Home / Pendekar / Mustika Naga Bumi / Melawan 12 Pengawal

Share

Melawan 12 Pengawal

Author: AL
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Ternyata dugaanku tidak salah. Kau memang bagian dari Adipati Hanggareksa," ucap sosok berjubah yang ternyata adalah Lodra.

Aji sedikit terkejut. Dugaannya mengatakan jika sosok di depannya itu sering mengamatinya ketika di kotaraja.

"Aku bukan bagian dari siapapun. Dan aku membantu Adipati Hanggareksa karena memang perbuatan yang hendak kalian lakukan itu sudah keluar dari jalur kebenaran!" balas Aji. 

Lodra memandang ratusan prajuritnya yang tergeletak tak bernyawa di beberapa tempat. "Kau harus menebus kesalahanmu karena telah membantai prajuritku!"

Aji memandang Lodra dengan senyuman sinis tersungging di bibirnya. "Kalau kau ingin bernasib sama seperti mereka, majulah! Aku pastikan nyawamu akan menyusul para prajuritmu ke neraka!"

"kau begitu yakin dengan kemampuanmu, Kunyuk! Tapi sebelum menghadapiku, hadapi mereka terlebih dahulu!" Lodra menunjuk beberapa sosok berwajah pucat yang berdiri di sekitar gubuk kecil. 

Pandangan A

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Mustika Naga Bumi   Sifat Asli Pedang Kegelapan

    Secara perlahan, aura merah yang keluar dari bilah pedang Kegelapan membuat suhu udara di dalam hutan itu meningkat pesat dan memanas. Pohon-pohon mulai meranggas dan menggugurkan daunnya untuk mengurangi penguapan akibat hawa panas yang menerpa. "Pertahankan formasi dan gunakan kelembapan hutan ini untuk menekan panasnya! jangan takut dengan hawa panas yang dikeluarkan pedangnya!" teriak lelaki bermata satu. Mereka kemudian menggerakkan tangannya dan menarik unsur alam di hutan yang mengandung kelembapan tinggi. Setelah itu mereka mencabut senjatanya masing dan kembali melakukan serangan. "Kalian terlalu percaya diri dengan formasi yamg kalian pakai!' teriak Aji. Pertarungan sengit kembali terjadi. Mereka kemudian melakukan serangan dengan gencar ke arah Aji. Unsur kelembapan hutan yang yang mereka gunakan membuat mereka begitu percaya diri menekan lawannya. Silih berganti serangan yang mereka lakukan membuat Aji bergerak mundur. Kecepatan me

  • Mustika Naga Bumi   Keistimewaan Pedang Kegelapan

    Mendengar teriakan Lodra, Aji tiba-tiba menghentikan lesatan tubuhnya."Serang dia atau kalian yang akan aku bunuh!" Kembali Lodra berteriak keras dari jauh.Aji menoleh kepada Lodra. "Tunggu setelah giliranmu tiba!"Bentakan Lodra membuat 12 orang itu sepakat untuk kembali menyerang Aji. Bagi mereka, dibunuh Aji atau Lodra sama saja artinya. Mereka akan sama-sama mati juga."Bentuk formasi!" teriak Mata satu.Kembali 12 orang pengawal Pangeran Dananjaya itu berlompatan membentuk formasi untuk menyerang Aji. Meskipun ada rasa takut mengganjal di hati, tapi mereka tetap nekat untuk melakukan serangan.Aji tersenyum tipis menyambut serangan lawan. Pedang Kegelapan yang terus mengeluarkan kobaran api hebat, membuat serangan 12 orang pengawal itu menjadi tidak maksimal.Bukan hanya itu, mereka juga dibuat bingung dengan melelehnya senjata mereka setelah berbenturan dengan pedang lawan. Aji memanfaatkan kesempatan i

