnya tidak tenang karena perut yang melilit, maka pagi ini Bening dilanda kantuk yang luar biasa.“Apartemen sama rumah sakit juga nggak jauh, Ning,” lanjut Aga membiarkan gadis itu berada di pundaknya. &
Read more

Negosiasi

Menikah.Satu kata itu, tentu saja sering terlontar dari mulut Bening ketika masih menjalin kasih dengan Christ.  Ketika menikah nanti, Bening memiliki impian untuk mengadakan pesta pernikahan yang sangat mewah dengan dihadiri banyak tamu dari segala kalangan.Bening betul-betul ingin menjadi ratu sehari, yang bersanding dengan sang raja yang dicintainya.Akan tetapi, jika hanya pergi ke penghulu dan sah, seperti kata Aga, Bening mana mau melakukannya. Lagi pula, Bening juga tidak yakin kalau ia juga memiliki rasa suka, seperti yang selalu Aga katakan.“Bisa nggak, kalau masuk ke sini pencet bel dulu,” protes Bening sembari mematikan kompor. “Saya itu sudah lumayan sehat, jadi sudah bisa bukain Bapak pintu.”
Read more

Calon Mama Baru

Dari jarak lima meter, Bening sudah bisa melihat kalau pintu ruangan Rohit terbuka sekitar sepuluh sentimeter. Sementara itu, meja sekretaris yang ada di depan ruang pria itu terlihat kosong dan bersih. Tidak seperti biasanya. Bening menebak, kalau sekretaris Rohit hari ini tidak masuk kerja.Saat sudah berada di depan pintu dan hendak mengetuknya, Bening langsung mengurungkan niatnya sejenak. Ada suara wanita yang sudah sangat ia kenal tengah berbicara serius dengan Rohit, yaitu Vira. Untuk itu, Bening hanya berdiri dan tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk menguping pembicaraan tersebut.“Sisil?” Suara Rohit terdengar melempar pertanyaan pada lawan bicaranya.“Iya, sekarang yang megang kasusnya si Sisil, itu. Karena, juniornya si … Oky itu, kecelakan tunggal dan kakinya patah.”
Read more

Harus Berteman Dekat

Kelopak mata Awan mengedip hingga berkali-kali, saat melihat wanita dewasa yang berada di samping sang papa tersenyum padanya.“Tante siapa?” tanya Awan seraya mendongak dan mempertemukan tatapan bingungnya pada Bening.“Ini Tante—”“Cantik!” potong Bening tiba-tiba sambil berjongkok cepat di depan bocah yang wajahnya sangat mirip dengan Aga. Semoga saja, hanya wajahnya yang mirip, tapi tidak dengan sifatnya. “Panggil aja Tante Cantik.”Bening kemudian mendongak untuk melotot pada Aga. Ia tidak ingin Aga menyebutkan nama Bening di hadapan Awan. Bening khawatir, jika Awan akan menceritakan tentang pertemuannya ini pada Vira nantinya. Kalau hal itu sampai terjadi, Vira sudah pasti akan menuduh bahwa Beninglah yang telah
Read more
PREV
1
...
56789
...
16
DMCA.com Protection Status