Share

Interogasi

Author: AL
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Kalian jangan macam-macam! Di belakang masih banyak teman kami yang akan datang kemari," kata seorang dari kedua penguntit. 

"Apakah pasukan Pangeran Dananjaya yang kalian maksud? Mereka tidak akan datang kemari karena sibuk di kadipaten!" ejek Rangga. 

"Bagaimana mereka berdua bisa tahu? Bahaya ini! Aku harus bisa menyelamatkan diri dari mereka dan memberi tahu Tuan Lodra," ucap seorang dari kedua penguntit. 

"Aku tidak paham apa maksudmu? Siapa itu Pangeran Dananjaya?" 

"Hahahaha! Entah aku yang bodoh atau kau yang kurang pengalaman, tapi kernyitan di dahimu itu menunjukkan jika kau tahu siapa yang aku maksud," sahut Rangga. 

"Atau begini saja, bagaimana jika kalian katakan dengan sejujurnya tentang pergerakan Pangeran Dananjaya kepada kami, dan akan aku biarkan salah satu dari kalian hidup," timpal Bargowo. Golok besar berkilatan yang tertimpa sinar matahari membuat kedua orang itu bergidik ngeri. 

Kedua pen

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Mustika Naga Bumi   Inisiatif Rangga dan Bargowo

    "Semua yang kuketahui sudah aku katakan. Sekarang tolong lepaskan aku seperti janji kalian!" pinta prajurit Pangeran Dananjaya yang sedang berlutut di tanah."Cuma aku yang berjanji untuk tidak membunuhmu, dan pasti akan aku tepati. Tapi entah dengan temanku ini," balas Bargowo. bibirnya menyeringai menunjukkan gigi-giginya yang kehitaman."Ka-kalian menipuku, bajingan kalian!"Cresssh!"Aaaakh!"Jeritan tertahan terdengar dari bibir lelaki yang kepalanya sudah menggelinding di tanah. Darah mengucur deras keluar dari leher yang sudah tidak berkepala.Bargowo bergidik ngeri melihat Rangga dengan dinginnya menebas leher prajurit yang sudah tidak mempunyai daya untuk melawan."Dia akan menjadi masalah jika dibiarkan hidup," ucap Rangga, sambil mengelap pedangnya yang berlumuran darah dengan pakaian prajurit yang baru saja dibunuhnya."Baiklah. Aku ikut saja apa katamu. Berikutnya apa kita langsung ke kadipa

  • Mustika Naga Bumi   Serangan Malam

    "Aji, Ratih ... Berhati-hatilah!" pesan Adipati Hanggareksa.Aji dan Ratih tersenyum hangat, kemudian mengangguk pelan. Tdak terlihat rasa was-was atau gundah dalam pandangan mata sepasang kekasih tersebut."Tuan Adipati jangan kuatir. Pasti kami akan tetap kembali ke dalam istana," balas Aji.Adipati anggareksa membalas senyuman hangat keduanya. Bagaimanapun juga, dia merasa tidak enak hati jika harus melibatkan Aji dan ketiga temannya dalam masalah yang sedang dialaminya kali ini. Namun dalam kesempatan ini dia tidak tahu harus menoleh kepada siapa lagi untuk membantunya, sedang para pejabat Kadipaten belum diketahui bagaimana bentuk loyalitasnya."Jika pergerakan Pangeran Dananjaya ini bisa kita hentikan atau bahkan kita hancurkan, nanti aku akan sampaikan kepada paduka Raja Wanajaya tentang bantuan besar yang kalian berikan. Beliau pasti akan memberikan hadiah besar buat kalian."Aji mengangguk. Lelaki tampan kemudian mengajak Ratih

  • Mustika Naga Bumi   Reaksi Pedang Kegelapan

    Mata Ratih menatap nanar wajah tampan kekasihnya. Seandainya bisa memilih, dia tidak ingin mereka berempat terlibat dalam masalah yang begitu rumit dan menguras pikiran seperti kali ini. Sebagai wanita normal, tentunya dia berharap agar bisa hidup tentram bersama Aji dan membangun keluarga dalam suasana yang penuh keharmonisan. Namun, jalan hidup yang dipilih Aji seolah memaksanya untuk mengikuti setiap ayunan langkah kekasihnya itu. Protes, tentu hal itu tidak bisa dilakukannya, mengingat Aji sudah mengabdikan hidupnya di jalan kebenaran dan membuatnya selalu berkelana. Waktu mengalir mulus tanpa ada sedikitpun kendala yang mampu menghambatnya. Tak terasa, sang Surya sudah tenggelam di ufuk barat dan digantikan keanggunan rembulan yang memancarkan sinar keemasannya. Hewan malam bermunculan dan bersahutan membunyikan suara khasnya untuk memeriahkan suasana yang hening dan mencekam. Dalam gelapnya malam, sesosok bayangan hitam m