  • Mustika Naga Bumi   Pusaran Iblis Kematian

    Sebuah benturan berkekuatan cukup besar terjadi di antara mereka berdua. Aji terdorong mundur sekitar 7 langkah. Sedangkan Lodra juga terdorong mundur 2 langkah lebih pendek. Senyum lelaki tua itu mengembang lebar, setelah merasa kekuatan tenaga dalamnya ada di atas Aji. Dia menilainya dari benturan yang baru saja terjadi. "Bersiaplah menyusul arwah pasukanku, bangsat!" teriak Lodra, Dia lalu menggunakan kecepatannya untuk menyerang Aji yang sudah bersiap menyambut serangannya. Pertarungan tangan kosong kembali terjadi begitu cepat. Aji bisa menilai kalau kekuatan lelaki tua yang sekarang menjadi lawannya, masih di atas 12 orang pengawal Pangeran Dananjaya yang sudah dibunuhnya. Aji terlihat terkejut dengan kecepatan Lodra di awal serangan. Dia berusaha menghindar dengan gerakan yang tidak kalah cepat, tapi sebuah serangan lainnya muncul dari sisi lainnya bersamaan dengan aura besar yang menekan tubuhnya. "Cepat sekali gerakannya!" Aji t

  • Mustika Naga Bumi   Misi Bunuh Diri

    Aji melihat dari pusaran yang dilakukan Lodra, keluar sebuah serangan energi yang berbentuk seperti makhluk besar berwarna kehijauan mengarah kepadanya. Dengan refleks ceoat, dia mengalirkan energi tenaga dalamnya ke bilah pedang Kegelapan. Seketika api berkobar dengan hebat dan dia pun melesat menyongsong serangan lawan. Benturan dua energi besar tak terelakkan dan menimbulkan ledakan dahsyat berulangkali. Blaaaar! Blaaar! Keduanya terpental jauh ke belakang dan menghantam pepohonan. Lodra memuntahkan darah segar dari mulutnya. Begitu juga dengan Aji yang juga mengalami hal sama. Tanpa disadari Aji, Pedang kegelapan bereaksi cepat dengan memberikan energinya ke dalam tubuh Aji, hingga membuat lelaki tampan itu bisa sedikit pulih. Berbeda dengan Lodra yang masih tergeletak, meskipun tidak sampai menimbulkan kematian buat dirinya, akan tetapi dia merasakan tubuhnya merasakan panas yang luar biasa. "Pemuda itu tenaga dalamnya begitu tinggi

  • Mustika Naga Bumi   Sosok yang Diselimuti Aura Merah

    Setelah tidak lagi terdengar tanda-tanda pertarungan masih berlangsung, Yoga dan Ratih keluar dari tempat persembunyian mereka. Perasaan cemas seketika melanda pikiran gadis cantik putri Ki Mangkubumi tersebut. Dia berlari sekuat tenaga dan memasang matanya setajam mungkin untuk mencari keberadaan sosok lelaki tampan yang baru beberapa hari menjadi kekasihnya.Sejauh mata memandang, tidak terlihat tubuh Aji berada di tempat itu. Bulir air mata mulai menetes membasahi pipi putih nan mulus gadis cantik yang berdiri berpengangan pada sebuah tonggak kayu. Dia tidak bisa menahan lagi rasa sedih yang sedari tadi ditahannya."Sebaiknya kita berpencar agar pencarian bisa lebih efektif," kata Yoga yang disambut anggukan kepala Ratih.Mereka berdua bergerak berpencar. Ratih mencari di dekat tenda-tenda yang hanya tinggal satu dua yang masih berdiri tegak. Sedang Yoga mencari di tempat yang agak jauh.Ratih meraih sebuah obor di dekat sebuah tenda

