Rangga mengeryitkan dahinya. Meskipun tidak pernah berdagang sebelumnya, tapi dia tahu jika menjual ke tempat lain dengan harga yang lebih tinggi, jelas tidak mungkin dilakukan. Apalagi berkaitan dengan bahan pokok makanan yang harganya relatif stabil di berbagai tempat. Dalam pikirannya, kalaupun ada tempat lain yang berani membeli dengan harga lebih mahal, pasti beritanya sudah menyebar ke mana-mana. "Aneh sekali! Itu jelas alasan yang dibuat-buat," gumamnya dalam hati. "Aku setor dulu, Kisanak! Giliranku sudah tiba rupanya," ucap lelaki bercaping bambu, sedikit mengagetkan lamunan Rangga."Oh ... silahkan, Kisanak." Rangga tersenyum hangat mempersilahkan. Selepas kepergian lelaki itu, Rangga kembali menuju gerobaknya. Sambil duduk di atas karung berisi beras, Rangga mengamati dengan seksama setiap. Bibirnya tampak sibuk memainkan rumput hijau yang dicabutnya di sekitar gerobak. Tak berapa lama, dia melihat se
Baca selengkapnya