  • Mustika Naga Bumi   Menjadi Iblis Haus Darah

    Aji merasakan getaran pedang Kegelapan tiba-tiba menghilang seiring tercabutnya pedang pusaka itu dari sarungnya.Sesuatu yang terjadi kemudian membuat Aji merinding. Kekuatan yang sangat besar menyeruak keluar dari bilah pedang kegelapan. Tanpa disadarinya, puluhan prajurit yang mengerubunginya tidak bisa bergerak sama sekali.Mata Aji memandang heran dengan kakunya tubuh para prajurit itu. Namun berikutnya dia sadar dan segera melesat menebaskan pedangnya berulang kali tanpa berhenti sama sekali.Jeritan kematian pun terdengar bersahutan tanpa berhenti. Aji membabi buta menghabisi setiap prajurit yang berada dalam jangkauan pedangnya. Jasad jasad bertumpukan bersimbah darah tergeletak tak beraturan, bercampur bau amis menyengat menusuk hidung.Tanpa disadari Aji, semakin banyak jasad yang terbunuh oleh bilah pedang kegelapan, jiwanya semakin haus untuk melakukan pembunuhan demi pembunuhan berikutnya.Melayangnya nyaw

  • Mustika Naga Bumi   Melawan 12 Pengawal

    "Ternyata dugaanku tidak salah. Kau memang bagian dari Adipati Hanggareksa," ucap sosok berjubah yang ternyata adalah Lodra.Aji sedikit terkejut. Dugaannya mengatakan jika sosok di depannya itu sering mengamatinya ketika di kotaraja."Aku bukan bagian dari siapapun. Dan aku membantu Adipati Hanggareksa karena memang perbuatan yang hendak kalian lakukan itu sudah keluar dari jalur kebenaran!" balas Aji.Lodra memandang ratusan prajuritnya yang tergeletak tak bernyawa di beberapa tempat. "Kau harus menebus kesalahanmu karena telah membantai prajuritku!"Aji memandang Lodra dengan senyuman sinis tersungging di bibirnya. "Kalau kau ingin bernasib sama seperti mereka, majulah! Aku pastikan nyawamu akan menyusul para prajuritmu ke neraka!""kau begitu yakin dengan kemampuanmu, Kunyuk! Tapi sebelum menghadapiku, hadapi mereka terlebih dahulu!" Lodra menunjuk beberapa sosok berwajah pucat yang berdiri di sekitar gubuk kecil.Pandangan A

  • Mustika Naga Bumi   Sifat Asli Pedang Kegelapan

    Secara perlahan, aura merah yang keluar dari bilah pedang Kegelapan membuat suhu udara di dalam hutan itu meningkat pesat dan memanas. Pohon-pohon mulai meranggas dan menggugurkan daunnya untuk mengurangi penguapan akibat hawa panas yang menerpa. "Pertahankan formasi dan gunakan kelembapan hutan ini untuk menekan panasnya! jangan takut dengan hawa panas yang dikeluarkan pedangnya!" teriak lelaki bermata satu. Mereka kemudian menggerakkan tangannya dan menarik unsur alam di hutan yang mengandung kelembapan tinggi. Setelah itu mereka mencabut senjatanya masing dan kembali melakukan serangan. "Kalian terlalu percaya diri dengan formasi yamg kalian pakai!' teriak Aji. Pertarungan sengit kembali terjadi. Mereka kemudian melakukan serangan dengan gencar ke arah Aji. Unsur kelembapan hutan yang yang mereka gunakan membuat mereka begitu percaya diri menekan lawannya. Silih berganti serangan yang mereka lakukan membuat Aji bergerak mundur. Kecepatan me

