Beranda / Romansa / BURONAN / Bab 51 - Bab 60

Semua Bab BURONAN: Bab 51 - Bab 60

81 Bab

51. SEBATAS HANDUK

Waktu hampir tengah malam ketika Sammy mendapati Rheyna yang mulai mengantuk.Sejak tadi mereka mengobrol di dek kapal sambil menikmati panorama alam di tengah laut yang indah di malam hari.Sammy mengajak Rheyna masuk ke kabin mereka karena perjalanan yang akan mereka lalui cukup lama kurang lebih hingga empat hari ke depan."Memangnya kamu mau ajak aku kemana sih? Kenapa lama sekali sampai empat hari perjalanan?" Tanya Rheyna saat mereka sedang berjalan menuju kabin."Karena kita menempuh perjalanan lewat jalur darat, makanya lama. Kalau naik pesawat pasti cepat," jawab Sammy sambil tersenyum.Rheyna jadi mencebik.Keduanya sampai di kabin peristirahatan mereka untuk penumpang kelas ekonomi.Setelah menemukan tempat sesuai dengan nomor tiketnya, Sammy dan Rheyna menaruh barang-barang mereka dan mulai merebahkan diri.Suasana di Kabin kelas ekonomi cukup ramai. Mereka tidur dengan satu kasur satu orang yang let
Baca selengkapnya

52. TAUBAT

"Maaf, aku lupa bawa pakaian ganti tadi," ucap Rheyna dengan wajahnya yang memanas. Perempuan itu terus mengutuk kebodohannya yang sampai bisa melupakan hal penting. Rheyna sungguh malu.Sammy langsung menunduk saat Rheyna kini berdiri tak jauh darinya untuk mengambil pakaian ganti.Ukuran handuk yang begitu minim membuat tubuh mungil Rheyna terpampang begitu jelas oleh mata.Susah payah Sammy menelan salivanya sendiri, berusaha mengendalikan hasrat primitif dalam dirinya yang terus saja mendesak untuk dikeluarkan.Begitu Rheyna sudah kembali masuk ke dalam kamar mandi untuk berpakaian, Sammy langsung menghembuskan napas sekencang-kencangnya melalui mulut. Penampilan Rheyna membuatnya sesak napas.Setelah keduanya selesai membersihkan diri lalu menunaikan shalat secara bergantian, Rheyna mengajak Sammy duduk di balkon villa sambil menikmati suasana malam yang menjorok ke pantai.Saat itu, Rheyna sedang tidak mengenakan hijab. Ram
Baca selengkapnya

53. MALAM PEMBUNUHAN

Setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan dan dosa.Tidak ada satu pun manusia di bumi ini yang luput dari dua hal itu.Oleh karena itu, Allah membuka pintu maaf selebar-lebarnya bagi hamba yang sadar diri dan menyesali kesalahan yang pernah mereka lakukan semasa hidup di dunia, melalui cara taubat.Sammy sudah melaksanakan shalat Taubat sesuai dengan apa yang telah diajarkan Rheyna.Lelaki itu termenung cukup lama di atas sajadah.Mengingat kembali akan semua kesalahan dan dosa yang telah dia perbuat di masa lalu.Menjalani profesi sebagai seorang pembunuh bayaran, Sammy tidak hanya melakukan dosa besar dengan menghilangkan nyawa orang lain tapi juga telah memakan uang haram untuk memenuhi kebutuhan hidupnya selama ini. Uang haram itulah yang kemudian menjadi darah dan mengalir di tubuhnya. Menjadikan dirinya terus larut dalam kubangan lumpur dosa dan maksiat. Sammy telah jauh melangkah tanpa tahu bahwa dirinya sudah tersesat terlalu
Baca selengkapnya

