Home / Romansa / Cinderella Hot Story / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Cinderella Hot Story: Chapter 141 - Chapter 150

160 Chapters

Menuruti Maria

Dewa berkali-kali menarik napas panjang, kemudian membuangnya dengan perlahan. Mengatur detak jantung, yang sedari tadi tidak bisa diajak berkompromi sama sama sekali. Ini bukan pertama kalinya Dewa mengucapkan ijab kabul, tapi, rasa gugup itu ternyata masih bisa menyerangnya seperti sekarang. Dewa bahkan tidak bisa duduk diam, dan sedari tadi hanya mondar mandir menunggu jadwal acara tiba.“Bisa duduk, kan, Wà.” Abraham memijat pelipisnya karena sudah pusing melihat putranya yang tidak bisa diam. “Acaranya masih setengah jam lagi, jadi duduk!”Dewa berhenti, menatap Reno yang sedari tadi hanya bermain ponsel. “Ren, suruh orang EO majuin acaranya.”“Hee?” Reno mengangkat wajah untuk melihat Dewa sejenak. Hanya mengerjab sebentar, lalu ia kembali menatap layar ponselnya. “Mereka bukan preman yang bisa kamu suruh ini itu seenaknya. Semua sudah terencana, terjadwal, tersusun, dan terorganisir. Mana bisa langsung kamu acak-acak begitu. Singamu ngamuk, baru tahu rasa.”“Singa?” celetuk Abr
last updateLast Updated : 2022-07-15
Read more

Iya, Sayang

“Tamunya, kok, nggak berhenti-berhenti dari tadi,” gumam Rindu dengan terus mempertahankan senyum ceria di wajahnya. Sedari awal, Rindu sudah meminta agar tidak mengundang banyak orang. Namun, entah mengapa malam ini dirinya tidak henti-hentinya menyalami para tamu yang datang. Di samping itu, ballroom hotel bintang lima yang mereka gunakan malam ini benar-benar terisi penuh dengan para tamu. Sangat meriah dan terlihat benar-benar mewah. Rindu bahkan tidak pernah menduga, jika resepsi pernikahannya bisa terlaksana dengan semegah ini. “Kalau capek duduk aj—” “Ya nggak sopan.” Rindu mendesis, tapi tetap mempertahankan senyum manisnya. Keduanya kompak menghentikan pembicaraan mereka karena harus kembali menyalami tamu. Di antara sekian banyak tamu undangan dari pihak Dewa, hanya Hening dan Kiara sekeluarga yang dikenal oleh Rindu. “Daripada kamu kecapean,” ujar Dewa merasa khawatir dengan kandungan Rindu jika istrinya sampai kelelahan. “Mending duduk, atau, kamu istirahat aja dulu d
last updateLast Updated : 2022-07-17
Read more

Jangan Diganggu, Jangan Dicolek

“Mama yang nyuruh, bukan aku.”Setelah mengatakan semua hal terkait kehamilan Lita, Dewa buru-buru memberi tahu sang istri kalau semua itu adalah titah dari Maria. Dewa tidak ingin disalahkan dan dikatakan plin plan karena telah mengubah pendiriannya. “Kalau nggak percaya, kamu telpon aja mama sekarang.” Dewa sudah berbicara selembut mungkin agar Rindu tidak langsung marah-marah kepadanya.“Tapi, kan, aku sudah janji sama Lita.” Rindu mencebik lalu tidak jadi menyuapkan nasi goreng ke mulutnya. Mana Rindu berani menelepon Maria di jam seperti sekarang. Apalagi untuk bertanya semua hal yang baru saja dikatakan oleh Dewa.“Bukan cuma Mama, tapi Papa juga,” ungkap Dewa mengambil alih piring Rindu dan menyendok nasi goreng disuapkan ke mulut Rindu. “Tapi Mama itu benar, Yang. Coba kamu pikir lagi semuanya. Waktu masih bayi, mereka mungkin nggak ngerti, tapi nanti, kalau anak kita sama anak Lita sudah sekolah, gimana?”Rindu mengunyah nasi goreng yang baru disuapkan oleh Dewa terlebih da
last updateLast Updated : 2022-07-17
Read more

