Beranda / Romansa / Sang Sekretaris / Bab 51 - Bab 60

Semua Bab Sang Sekretaris: Bab 51 - Bab 60

156 Bab

Kesimpulan Bening

Satu suapan terakhir lobster omelet baru saja masuk ke dalam mulut Bening, ketika sudut matanya melihat sosok Vira memasuki restoran yang berada di lantai lobi. Wanita itu berjalan seorang diri menuju buffet, dan tengah memilih beberapa makanan yang akan disantapnya untuk sarapan.Manik Bening kembali tertuju pada pintu restoran. Ia menunggu sosok lain yang seharusnya ada bersama Vira, tapi, sepertinya wanita itu hanya sarapan seorang diri. Ternyata, Aga benar-benar menghabiskan bulan madu dengan istrinya, bukan dengan wanita lain seperti yang sempat terlintas di otak Bening.Namun, mengapa pria itu tidak menemani Vira untuk sarapan di pagi hari seperti ini? Apa Aga masih tertidur karena telah menempuh malam panjang dan membuat pria itu masih enggan beranjak dari tempat tidur?Tiba-tiba saja, sekelebat pikiran kemba
Baca selengkapnya

Aib

“Kamu … APA?” Sedari awal Aga datang ke rumah, Arum sudah mulai merasa curiga. Sebagai seorang ibu, Arum jelas memiliki firasat tidak nyaman karena putranya itu seharusnya berada di Bali untuk berbulan madu bersama sang istri. Baru kemarin berangkat, tapi pagi ini Aga sudah datang ke rumah dan akhirnya menyampaikan kabar yang langsung membuat Arum syok. “Aga, apa kamu sadar dengan yang sudah kamu bicarakan?” tanya Ernest mencoba bersikap tenang dan ingin tahu duduk permasalahan yang ada terlebih dahulu. “Kamu benar-benar sudah nalak Vira tadi malam?” “Sudah.” Aga mengangguk yakin dan sudah tidak ada keraguan sedikit pun di hatinya. Tadinya, Aga kira pernikahan mereka masih bisa diselamatkan dengan kembali membangun hubungan emosional, terutama secara fisik dengan Vira. Namun, ada rasa yang ternyata sudah hilang d
Baca selengkapnya

Bergerimis Pilu

Aga mendesah panjang setelah memarkirkan mobilnya di tempat parkir wali murid sekolah Awan. Aga merebahkan tubuh pada jok mobil yang baru saja ia mundurkan. Mengeluarkan ponsel dari jaket, lalu menyalakannya. Aga melihat beberapa misscall dari Vira, serta chat dari wanita yang saat ini telah menjadi mantan istrinya. Aga memang sengaja mensenyapkan ponsel tersebut setelah berada di Jakarta. Aga hanya tidak ingin diganggu, dengan getar ataupun dering ponsel untuk sementara waktu. Karena waktu pulang sekolah Awan masih lima belas menit lagi, Aga langsung memanfaatkan hal tersebut untuk menelepon seorang gadis yang sering membuatnya kesal. Gadis yang dihubunginya tidak kunjung mengangkat, pada panggilan pertama. Namun, Aga jelas tidak akan patah semangat, ia kembali mencoba menghubungi nomor tersebut dan … akhirnya diangkat. “Halo, Ning,” sapa Aga ketika suara renyah itu menyapa di seberang sana. “Hm? Ada ada Pak?” tanya Bening dengan int
Baca selengkapnya

Papa Terbaik

Setelah memastikan Awan telah terlelap dalam tidur siang di kamarnya, Aga bergegas pergi ke kamarnya sendiri. Aga membuka lemari tempat menyimpan berbagai berkas penting. Ia mengambil buku nikah, kartu keluarga, serta akta kelahiran Awan untuk mendaftarkan gugatan cerainya ke pengadilan. Aga tidak memerlukan surat-surat lainnya, karena ia tidak akan mempermasalahkan harta gono gini jika Vira ingin menggugat balik. Vira bisa mengambil semua harta milik bersama selama mereka menikah, dan Aga tidak ingin mempersulit hal tersebut agar proses perceraiannya segera selesai. Aga juga tidak akan menempuh jalur mediasi, karena semua kesempatan yang sudah ia berikan selama ini sudah lenyap tidak bersisa. Setelah memasukkan semua berkas yang diambilnya ke dalam tas, Aga langsung mengambil ponsel untuk menghubungi rekan kerja yang saat ini memimpin Cakrawala Properti.
Baca selengkapnya

Take Care

Vira menempelkan dagu pada sisi atas bulatan setir, dan terus memperhatikan setiap mobil yang masuk ke dalam area parkiran wali murid di sekolah putranya. Pagi-pagi sekali, Vira sudah berada di sekolah Awan untuk melihat sang putra yang sejak kemarin berada bersama Aga. Sejak Aga meninggalkannya di hotel seorang diri, pria itu tidak mengangkat telepon dari Vira sama sekali. Padahal, Vira juga berhak tahu di mana keberadaan Awan, karena ketika Vira sampai di rumah, ia tidak melihat Aga ataupun sang anak ada di sana. Sang ART yang saat itu tengah menyetrika baju, hanya mengatakan kalau Aga mengajak Awan pergi, tapi tidak tahu dengan arah tujuannya. Sepuluh menit kemudian, Vira melihat mobil Aga melewati gerbang sekolah, dan berjalan lambat di titik penurunan para murid yang melingkar tepat di depan gerbang. Sejurus kemudian, giliran mobil Aga yang berhenti dan
Baca selengkapnya