  • Mustika Naga Bumi   Keistimewaan Pedang Kegelapan

    Mendengar teriakan Lodra, Aji tiba-tiba menghentikan lesatan tubuhnya."Serang dia atau kalian yang akan aku bunuh!" Kembali Lodra berteriak keras dari jauh.Aji menoleh kepada Lodra. "Tunggu setelah giliranmu tiba!"Bentakan Lodra membuat 12 orang itu sepakat untuk kembali menyerang Aji. Bagi mereka, dibunuh Aji atau Lodra sama saja artinya. Mereka akan sama-sama mati juga."Bentuk formasi!" teriak Mata satu.Kembali 12 orang pengawal Pangeran Dananjaya itu berlompatan membentuk formasi untuk menyerang Aji. Meskipun ada rasa takut mengganjal di hati, tapi mereka tetap nekat untuk melakukan serangan.Aji tersenyum tipis menyambut serangan lawan. Pedang Kegelapan yang terus mengeluarkan kobaran api hebat, membuat serangan 12 orang pengawal itu menjadi tidak maksimal.Bukan hanya itu, mereka juga dibuat bingung dengan melelehnya senjata mereka setelah berbenturan dengan pedang lawan. Aji memanfaatkan kesempatan i

  • Mustika Naga Bumi   Pusaran Iblis Kematian

    Sebuah benturan berkekuatan cukup besar terjadi di antara mereka berdua. Aji terdorong mundur sekitar 7 langkah. Sedangkan Lodra juga terdorong mundur 2 langkah lebih pendek. Senyum lelaki tua itu mengembang lebar, setelah merasa kekuatan tenaga dalamnya ada di atas Aji. Dia menilainya dari benturan yang baru saja terjadi. "Bersiaplah menyusul arwah pasukanku, bangsat!" teriak Lodra, Dia lalu menggunakan kecepatannya untuk menyerang Aji yang sudah bersiap menyambut serangannya. Pertarungan tangan kosong kembali terjadi begitu cepat. Aji bisa menilai kalau kekuatan lelaki tua yang sekarang menjadi lawannya, masih di atas 12 orang pengawal Pangeran Dananjaya yang sudah dibunuhnya. Aji terlihat terkejut dengan kecepatan Lodra di awal serangan. Dia berusaha menghindar dengan gerakan yang tidak kalah cepat, tapi sebuah serangan lainnya muncul dari sisi lainnya bersamaan dengan aura besar yang menekan tubuhnya. "Cepat sekali gerakannya!" Aji t

Latest chapter

  • Mustika Naga Bumi   Kematian Raja Wanajaya

    Tak ingin membuang kesempatan bagus untuk membunuh lawan, Raja Wanajaya pun melanjutkan serangannya. "Pedang Penghancur Jagat!" teriak Raja Wanajaya, sembari melompat dan mengayunkan pedang Sabdo Bumi ke arah kepala Aji. Sigap Aji mengangkat pedang Naga Bumi ke atas kepalanya untuk menahan serangan yang sudah mengincar bagian tervitalnya.Kembali benturan dua pusaka itu menghasilkan dentuman dahsyat hingga membuat titik pertarungan bergetar hebat. Tidak sedikit pepohonan dan bangunan yang rubuh, tak mampu menahan getaran kuat yang terjadi beberapa detik lamanya.Raja Wanajaya terpental balik ke belakang, sedangkan kaki Aji terpendam sampai sebatas lutut. Namun, bisa terlihat jika kekuatan pusaka Aji lebih unggul dibanding pusaka Raja Wanajaya.Aji yang ingin mengakhiri pertarungan itu dengan cepat, langsung melompat tinggi sebelum kemudian melesat tajam dengan ujung pedang Naga Bumi berada di depan.Raja Wanajaya melompat mundur menjauh. Dia kini sudah menyadari bahwa kekuatan lawan

  • Mustika Naga Bumi   Reaksi Pedang Naga Bumi

    Melihat putri satu-satunya berusaha menjadi martir bagi orang yang ingin membunuhnya, Raja Wanajaya pun murka. Raut wajahnya menegang, namun dia masih berusaha menahannya. Bagaimanapun juga, Putri Larasati adalah anak kandungnya. Tidak mungkin juga dia tega untuk menghabisi darah dagingnya sendiri yang selama ini ia jaga. “Minggir, Putriku, menjauh dari manusia biadab itu. Jangan sampai kau membuat ayah gelap mata dan membunuhmu juga!” tegasnya. “Tidak Ayah! Aku tidak akan bergeser sedikitpun. Jika Ayah ingin membunuh Aji, maka langkahi dulu mayat anakmu ini!” bantah Putri Larasati. Matanya terlihat sembab oleh air mata yang tak henti mengalir. Pada dasarnya dia sudah muak melihat kelakuan ayahnya selama ini. Bahkan ibunya meninggal pun karena tidak kuat menahan derita berkepanjangan yang diakibatkan tingkah laku ayahnya. “Ayah peringatkan untukmu yang terakhir kali Larasati! Pergi dari situ atau ayah akan tega mencabut nyawamu!” Raja Wanajaya berteriak saking kesalnya.“Bunuh saj