54. BURON

FLASHBACK ON..."Kenapa belum tidur?" Tanya Sammy pada Rheyna yang saat itu masih saja terjaga ketika dirinya memasuki kamar."Aku menunggumu, Mr.Sam. Kamu dari mana saja?" Tanya Rheyna yang saat itu duduk di tepi ranjang tempat tidur besar dan empuk di kamar tamu kediaman Ustadz Rakha."Aku habis mengobrol dengan Ustadz Rakha," jawab Sammy yang kini sudah duduk di sebelah Rheyna."Apa yang kalian bicarakan?""Aku hanya ingin mengakui semua kesalahanku di masa lalu saja. Tentang bagaimana caranya taubatku bisa benar-benar diterima oleh Allah,""Lalu, apa yang Ustadz Rakha katakan?""Banyak," jawab Sammy. Dia menatap Rheyna lekat. "Ustadz Rakha mengatakan, semua hal yang kita lakukan itu tergantung pada niat di dalam hati kita. Jika niat kita memang tulus dan sungguh-sungguh untuk bertaubat, maka InsyaAllah, Allah akan mengampuninya karena sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang. Selain hal itu, banyak hal-h
Baca selengkapnya

55. CIUMAN SINGKAT PELEPAS RINDU

Angin malam bertiup kencang.Suara deburan ombak terdengar dalam kegelapan.Seorang perempuan berhijab putih tampak berjalan menuju tepi pantai dengan membawa sebuah senter.Hijab panjangnya berayun tertiup angin.Langkahnya kian cepat saat sepasang netranya melihat sesosok tubuh pria berdiri di tepi pantai menggunakan sebuah jaket kupluk yang menutupi kepalanya.Pria itu menoleh dan tersenyum. Dia membuka masker wajah yang dipakainya demi menutupi identitasnya.Pria itu hendak merentangkan tangan untuk memeluk perempuan berhijab yang kini sudah berdiri tepat di hadapannya ketika dia justru mendapat sebuah tamparan keras di wajahnya."PEMBUNUH!"Sammy tersenyum pahit saat merasakan hawa panas yang menjalar di pipi kirinya. Dia kembali menatap Rheyna. Perempuan yang begitu dia rindukan.Rheyna yang saat itu juga sedang menatap ke arahnya. Menatap dengan tatapan sarat rindu bercampur kebencian dan amarah.
Baca selengkapnya

56. HUKUMAN MATI

Handini menarik tangan Anna dan membawa gadis itu ke dalam kamar. Tak lupa dia pun menutup rapat-rapat pintu rumahnya."Anna, dengarkan Ibu," ucap Handini dengan wajah serius. Mereka duduk berhadapan di atas kasur lantai usang di kamar itu.Lelehan air mata Anna yang terus saja jatuh membuat hati Handini kembali terenyuh.Handini menyeka air mata itu dengan ibu jarinya. Dia menangkup wajah Anna. "Siapa lelaki yang kamu sebut Kak Sam ini? Siapa dia? Bisa kamu beritahu Ibu?" Tanya Handini dengan penjabaran kalimat yang sejelas mungkin, berharap Anna mengerti dan mengingat tentang siapa sebenarnya lelaki bernama Sammy yang dia panggil dengan sebutan Kakak itu."Kak Sam bukan pembunuh..." Lagi dan lagi hanya kalimat itulah yang berhasil keluar dari mulut Anna."Ya, Ibu percaya Kak Sam-mu bukan pembunuh. Apa dia adalah kakakmu? Kalian bersaudara? Atau mungkin dia kekasihmu?" Tanya Handini lagi.Tangisan Anna kembali pecah. Dia memeluk
Baca selengkapnya

57. PENYELIDIKAN NORMAN

"Anna, kamu sedang apa?" Tanya Handini saat dirinya melihat Anna melongok ke arah kolong lemari di dapur. Anna berputar di dapur dengan cara merangkak, seperti orang kebingungan.Tubuh Anna yang kurus masuk ke dalam kolong meja di dapur seperti orang yang hendak bersembunyi.Handini berjongkok dan mengulurkan tangannya."Ayo keluar, tidak ada hal yang perlu ditakuti di sini. Kamu aman," ucap Handini dengan penuh kelembutan.Senyuman manis Handini akhirnya membuat ekspresi ketakutan di wajah Anna perlahan memudar. Gadis itu tersenyum tipis.Sebuah senyuman pertama yang tersungging di bibirnya setelah beberapa bulan dia tinggal bersama Handini."Kita makan ya? Ibu beli makanan di warung tadi," ajak Handini kemudian. Dia meminta Anna duduk di lantai beralas tikar di ruang depan kediamannya.Berprofesi sebagai seorang penjual kue basah di lampu merah, penghasilan Handini benar-benar pas-passan.Meski hidup serba ber
Baca selengkapnya

