ホーム / Romansa / Sang Sekretaris / チャプター 41 - チャプター 50

Sang Sekretaris のすべてのチャプター: チャプター 41 - チャプター 50

156 チャプター

Dua Pilihan

Akhirnya, Aga bisa meninggalkan Bening saat Ruri datang ke rumah sakit setelah gadis itu menghubunginya. Satu-satunya yang bisa dibawa Aga saat kecelakaan tersebut adalah tas yang masih melekat di tubuh Bening tadi malam. Beruntung di dalam sana juga ada ponsel yang bisa digunakan untuk menghubungi Ruri, sehingga wanita paruh baya itu bisa datang dan membantu untuk menjaga Bening.Karena Ruri datang pada saat Bening kembali tertidur pulas, maka Aga bisa berbicara beberapa hal mengenai kondisi Bening yang sudah hampir melenyapkan nyawanya sendiri sebanyak dua kali.Ruri cukup terkejut ketika mendengar pernyataan dari Aga tersebut. Namun, setelah mendengar dengan seksama apa yang telah dikeluhkan Bening kepada Aga, Ruri akhirnya bisa mengerti.“Tapi, Bu Ruri, maaf sebelumnya,” ujar Aga setelah menjelaskan
続きを読む

Pulanglah

“Pak Aga, nggak pulang?” Bening melihat jarum jam dinding yang hampir menunjukkan pukul sepuluh malam. Namun, Aga masih terlihat bersandar di sofa dengan memangku laptopnya. Bening jadi gelisah sendiri, ketika mengingat kembali ajakan Aga untuk menikah dengannya. Apa pria itu sungguh mengatakan hal tersebut dengan serius? Lantas, bagaimana dengan istri dan anaknya? “Kalau saya pulang, siapa yang ngawasi kamu di sini.” Manik Aga tetap tertuju pada layar laptopnya. Ia tengah mengecek kelengkapan berita, yang akan diterbitkan esok hari. Karena ada isu sensitif di dalamnya, maka Aga menaruh konsentrasi lebih pada tulisan tersebut. Jangan sampai, perusahaannya mendapat masalah, karena telah salah dalam menyikapi sebuah informasi dari narasumber. “Bapak, bisa minta salah satu suster untuk temani saya di sini.” “Tidurlah, Ning,” titah Aga mengabaikan ucapan Bening. “Kamu perlu istirahat biar cepat pulih dan masuk kantor. Kamu sudah banyak izin bulan ini. Har
続きを読む

Honeymoon

Aga, benar-benar tidak pulang ke rumah setelah Vira meneleponnya tadi malam. Ia baru kembali pulang keesokan paginya. Setelah Ruri datang untuk menggantikannya menjaga Bening. Tadinya, Aga mengira yang akan ditemuinya pagi ini hanyalah orang tua Vira saja. Namun, pemikiran Aga ternyata salah. Vira juga meminta kedua orang tua Aga untuk datang, sehingga mereka berenam kini sudah duduk melingkari sebuah meja persegi di ruang tengah. “Dari mana kamu, Ga?” Ernest, ayah Aga membuka suara lebih dahulu. “Benar, kamu sudah nggak pulang dua malam ini?” Aga mengangguk tegas. Ia merasa, tidak ada hal yang perlu disembunyikan lagi, jika Vira sudah meminta orang tua mereka datang seperti sekarang. “Aku nginap di luar.” “Dengan perempuan?” sambar Nilam, ibu Vira yang sedari tadi s
続きを読む

Keluarga Toxic

Aga gamang. Di satu sisi, ia ingin memperbaiki pernikahanya dengan Vira, karena mereka masih memiliki Awan. Di lain sisi, hatinya sudah tidak lagi berpijak di rumah. Ada satu nama, yang kini terus saja merongrong di dalam hati, serta pikirannya. Namun, Aga khawatir kalau perasannya kini hanyalah sebuah empati serta simpati, yang membuatnya akan menyesali semua keputusan yang diambilnya dengan terburu seperti sekarang. Oleh karena itu, Aga ingin memastikan semua perasaannya pada sang istri sekali lagi, Mencoba membangun chemistry yang sudah pudar, dan berharap semua itu akan kembali seperti semula ketika mereka melakukan bulan madu nantinya. Sementara itu, Aga masih tetap menyempatkan diri untuk menjaga Bening di rumah sakit, hanya saja, ia mulai mengurangi frekuensinya. Aga tidak lagi menginap di rumah sakit, dan ia menuruti ucapan Bening untuk meminta seorang perawat yang khusus menjaga kondisinya. Lantas hari ini, Aga yang terlalu sibuk di kantor, baru bisa
続きを読む

Berdamai dengan Perasaan

“Non Bening mau pergi? Biar Bapak aja yang nganter, sekalian ngider?” Bening tersenyum ramah pada suami Ruri yang berprofesi sebagai ojek on-line.  Sudah dua hari ini, Bening menumpang di rumah Ruri dan hari ini, ia berencana pergi mendatangi kantor pemasaran perumahan untuk melihat-melihat “Makasih, tapi saya sudah bisa naik motor, kok, Pak,” kata Bening tidak ingin merepotkan. Bening juga tidak ingin berlama-lama karena terlalu sungkan dengan kebaikan Ruri. Selain karena satu hal itu, selama dua hari berada di rumah Ruri, Bening tidak dapat berpakaian dengan bebas. Ia harus memakai pakaian yang tertutup, demi menghormati sang pemilik rumah. “Beneran kakinya sudah nggak papa dipakai naik motor?” tanya Ahmad memastikan lagi. “Nggak papa, Pak,” ujar Bening lalu b
続きを読む

