Setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan dan dosa.
Tidak ada satu pun manusia di bumi ini yang luput dari dua hal itu.Oleh karena itu, Allah membuka pintu maaf selebar-lebarnya bagi hamba yang sadar diri dan menyesali kesalahan yang pernah mereka lakukan semasa hidup di dunia, melalui cara taubat.Sammy sudah melaksanakan shalat Taubat sesuai dengan apa yang telah diajarkan Rheyna.Lelaki itu termenung cukup lama di atas sajadah.Mengingat kembali akan semua kesalahan dan dosa yang telah dia perbuat di masa lalu.Menjalani profesi sebagai seorang pembunuh bayaran, Sammy tidak hanya melakukan dosa besar dengan menghilangkan nyawa orang lain tapi juga telah memakan uang haram untuk memenuhi kebutuhan hidupnya selama ini. Uang haram itulah yang kemudian menjadi darah dan mengalir di tubuhnya. Menjadikan dirinya terus larut dalam kubangan lumpur dosa dan maksiat. Sammy telah jauh melangkah tanpa tahu bahwa dirinya sudah tersesat terlaluFLASHBACK ON..."Kenapa belum tidur?" Tanya Sammy pada Rheyna yang saat itu masih saja terjaga ketika dirinya memasuki kamar."Aku menunggumu, Mr.Sam. Kamu dari mana saja?" Tanya Rheyna yang saat itu duduk di tepi ranjang tempat tidur besar dan empuk di kamar tamu kediaman Ustadz Rakha."Aku habis mengobrol dengan Ustadz Rakha," jawab Sammy yang kini sudah duduk di sebelah Rheyna."Apa yang kalian bicarakan?""Aku hanya ingin mengakui semua kesalahanku di masa lalu saja. Tentang bagaimana caranya taubatku bisa benar-benar diterima oleh Allah,""Lalu, apa yang Ustadz Rakha katakan?""Banyak," jawab Sammy. Dia menatap Rheyna lekat. "Ustadz Rakha mengatakan, semua hal yang kita lakukan itu tergantung pada niat di dalam hati kita. Jika niat kita memang tulus dan sungguh-sungguh untuk bertaubat, maka InsyaAllah, Allah akan mengampuninya karena sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang. Selain hal itu, banyak hal-h
Angin malam bertiup kencang.Suara deburan ombak terdengar dalam kegelapan.Seorang perempuan berhijab putih tampak berjalan menuju tepi pantai dengan membawa sebuah senter.Hijab panjangnya berayun tertiup angin.Langkahnya kian cepat saat sepasang netranya melihat sesosok tubuh pria berdiri di tepi pantai menggunakan sebuah jaket kupluk yang menutupi kepalanya.Pria itu menoleh dan tersenyum. Dia membuka masker wajah yang dipakainya demi menutupi identitasnya.Pria itu hendak merentangkan tangan untuk memeluk perempuan berhijab yang kini sudah berdiri tepat di hadapannya ketika dia justru mendapat sebuah tamparan keras di wajahnya."PEMBUNUH!"Sammy tersenyum pahit saat merasakan hawa panas yang menjalar di pipi kirinya. Dia kembali menatap Rheyna. Perempuan yang begitu dia rindukan.Rheyna yang saat itu juga sedang menatap ke arahnya. Menatap dengan tatapan sarat rindu bercampur kebencian dan amarah.
Handini menarik tangan Anna dan membawa gadis itu ke dalam kamar. Tak lupa dia pun menutup rapat-rapat pintu rumahnya."Anna, dengarkan Ibu," ucap Handini dengan wajah serius. Mereka duduk berhadapan di atas kasur lantai usang di kamar itu.Lelehan air mata Anna yang terus saja jatuh membuat hati Handini kembali terenyuh.Handini menyeka air mata itu dengan ibu jarinya. Dia menangkup wajah Anna. "Siapa lelaki yang kamu sebut Kak Sam ini? Siapa dia? Bisa kamu beritahu Ibu?" Tanya Handini dengan penjabaran kalimat yang sejelas mungkin, berharap Anna mengerti dan mengingat tentang siapa sebenarnya lelaki bernama Sammy yang dia panggil dengan sebutan Kakak itu."Kak Sam bukan pembunuh..." Lagi dan lagi hanya kalimat itulah yang berhasil keluar dari mulut Anna."Ya, Ibu percaya Kak Sam-mu bukan pembunuh. Apa dia adalah kakakmu? Kalian bersaudara? Atau mungkin dia kekasihmu?" Tanya Handini lagi.Tangisan Anna kembali pecah. Dia memeluk