  • Mustika Naga Bumi   Kenekatan Putri Larasati

    Namun kecemasan Aji tersebut segera menghilang ketika melihat kemunculan Jaya di dekat putri Larasati. Entah Jaya baru dari mana, tapi kedatangan lelaki tersebut bisa membuatnya fokus untuk menghadapi Raja Wanajaya. Tanpa disadari Aji, pertarungan mereka yang semula digiringnya menjauh dari kotaraja, ternyata harus kembali berada di dekat Kotaraja. Runtuhnya bangunan dinding yang baru saja menimpanya seakan menyadarkannya, bahwa tempat pertarungannya melawan penguasa kerajaan Kalingga tersebut ternyata sudah bergeser cukup jauh dari titik awal pertarungan. Dan lapangan yang berada di luar Kotaraja tersebut merupakan tempat menyiapkan pasukan dalam skala besar jika terjadi perang dengan kerajaan lain. Selepas mengusapkan tangan untuk menyapu debu yang berada di wajahnya, Aji pun memasang kembali kuda-kudanya. Kali ini dia akan berupaya untuk mengajak Raja Wanajaya untuk kembali menjauhi Kotaraja. Mungkin Jaya masih bisa menyelamatkan nyawa Putri Larasati jika ada serangan nyasar, tap

  • Mustika Naga Bumi   Jurus Pedang Penghancur Jagat

    Meski terkejut dengan mampu ditahannya aura pembunuh miliknya, Raja Wanajaya tetap memiliki kepercayaan diri tinggi bahwa lawannya itu bukan tandingannya dan dia sangat yakin akan bisa memenangkan pertarungan. "Ayo kita lanjutkan pertarungan yang tertunda!" ucapnya dengan nada meremehkan. Sang Raja yang memiliki ilmu kanuragan tinggi itupun kembali memasang kuda-kudanya, begitu pula dengan Aji yang sedari tadi sudah siap untuk melanjutkan pertarungan.Dalam satu tarikan napas, pertarungan pun kembali berlanjut setelah keduanya melesat maju dengan kecepatan tinggi."Pedang Penghancur Jagat!" teriak Raja Wanajaya dengan keras sambil menebaskan pedang Serat Alam ke arah leher Aji.Energi yang begitu besar bisa Aji rasakan dari jurus yang dikeluarkan oleh Raja Wanajaya. Sang pendekar berparas tampan itupun kemudian menarik Pedang Naga Bumi keluar dari wadahnya untuk memberikan tangkisan, dan sekaligus juga mengeluarkan perisai api untuk menahan serangan berenergi besar yang sudah menginc

  • Mustika Naga Bumi   Keluarnya Pedang Serat Alam

    Aji sedikit dibuat kerepotan meski pada akhirnya sudah bisa membaca serangan ayah dari Putri Larasati tersebut.Raja Wanajaya semakin beringas melakukan serangan. Dia mencabut pedang Serat Alam untuk segera memungkasi pertarungan. Aji sedikit terkesima dengan keluarnya pedang pusaka yang separuh kitab jurus ya kini ada padanya. Energi yang dikeluarkan pedang pusaka tersebut sangat halus, tapi begitu menekan.Suami Ratih itu lalu mencabut pedang Naga Bumi untuk melawan senjata pusaka lawan. Energi yang dikeluarkan pedang miliknya memberi tekanan balik hingga membuat Raja Wanajaya Murka. "Mati kau, Penghianat!" teriak Raja Wanajaya. Dia melompat maju sembari menebaskan pedangnya dengan. Kekuatan yang tidak sedikit. Kecepatan serangannya pun semakin meningkat dan bervariasi.Pedang Naga Bumi meliuk dengan cepat memberi tangkisan demi tangkisan yang membuat tangan lawannya gemetar setiap kali pedang mereka berdua berbenturan."Aku terlalu meremehkan kemampuannya!" Raja Wanajaya mendengu