58. BERMAIN DI PANTAI

"Ada hubungan apa antara dirimu dengan Laras di masa lalu?" Tanya Norman pada seorang lelaki bernama Arga Bintara yang diduga memiliki affair dengan Laras di masa lalu.Setelah Norman melakukan penyelidikan terhadap istrinya sendiri, lelaki itu menemukan adanya bukti hasil tes DNA yang menyatakan bahwa Max bukan anak kandungnya.Max terlahir dari rahim Laras saat mereka sudah resmi menikah, jika memang Max bukan anak kandungnya, itu artinya Laras telah berselingkuh.Norman dengan segala kekuasaan yang dimilikinya, akhirnya berhasil membekuk seorang lelaki yang dia curigai adalah lelaki yang telah berselingkuh dengan Laras selama ini.Norman hanya perlu pengakuan langsung dari mulut lelaki ini."JAWAB!" Bentak Norman seraya melayangkan satu buah pukulan keras di wajah Arga hingga lelaki itu mengerang kesakitan dengan darah yang keluar dari mulutnya.Kedua tangan Arga yang saat itu dalam posisi terikat ke sandaran kursi membuat lel
Baca selengkapnya

59. DI DALAM SEL TAHANAN

Laras kelimpungan.Sampai detik ini Anna belum juga ditemukan.Perubahan sikap Norman serta berita mengenai kematian Ahmed Malik Assegaf, cukup membuat semua rencana Laras hancur.Keinginannya untuk melihat Sammy mendapat hukuman mati sepertinya akan pupus.Kematian Max yang begitu tragis membuat Laras gelap mata hingga menghalalkan segala cara untuk menghancurkan Sammy.Itulah sebabnya, Laras terus berusaha mendoktrin Norman agar suaminya itu semakin membenci Sammy."Kenapa kamu memberi izin pada Keluarga Sammy untuk menjenguk lelaki itu, Mas? Bukankah kita sudah sepakat untuk membuat hidup Sammy menderita selama di penjara? Lelaki itu telah membunuh anak kita! Dia harus dihukum mati!" Ucap Laras dengan gertakan kedua rahangnya yang mengeras. Kedua bola matanya membelalak menahan amarah. Meski setelahnya, sekumpulan cairan bening kian menyerbu masuk. Pada akhirnya, Laras hanya bisa menangis.Menangisi berapa menderitany
Baca selengkapnya

60. MEMBURU HANDINI

Langit senja sore itu indah dan cerah.Rona jingganya menyemarakkan langit dengan siluet kuning keemasan.Keadaan lapas sore ini lengang.Tak banyak manusia yang wara-wiri di sekitar lapas kecuali para petugas kepolisian.Besok adalah hari pertama kasus Sammy naik ke meja hijau dan kedatangan Fadli sore itu ke lapas hanya untuk mengantarkan masakan buatan Rheyna kepada Sammy.Keduanya duduk di bangku taman lapas. Menikmati semilir angin sore yang sepoi-sepoi."Kenapa Rheyna tidak ikut? Apa dia masih marah padaku?" Tanya Sammy yang memang merasa kalau sikap Rheyna masih saja cuek padanya. Bahkan sejak dirinya masuk penjara, Rheyna hanya satu kali menengoknya ke lapas, itu pun saat waktu-waktu pertama Sammy tertangkap dulu. Dan sejak itu, jangankan memperlihatkan batang hidungnya, bahkan untuk sekadar menanyakan kabarnya saja tidak pernah."Rheyna bilang, dia tidak marah, tapi dia hanya kecewa, kenapa Kakak memilih diam at
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status