  • Mustika Naga Bumi   Penyembuhan Aneh

    Ratih seperti terpaku dalam kebekuan ketika sosok itu tersenyum kepadanya. Dia tidak mampu walau sekedar untuk mengedipkan mata. Deru napas keluar masuk yang halus melintasi tenggorokannya pun seakan terhenti. Hanya pikirannya saja yang mampu bekerja saat itu, pikiran yang dipenuhi ribuan pertanyaan.Sosok berselimut aura merah itu kembali memandang wajah Aji, sebelum menghilang dan kembali masuk ke dalam bilah pedang kegelapan.Selepas menghilangnya sosok tersebut, gadis cantik itu menghembuskan napasnya yang tersumbat dengan kasar. Bukan hanya sekali, tapi berkali-kali. Dia seolah ingin melepaskan beban yang menghimpit dadanya.Perlahan dia mendekati tubuh Aji yang masih terbaring di atas tikar pandan. Wajah tampan yang tadinya begitu pucat, kini telah kembali segar seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Luka bekas sayatan pedang yang mengukir tubuhnya pun lenyap tak berbekas.Ratih mengernyitkan dahinya tak percaya. Bayangannya se

  • Mustika Naga Bumi   Kemunculan Nenek Moyang?

    "Apa dia tidak sempat berbicara denganmu tadi?" tanya Aji."Jangankan bicara, dia tersenyum saja aku sudah sangat ketakutan, setengah mati," jawab Ratih."Bagaimana ciri-cirinya?""Seluruh tubuhnya di selimuti aura kemerahan. Aku tadi hanya sekilas melihat wajahnya, dan anehnya dia memiliki wajah yang mirip denganmu!" jawab Ratih.Aji kembali mengernyit heran. Dia kemudian teringat dengan ucapan Prayoga tentang pemilik pertama pedang Kegelapan yang juga adalah nenek moyangnya. "Apa mungkin sukmanya bersemayam di dalam pedang ini?""Kau kenapa?" tanya Ratih mengagetkan Aji."Tidak apa-apa. Sebaiknya kita kembali ke istana saja sekarang!" ajak Aji. Dia memakai bajunya kembali sebelum bangkit berdiri. Setelah itu Pedang Kegelapan diikatnya ke punggungnya.Sekeluarnya dari gubuk kecil itu, Aji mengambil sebuah obor dan kemudian membakar gubuk kecil tersebut agar tidak lagi disalah gunakan oleh pasukan Pangeran Dananjaya.

  • Mustika Naga Bumi   Dugaan Aji

    Kenapa kau malah tersenyum seperti itu?" tanya Ratih heran."Apa kau tidak ingat dengan sosok yang bertarung denganku malam tadi?" Aji bertanya balik. Senyum khasnya tercetak indah di bibirnya."Iya, aku masih ingat. Memangnya kenapa? Apakah itu berarti ...?""Berarti yang bertarung denganku tadi malam kemungkinan besar adalah Lodra!" sela Aji cepat. Dia kemudian beralih pandangan kepada Yoga. "Coba kau cari tahu apakah dia ada di gudang atau tidak? Kalau tidak ada, berarti sudah dipastikan sosok semalam adalah Lodra."Yoga menggaruk kepalanya pelan. Dia masih ragu jika lawan Aji semalam adalah Lodra. Sebab dia tahu jika kemampuan Lodra sangat tinggi, menurutnya. Dan kalaupun benar yang dikalahkan Aji semalam adalah Lodra, berarti sosok tampan di depannya itu memiliki kemampuan yang luar biasa."Baiklah. Kita tunggu sampai Tuan Adipati bangun dari tidurnya, baru aku memastikannya ke sana. Aku punya rencana untuk menyerang mereka terlebih dahulu jik