"Anna, kamu sedang apa?" Tanya Handini saat dirinya melihat Anna melongok ke arah kolong lemari di dapur. Anna berputar di dapur dengan cara merangkak, seperti orang kebingungan.Tubuh Anna yang kurus masuk ke dalam kolong meja di dapur seperti orang yang hendak bersembunyi.Handini berjongkok dan mengulurkan tangannya."Ayo keluar, tidak ada hal yang perlu ditakuti di sini. Kamu aman," ucap Handini dengan penuh kelembutan.Senyuman manis Handini akhirnya membuat ekspresi ketakutan di wajah Anna perlahan memudar. Gadis itu tersenyum tipis.Sebuah senyuman pertama yang tersungging di bibirnya setelah beberapa bulan dia tinggal bersama Handini."Kita makan ya? Ibu beli makanan di warung tadi," ajak Handini kemudian. Dia meminta Anna duduk di lantai beralas tikar di ruang depan kediamannya.Berprofesi sebagai seorang penjual kue basah di lampu merah, penghasilan Handini benar-benar pas-passan.Meski hidup serba ber
"Ada hubungan apa antara dirimu dengan Laras di masa lalu?" Tanya Norman pada seorang lelaki bernama Arga Bintara yang diduga memiliki affair dengan Laras di masa lalu.Setelah Norman melakukan penyelidikan terhadap istrinya sendiri, lelaki itu menemukan adanya bukti hasil tes DNA yang menyatakan bahwa Max bukan anak kandungnya.Max terlahir dari rahim Laras saat mereka sudah resmi menikah, jika memang Max bukan anak kandungnya, itu artinya Laras telah berselingkuh.Norman dengan segala kekuasaan yang dimilikinya, akhirnya berhasil membekuk seorang lelaki yang dia curigai adalah lelaki yang telah berselingkuh dengan Laras selama ini.Norman hanya perlu pengakuan langsung dari mulut lelaki ini."JAWAB!" Bentak Norman seraya melayangkan satu buah pukulan keras di wajah Arga hingga lelaki itu mengerang kesakitan dengan darah yang keluar dari mulutnya.Kedua tangan Arga yang saat itu dalam posisi terikat ke sandaran kursi membuat lel
Laras kelimpungan.Sampai detik ini Anna belum juga ditemukan.Perubahan sikap Norman serta berita mengenai kematian Ahmed Malik Assegaf, cukup membuat semua rencana Laras hancur.Keinginannya untuk melihat Sammy mendapat hukuman mati sepertinya akan pupus.Kematian Max yang begitu tragis membuat Laras gelap mata hingga menghalalkan segala cara untuk menghancurkan Sammy.Itulah sebabnya, Laras terus berusaha mendoktrin Norman agar suaminya itu semakin membenci Sammy."Kenapa kamu memberi izin pada Keluarga Sammy untuk menjenguk lelaki itu, Mas? Bukankah kita sudah sepakat untuk membuat hidup Sammy menderita selama di penjara? Lelaki itu telah membunuh anak kita! Dia harus dihukum mati!" Ucap Laras dengan gertakan kedua rahangnya yang mengeras. Kedua bola matanya membelalak menahan amarah. Meski setelahnya, sekumpulan cairan bening kian menyerbu masuk. Pada akhirnya, Laras hanya bisa menangis.Menangisi berapa menderitany
Langit senja sore itu indah dan cerah.Rona jingganya menyemarakkan langit dengan siluet kuning keemasan.Keadaan lapas sore ini lengang.Tak banyak manusia yang wara-wiri di sekitar lapas kecuali para petugas kepolisian.Besok adalah hari pertama kasus Sammy naik ke meja hijau dan kedatangan Fadli sore itu ke lapas hanya untuk mengantarkan masakan buatan Rheyna kepada Sammy.Keduanya duduk di bangku taman lapas. Menikmati semilir angin sore yang sepoi-sepoi."Kenapa Rheyna tidak ikut? Apa dia masih marah padaku?" Tanya Sammy yang memang merasa kalau sikap Rheyna masih saja cuek padanya. Bahkan sejak dirinya masuk penjara, Rheyna hanya satu kali menengoknya ke lapas, itu pun saat waktu-waktu pertama Sammy tertangkap dulu. Dan sejak itu, jangankan memperlihatkan batang hidungnya, bahkan untuk sekadar menanyakan kabarnya saja tidak pernah."Rheyna bilang, dia tidak marah, tapi dia hanya kecewa, kenapa Kakak memilih diam at
"Kak Sam?" Gumam Anna saat tatapannya tertuju pada seorang lelaki berseragam orange yang dikawal masuk ke dalam ruang sidang oleh dua orang petugas kepolisian.Anna hendak berteriak tapi mulutnya sudah lebih dulu dibekap seseorang, dia Handini."Anna, diam. Kita harus menunggu waktu yang tepat untuk menemui Sammy," ucap Handini berbisik.Handini baru saja melepas bekapan tangannya di mulut Anna ketika gadis bermasker itu justru melepas maskernya dan hendak bangkit dari duduk.Buru-buru Handini mencekal tangan Anna."Anna, Ibu sudah bilang, jangan buat keributan di sini," ucap Handini kewalahan."Lepas," Jerit Anna kemudian. Kekuatan Anna yang jauh lebih besar jelas mengalahkan Handini.Cekalan tangan Handini di pergelangan tangan Anna terlepas. Gadis itu berlari ke arah Sammy yang saat itu duduk di kursi terdakwa."Kak Sam?" Gumam Anna begitu dirinya sudah berdiri di hadapan Sammy.Seperti melihat hantu