Lihat Dulu Isinya

Manik Bening menyasar tajam pada Aga, yang sudah berdiri pada hall kedatangan Bandara Soekarno-Hatta. Ternyata, pria itu benar-benar menjemputnya siang ini. Padahal, Bening sudah berencana ingin melarikan diri ketika ia nantinya keluar dari terminal kedatangan. Akan tetapi, tatapan keduanya yang langsung bersirobok datar itu, membuat Bening tidak memungkinkan untuk menjalankan rencananya. Dengan terpaksa Bening menarik kopernya untuk menghampiri Aga. Tidak ada senyum, karena sejujurnya Bening tidak ingin pria itu menjemputnya seperti ini. “Katanya honeymoon di Bali, tapi besoknya sudah pulang dan sekarang masih cuti,” kesal Bening mulai membeo. “Harusnya, kalau cuti gini Bapak itu ngabisin waktu bareng istri! Nanti kalau ada yang lihat, orang bisa salah paham sama saya. Pasti, deh, saya dibilang pelakor.” Hal per
Baca selengkapnya

Gejolak Masa Muda

Modern minimalis, tapi terkesan mewah. Itulah yang Bening simpulkan ketika memasuki apartemen yang ditunjukkan oleh Aga. Memang tidak semewah apartemen milik Christ dengan private liftnya. Namun, suasana interior yang hangat dan juga nyaman, membuat Bening betah berlama-lama ada di dalam sana. Racun yang diberikan Aga kali ini, sungguhlah sempurna dan Bening sampai tidak mampu menolaknya. Akan tetapi … “Jadi, ini mau disewakan atau dijual ke saya, sih, sebenarnya?” tanya Bening seraya membuka pintu kamar utama di unit apartemen tersebut. Maniknya langsung meluncur pada tempat tidur yang berukuran king size yang terletak tepat di samping jendela. Tinggal membuka tirai yang ada di sampingnya, maka Bening akan bisa melihat pemandangan ibukota setiap saat, ketika ia hendak beristirahat. “Kamu suka?” tanya Aga mengaba
Baca selengkapnya

Tantangan Aga

Aga mencekal tangan Bening yang baru saja melepas sabuk pengaman, dan hendak keluar dari mobil. “Apa kamu nggak punya jaket di kopermu, Ning?” tanya Aga yang sedari tadi sudah sakit kepala melihat penampilan Bening. “Ah, sweater yang kamu pakai waktu kita ketemu di lift?” Bening menggeleng enggan, karena sudah mengetahui apa maksud Aga. Pria itu pasti menginginkan Bening untuk menutup tubuh terbukanya. “Kotor, Pak. Lagian kenapa, sih? Har—” “Pake jaket saya kalau kamu mau ikut ke dalam,” titah Aga sambil melepas jaket bomber yang dipakainya. “Nggak, mau!” tolak Bening langsung menarik handle pintu lalu keluar dengan cepat. Meninggalkan Aga yang kini tengah memanggil-manggil namanya. Bening masuk dengan santai ke dalam halaman bengkel dan mencari-cari mobil putihnya y
Baca selengkapnya

Reaksi Aga

Separuh kesal, separuh senang.Bening kesal dengan sikap Aga yang otoriter dan ngotot memaksanya untuk tinggal di apartemen. Namun, tentu saja Bening bukan gadis munafik, yang tidak senang jika diberi tempat tinggal gratis dan nyaman seperti sekarang. Hanya saja, sebuah fakta yang menunjukkan bahwa Aga menyukainya, membuat Bening menjadi serba salah.Bening juga jadi bertanya-tanya di dalam hati, mengenai ucapan Aga kepadanya. Benarkan kalau dirinya juga memiliki sedikit rasa pada Aga?Rasanya sungguh tidak masuk akal. Akan tetapi, ada satu hal yang menggelitik hati Bening saat ini. Bagaimana jika Vira tahu, kalau dirinya tengah menjalin hubungan dengan mantan suami wanita itu.Ah! Bening tidak bisa membayangkan bagaimana wajah Vira, jika hal itu sampai terjadi.
Baca selengkapnya

Titik Lelah

“Duduk dulu,” titah Ernest yang tengah duduk santai di teras rumah. Sengaja menunggu sang putra, yang menurut jadwal akan datang untuk menjemput Awan ke rumah. “Awan sama Mama?” tanya Aga lalu duduk pada kursi besi yang berada di samping meja bundar, yang bersebelahan dengan sang papa. Ernest mengangguk tanpa menolehkan wajah pada Aga. “Ada Vira juga di dalam.” Aga seketika mendesah panjang. Kalau sudah seperti ini, Vira justru membuat drama perceraian mereka semakin pelik. Andai tidak ada Bening, mungkin situasi Aga saat ini tidak akan terlalu memusingkan. Aga tidak berkomentar apapun. Ia memilih diam, dan menunggu kalimat apa lagi yang akan dimuntahkan oleh sang papa. Aga yakin, kalau kedatangan Vira ke rumah orang tua Aga adalah untuk mengadu tentang hubungan mere
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
16
DMCA.com Protection Status