Latest chapter

  • Mustika Naga Bumi   Kematian Raja Wanajaya

    Tak ingin membuang kesempatan bagus untuk membunuh lawan, Raja Wanajaya pun melanjutkan serangannya. "Pedang Penghancur Jagat!" teriak Raja Wanajaya, sembari melompat dan mengayunkan pedang Sabdo Bumi ke arah kepala Aji. Sigap Aji mengangkat pedang Naga Bumi ke atas kepalanya untuk menahan serangan yang sudah mengincar bagian tervitalnya.Kembali benturan dua pusaka itu menghasilkan dentuman dahsyat hingga membuat titik pertarungan bergetar hebat. Tidak sedikit pepohonan dan bangunan yang rubuh, tak mampu menahan getaran kuat yang terjadi beberapa detik lamanya.Raja Wanajaya terpental balik ke belakang, sedangkan kaki Aji terpendam sampai sebatas lutut. Namun, bisa terlihat jika kekuatan pusaka Aji lebih unggul dibanding pusaka Raja Wanajaya.Aji yang ingin mengakhiri pertarungan itu dengan cepat, langsung melompat tinggi sebelum kemudian melesat tajam dengan ujung pedang Naga Bumi berada di depan.Raja Wanajaya melompat mundur menjauh. Dia kini sudah menyadari bahwa kekuatan lawan

  • Mustika Naga Bumi   Reaksi Pedang Naga Bumi

    Melihat putri satu-satunya berusaha menjadi martir bagi orang yang ingin membunuhnya, Raja Wanajaya pun murka. Raut wajahnya menegang, namun dia masih berusaha menahannya. Bagaimanapun juga, Putri Larasati adalah anak kandungnya. Tidak mungkin juga dia tega untuk menghabisi darah dagingnya sendiri yang selama ini ia jaga. “Minggir, Putriku, menjauh dari manusia biadab itu. Jangan sampai kau membuat ayah gelap mata dan membunuhmu juga!” tegasnya. “Tidak Ayah! Aku tidak akan bergeser sedikitpun. Jika Ayah ingin membunuh Aji, maka langkahi dulu mayat anakmu ini!” bantah Putri Larasati. Matanya terlihat sembab oleh air mata yang tak henti mengalir. Pada dasarnya dia sudah muak melihat kelakuan ayahnya selama ini. Bahkan ibunya meninggal pun karena tidak kuat menahan derita berkepanjangan yang diakibatkan tingkah laku ayahnya. “Ayah peringatkan untukmu yang terakhir kali Larasati! Pergi dari situ atau ayah akan tega mencabut nyawamu!” Raja Wanajaya berteriak saking kesalnya.“Bunuh saj

  • Mustika Naga Bumi   Kenekatan Putri Larasati

    Namun kecemasan Aji tersebut segera menghilang ketika melihat kemunculan Jaya di dekat putri Larasati. Entah Jaya baru dari mana, tapi kedatangan lelaki tersebut bisa membuatnya fokus untuk menghadapi Raja Wanajaya. Tanpa disadari Aji, pertarungan mereka yang semula digiringnya menjauh dari kotaraja, ternyata harus kembali berada di dekat Kotaraja. Runtuhnya bangunan dinding yang baru saja menimpanya seakan menyadarkannya, bahwa tempat pertarungannya melawan penguasa kerajaan Kalingga tersebut ternyata sudah bergeser cukup jauh dari titik awal pertarungan. Dan lapangan yang berada di luar Kotaraja tersebut merupakan tempat menyiapkan pasukan dalam skala besar jika terjadi perang dengan kerajaan lain. Selepas mengusapkan tangan untuk menyapu debu yang berada di wajahnya, Aji pun memasang kembali kuda-kudanya. Kali ini dia akan berupaya untuk mengajak Raja Wanajaya untuk kembali menjauhi Kotaraja. Mungkin Jaya masih bisa menyelamatkan nyawa Putri Larasati jika ada serangan nyasar, tap