  • Mustika Naga Bumi   Melawan Raja Wanajaya

    Raja Wanajaya menatap geram lelaki tampan di depannya. Jari telunjuknya menunjuk Aji, gigi-giginya saling menggigit menahan emosinya yang memuncak. "Kau telah mempengaruhi putriku sehingga dia berani melawanku!"Aji tersenyum kecil menanggapinya. "Kalau Paduka mengira aku telah mempengaruhi Gusti Putri, maka Paduka sudah salah besar. Gusti Putri bisa berpikir untuk menentukan apa yang salah dan benar, dan apa yang sudah paduka lakukan selama ini adalah kesalahan yang teramat besar dan tidak terampuni.""Jangan mengguruiku tentang kebenaran, Bangsat! Aku hidup jauh lebih lama dari pada kau, dan kebenaran buatku adalah kekuasaan!"Aji memandang Putri Larasati yang sudah bercucuran air mata, "Tampaknya sulit menyadarkan paduka dengan kata-kata, Gusti Putri. Jadi jalan kekerasan harus hamba ambil."Putri Larasati mengangguk meski itu berat buatnya. Tapi dia sudah siap jika memang ayahnya harus mati di tangan Aji. "Lakukan apa yang harus kau

  • Mustika Naga Bumi   Ketegaran Hati Putri Larasati

    Tak butuh waktu lama bagi mereka berdua untuk menemukan kamar yang digunakan Raja Wanajaya untuk melakukan ritual.Tapi langkah mereka terhenti setelah terlihat empat orang prajurit yang berjaga di depan pintu kamar tersebut. Mereka berempat begitu ketat menjaga kamar itu seolah angin pun akan mereka halau jika hendak masuk melalui celah di bawah pintu.Beruntung malam itu bulan tidak bersinar begitu terang hingga keduanya tidak terlihat oleh para prajurit. Berbicara meski pelan jelas akan terdengar oleh keempat prajurit itu saking heningnya suasana. Hanya kode yang bisa mereka lakukan untuk merencanakan langkah selanjutnya yang harus mereka lakukan.Setelah memantapkan diri, Aji dan jaya bergerak secepat mungkin melumpuhkan keempat prajurit itu. Serangan cepat mengarah titik vital membuat keempat prajurit itu bergelatakan di tanah. Entah pingsan atau mati, keduanya tidak peduli tentang itu.Dalam satu tarikan napas, Jaya menendang

  • Mustika Naga Bumi   Membebaskan Korban

    Kedua pendekar itu pergi keluar dari kamar setelah berembuk untuk beberapa saat. Mereka saat ini harus mencari di mana biasanya Raja Wanajaya melampiaskan nafsu bejatnya. Sebab tidak mungkin kamar pribadinya akan digunakan untuk hal seperti itu.Cukup lama mereka berkeliling di dalam istana, hingga pada satu titik mereka melihat belasan orang prajurit tampak berjaga di sebuah ruangan."Apa mungkin di situ?" bisik Aji pelan.Jaya memandang para prajurit yang berjarak sekitar 25 meter dari tempat mereka berdua berdiri. Suasana di dalam istana yang tidak terlalu terang sedikit banyak membantu mereka agar tidak terlihat oleh para prajurit. "Jika ruangan itu sampai dijaga begitu banyak prajurit, maka besar kemungkinan di dalam ruangan itu ada sesuatu yang penting. Atau bisa jadi Raja Wanajaya yang ada di dalamnya," balas Jaya menduga-duga. "Kita lumpuhkan para prajurit itu dulu, baru kita tahu apa yang ada

  • Mustika Naga Bumi   Restu Putri Larasati

    Ekspresi rasa terkejut Aji sempat tertangkap pandangan mata Putri Larasati. Putri cantik itu menundukkan wajahnya, dia malu atas kelakuan ayahnya."Sebenarnya Gusti Putri bermimpi tentang apa?" tanya Aji penasaran.Putri Larasati memejamkan matanya. Hembusan napasnya begitu berat terdengar keluar dari bibirnya yang ranum.Dia merasa sangat sulit buatnya untuk menjawab pertanyaan Aji. Bagaimanapun juga, dia takut jika Aji adalah sosok yang ditakdirkan untuk membunuh ayahnya.Tapi, kelakuan bejat ayahnya harus ada yang menghentikan, meski ayahnya tadi berjanji jika ritual yang akan dilakukannya nanti adalah yang terakhir. Raja Wanajaya berjanji kepada Putri Larasati tidak akan menggauli gadis lagi untuk ke depannya."Aku kuatir jika kau yang ada dalam mimpiku," ucap Putri Larasati lirih.Aji semakin penasaran dengan mimpi yang dialami Putri Larasati, apalagi putri cantik itu juga menyebutnya.Sete

DMCA.com Protection Status