Jangan Sungkan

“Pencairannya sekitar tujuh sampai empat belas hari kerja.” Rohit sedikit terkejut ketika melihat Bening yang mendadak mendatangi mejanya. Ternyata, gadis itu tengah meminta penjelasan mengenai tenggat waktu pencairan semua wasiat peninggalan Sinta. Setelah diberi penjelasan, gadis itu pun bisa tersenyum paham dan tidak bertanya macam-macam kepadanya. “Kenapa? Sudah nggak sabar nunggu pencairannya?” Senyum yang terulas di wajah Bening seketika berubah datar. Pertanyaan yang dilontarkan oleh Rohit kali ini sungguh membuatnya tersinggung. Bukan masalah sabar atau tidaknya, akan tetapi, Bening tidak ingin jika hak yang menjadi miliknya itu tiba-tiba berpindah karena ada konspirasi di belakangnya. Sejak ia melihat Rohit terlihat akrab dengan Ilham maupun Vira, di situlah
続きを読む

Nggak Mau Ambil Resiko

Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali.Dengan hot pants dan sweater oversize yang menutup sampai ke bawah bokongnya, Bening melenggang santai keluar dari terminal kedatangan sambil menarik trolly bagnya. Memesan taksi, dan langsung menuju ke hotel berbintang seorang diri, untuk berlibur melepas semua penat yang ada di hati.Setelah berpikir ulang, Bening akan menunggu semua wasiat dari Sinta keluar, barulah ia akan membeli sebuah rumah sederhana. Sementara itu, Bening memilih untuk tinggal di kosan untuk beberapa waktu, agar ia bisa bebas pergi dan melakukan segalanya daripada berada di rumah Ruri. Andai, rumah itu hanya dihuni olehnya dan Ruri saja, mungkin Bening tidak akan masalah berada di sana sampai ia mendapatkan rumah baru. Namun, karena ada suami wanita itulah, yang membuat Bening tahu diri dan tidak enak hati untuk berlama-lama ada di sana.
続きを読む

Mind Your Own Business

 Aga berbalik setelah membayar barang yang dibelinya di sebuah minimarket, yang berada di sekitar hotel tempat ia menginap. Terpaku dan terkesiap, ketika menatap gadis yang tengah antre di belakangnya dengan menahan tawa.“Permisi, Pak, saya mau bayar.”“Oh, iya, silakan.” Aga menyingkir dan membiarkan mantan sekretarisnya itu membayar barang belanjaannya. Napas Aga kembali tertahan, ketika melihat pakaian yang dipakai oleh gadis itu. Mini dress putih dengan tali spaghetti yang menggantung di atas pundak, hanya bisa membuat Aga kembali mengelus dada.Namun, yang aneh bagi Aga ialah, diantara sekian banyak wanita yang mengenakan pakaian yang sangat kekurangan bahan di sana, maniknya hanya tertuju pada gadis itu seorang. Aliran darahnya pun langsung berdesir hebat, jika melihat mantan sekr
続きを読む

Selesai

Aga menggeram. Memandang wajah pasrah Vira yang terus mendesah di bawahnya. Tubuhnya sudah berpeluh, dan berusaha untuk mencari kenikmatan yang sudah tercetak di dalam angan. Namun, pikiran Aga saat ini tengah melayang entah ke mana. Yang ada sekarang, hanyalah sebuah penyatuan hampa yang tidak bisa Aga jelaskan dengan kata-kata.Meskipun Aga terus saja memacu miliknya lebih dalam, tapi, tidak ada sebuah rasa hangat penuh cinta seperti dahulu kala. Tiba-tiba saja, semua terasa hambar.“Ga … buruan …” desah Vira ingin kembali meledak di bawah kungkungan sang suami. “Bareng.”Aga berdecak kecil, dan terus mendorong miliknya agar bisa meraih sebuah pelepasan yang sudah didambanya selama ini. Sebuah hasrat yang ingin ia lepas di tempat semestinya. Yakni sang istri, yang akhirnya bis
続きを読む

Pulang Kembali

Bahu Vira merosot lemas seketika, saat Aga menjatuhkan talak kepadanya. Aga bahkan tidak berpikir dua kali, atau memberi pilihan pada Vira seperti saat itu. Suaminya itu, langsung memutuskan untuk berucap kata talak, tanpa keraguan yang tersirat di maniknya.“Aga!” Vira buru-buru menyusul Aga yang sudah keluar dari kamar mandi. Kakinya melangkah tanpa ragu untuk menghampiri Aga yang baru saja menanggalkan bathrobenya. Tubuh polos itu, mengenakan pakaian yang baru saja Aga ambil dari koper yang dibawa oleh Vira. “Tarik lagi omonganmu barusan! Kamu bilang demi Awan, tapi kamu tetap jatuhin talak sama aku!”“Aku, sudah berusaha semaksimal mungkin, Viraa.” Aga menggeram sambil menarik resleting celana jeans yang baru dipakainya. Ia mengambil sebuah kaos, lalu memakainya dengan cepat. “But, we’re done. Rasa itu sudah n
続きを読む
前へ
1
...
34567
...
16
DMCA.com Protection Status