Kembali Mengalah

Tidak ada bulan madu setelah menikah. Baik Dewa maupun Rindu sudah sepakat untuk satu hal tersebut. Selain karena Rindu tengah hamil, Dewa juga tidak ingin istrinya itu semakin kelelahan karena perjalan yang ada. Jadi, mereka akan menundanya sampai Rindu melahirkan, dan anak mereka nanti bisa dititipkan pada Maria. Kenapa harus Maria? Karena Tiara pasti sudah kerepotan membantu menjaga anak Lita. Jadi, Maria punya kuasa penuh ketika cucu pertamanya nanti telah lahir. Selain itu, Rindu juga tidak bisa pergi berbulan madu karena jatah cutinya dari kantor memanglah cukup singkat. Hanya berbekal hari libur di tanggal merah, dan cuti menikah selama tiga hari. Setelah itu, maka Rindu akan kembali lagi bekerja di kantor. Hal inilah yang menjadi masalah yang belum terselesaikan di antara Dewa dan Rindu. Dewa masih bisa mentolerir jika pekerjaan Rindu hanya berada di kantor, dan duduk di depan komputer untuk menyelesaikan administrasi, atau sejenisnya. Namun, ruang lingkup pekerjaan istriny
last updateLast Updated : 2022-07-19
Read more

Seminggu Sekali

“Nggak ngantor, Yang?”Di hari pertama Rindu setelah cuti gadis itu usai, Rindu masih tampak bermalas-malasan di balik selimut. Rindu sudah selesai sarapan, tapi tidak kunjung mandi sedari tadi.Sementara Dewa, ia masih memiliki cuti sampai akhir minggu ini. Bersantai menikmati masa cutinya, yang rencananya akan dihabiskan untuk memantau perkembangan perusahaan keluarga.“Habis sarapan, perutku nggak enak,” keluh Rindu merasa perutnya terasa seperti diaduk-aduk. “Sebah, kayak mual, tapi nggak mau muntah juga. Kayak orang kembung, tapi … pokoknya nggak enak. Kayak begitulah, aku nggak bisa jelasinnya. Pokoknya nggak enak.”Panik, Dewa langsung menghampiri Rindu. Duduk di tepi ranjang, lalu menyingkap selimut sang istri. Satu tangan Dewa memegang perut Rindu, dan satu lagi menyentuh dahi istrinya itu.“Nggak hangat, nggak panas,” ujar Dewa setelah merasa suhu tubuh Rindu yang normal. “Kita ke rumah sakit, biar tahu … nggak! Sebentar, aku telpon Mama dulu.”Rindu dengan cepat mencekal ta
last updateLast Updated : 2022-07-19
Read more

Tetap Menjadi Rahasia

“Yang.”Dewa menoleh pada Rindu yang baru keluar dari kamar mandi. “Mau apa?”“Ni kamar, tambahin AC dong.” Rindu berjalan ke arah balkon, lalu membuka pintunya. Berdiri di bibir pintu, lalu memejam mata untuk menikmati udara segar dari luar. Namun, tidak sampai satu menit, Rindu kembali menutup pintunya, lalu kembali mengeluh. “Di luar panas banget ternyata.”Rindu kemudian berjalan menuju tempat tidur lalu berbaring tepat di tengah-tengah. Bertelentang, dan memejamkan mata menikmati udara pendingin ruangan yang menurutnya tidak terasa sejuk sama sekali.“Tuh AC, freonnya dah habis kali, Yang. Makanya nggak dingin.” Rindu menunjuk pendingin ruangan yang posisinya ada di atas pintu.Dewa sedari tadi hanya duduk diam sambil menunggu sang istri membeo. Benar-benar memperhatikan Rindu dan mengabaikan laptop yang ada di pangkuannya. Jika tidak diberi perhatian seperti ini, maka Dewa sendiri yang akan menerima akibatnya.Semakin ke sini, sang nyonya yang tengah hamil itu sungguh tidak bisa
last updateLast Updated : 2022-07-20
Read more

Ganti Rugi

Bukannya senang, wajah Rindu justru memberengut ketika melihat Dewa di halaman parkir kampusnya. Dengan sedan hitamnya, Dewa tampak bersandar pada pintu mobil seraya bermain ponsel. Saking seriusnya menunduk dan menatap ponsel, Dewa sampai tidak sadar jika Rindu sudah berada di sebelahnya. “Ehm!” dehemnya keras agar Dewa segera menoleh padanya. Dewa menoleh sekilas. Setelah sadar di sampingnya adalah Rindu, Dewa langsung menegakkan tubuh. Memasukkan ponsel ke dalam saku celana, lalu mengusap perut sang istri yang mulai tampak membesar. Memasuki trimester kedua kehamilan, sikap galak Rindu sedikit demi sedikit mulai memudar. Namun, sikap posesif Rindu yang semakin menjadi-jadi. Istrinya itu kerap menaruh curiga jika Dewa terlambat pulang, atau ada kunjungan kerja di luar kota. “Gimana kuliahnya?” “Mau cuti lagi aja, bisa nggak sih!” Rindu mengeluh dan bibirnya semakin maju beberapa senti. Karena cuti kuliahnya telah usai, mau tidak mau Rindu harus kembali ke kampus dalam keadaan ha
last updateLast Updated : 2022-07-22
Read more

Siap, Nyonya

Rindu membanting pintu dengan kesal ketika memasuki kamar. Jika tidak mengingat bahwa dirinya tengah hamil saat ini, sudah pasti ia akan menghempas tubuh ke atas ranjang.Begitu mendengar pintu kamarnya kembali terbuka, Rindu yang baru saja duduk di tepi ranjang langsung bersedekap. Menatap Dewa yang berjalan santai menuju sofa, lalu merebahkan tubuh di sana.“Kenapa nggak baring di kasur?” Rindu meraih remote pendingin ruangan lalu menyalakannya dengan suhu terendah. Selain udara yang ada di ruangan terasa pengap, hatinya pun ikut merasakan hal yang sama. Rindu serasa ingin berendam di air es saja kalau begini.“Gerah.”“Nggak usah alesan.” Rindu bangkit lalu beranjak menghampiri Dewa. Berdiri tepat di samping kepala Dewa berada. Sejak tabrakan kecil yang terjadi beberapa saat yang lalu, wajah Dewa sudah berubah mendung. Pria itu juga mengajukan beberapa pertanyaan mengenai David, dan Rindu sudah menjelaskan semuanya. Namun, wajah Dewa itu tetap saja masam dan lebih banyak diam sepan
last updateLast Updated : 2022-07-22
Read more

Mencari Alasan

“Enak banget pak Radit nempatin rumah baru gratisan gini.”Dewa langsung mencapit bibir Rindu geregetan. Dewa mengerti jika Rindu memiliki kekesalan tersendiri terhadap Radit, tapi, istrinya itu terkadang tidak bisa menjaga mulutnya yang semakin bawel saja. Apalagi, mereka saat ini masih berada di dalam rumah baru yang dibeli oleh Dewa untuk Tiara.Ya, untuk Tiara, dan atas nama Tiara. Bukan atas nama Radit, dan bukan untuk pria itu. Jadi, harusnya Rindu bisa membedakan hal tersebut.“Kan ini rumah ibu, bukan rumah pak Radit” ujar Dewa berbicara pelan, agar tidak ada siapa pun yang mendengar. Meskipun mereka hanya berdua di dapur, tapi Dewa khawatir jika seseorang tiba-tiba saja mendengar dari celah yang memisahkan ruangan yang ada. “Jadi, semua yang ada di dalamnya punya ibu.”“Awas aja sampek pak Radit macam-macam di luar sana.” Rindu menepis tangan Dewa, lalu bersedekap dan sudah tidak berminat memakan salad buahnya. “Aku suruh bang Riko bejek-bejek pokoknya.”“Yang.” Dewa menoleh
last updateLast Updated : 2022-07-23
Read more

Memasrahkan Semuanya

“Riko itu, dulu mantan anak buahnya bapak.” Rindu mendahului Dewa membuka mulut, dan langsung berujar sesuai apa yang terlintas di kepala. Rindu tidak mungkin berkata jujur tentang semua hal yang terjadi di masa lalu pada Tiara. Ibunya bisa syok seketika, jika tahu keluarga besannya terlibat dalam kematian Herman. “Waktu bapak sudah meninggal, nggak lama Riko itu kerja sama Mas Dewa.” Rindu menendang kaki Dewa di bawah meja makan, untuk meminta bantuan, serta dukungan. Harusnya mereka sedang dalam perjalanan pulang, jika Tiara tidak mendengar pembicaraan yang terjadi di antara Rindu dan Dewa. pada Tiara “Jadi sopir, ya, Yang?” “Iya, Bu!” sambar Dewa membenarkan. “Kadang jadi sopir, kadang jaga rumah, pokoknya bisa ngerjain semua yang diminta.” “Multitalenta!” timpal Rindu. “Pokoknya apa aja bisa.” Entah mengapa, perasaan Tiara masih saja mengganjal dan tidak lega mendengar penjelasan anak dan menantunya itu. “Riko … yang waktu Lita … di rumah sakit itu kan? Sopir yang itu?” “Bet
last updateLast Updated : 2022-07-25
Read more
PREV
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status