  • Mustika Naga Bumi   Jurus Pedang Penghancur Jagat

    Meski terkejut dengan mampu ditahannya aura pembunuh miliknya, Raja Wanajaya tetap memiliki kepercayaan diri tinggi bahwa lawannya itu bukan tandingannya dan dia sangat yakin akan bisa memenangkan pertarungan. "Ayo kita lanjutkan pertarungan yang tertunda!" ucapnya dengan nada meremehkan. Sang Raja yang memiliki ilmu kanuragan tinggi itupun kembali memasang kuda-kudanya, begitu pula dengan Aji yang sedari tadi sudah siap untuk melanjutkan pertarungan.Dalam satu tarikan napas, pertarungan pun kembali berlanjut setelah keduanya melesat maju dengan kecepatan tinggi."Pedang Penghancur Jagat!" teriak Raja Wanajaya dengan keras sambil menebaskan pedang Serat Alam ke arah leher Aji.Energi yang begitu besar bisa Aji rasakan dari jurus yang dikeluarkan oleh Raja Wanajaya. Sang pendekar berparas tampan itupun kemudian menarik Pedang Naga Bumi keluar dari wadahnya untuk memberikan tangkisan, dan sekaligus juga mengeluarkan perisai api untuk menahan serangan berenergi besar yang sudah menginc

  • Mustika Naga Bumi   Keluarnya Pedang Serat Alam

    Aji sedikit dibuat kerepotan meski pada akhirnya sudah bisa membaca serangan ayah dari Putri Larasati tersebut.Raja Wanajaya semakin beringas melakukan serangan. Dia mencabut pedang Serat Alam untuk segera memungkasi pertarungan. Aji sedikit terkesima dengan keluarnya pedang pusaka yang separuh kitab jurus ya kini ada padanya. Energi yang dikeluarkan pedang pusaka tersebut sangat halus, tapi begitu menekan.Suami Ratih itu lalu mencabut pedang Naga Bumi untuk melawan senjata pusaka lawan. Energi yang dikeluarkan pedang miliknya memberi tekanan balik hingga membuat Raja Wanajaya Murka. "Mati kau, Penghianat!" teriak Raja Wanajaya. Dia melompat maju sembari menebaskan pedangnya dengan. Kekuatan yang tidak sedikit. Kecepatan serangannya pun semakin meningkat dan bervariasi.Pedang Naga Bumi meliuk dengan cepat memberi tangkisan demi tangkisan yang membuat tangan lawannya gemetar setiap kali pedang mereka berdua berbenturan."Aku terlalu meremehkan kemampuannya!" Raja Wanajaya mendengu

  • Mustika Naga Bumi   Melawan Raja Wanajaya

    Raja Wanajaya menatap geram lelaki tampan di depannya. Jari telunjuknya menunjuk Aji, gigi-giginya saling menggigit menahan emosinya yang memuncak. "Kau telah mempengaruhi putriku sehingga dia berani melawanku!"Aji tersenyum kecil menanggapinya. "Kalau Paduka mengira aku telah mempengaruhi Gusti Putri, maka Paduka sudah salah besar. Gusti Putri bisa berpikir untuk menentukan apa yang salah dan benar, dan apa yang sudah paduka lakukan selama ini adalah kesalahan yang teramat besar dan tidak terampuni.""Jangan mengguruiku tentang kebenaran, Bangsat! Aku hidup jauh lebih lama dari pada kau, dan kebenaran buatku adalah kekuasaan!"Aji memandang Putri Larasati yang sudah bercucuran air mata, "Tampaknya sulit menyadarkan paduka dengan kata-kata, Gusti Putri. Jadi jalan kekerasan harus hamba ambil."Putri Larasati mengangguk meski itu berat buatnya. Tapi dia sudah siap jika memang ayahnya harus mati di tangan Aji. "Lakukan apa yang harus kau

  • Mustika Naga Bumi   Ketegaran Hati Putri Larasati

    Tak butuh waktu lama bagi mereka berdua untuk menemukan kamar yang digunakan Raja Wanajaya untuk melakukan ritual.Tapi langkah mereka terhenti setelah terlihat empat orang prajurit yang berjaga di depan pintu kamar tersebut. Mereka berempat begitu ketat menjaga kamar itu seolah angin pun akan mereka halau jika hendak masuk melalui celah di bawah pintu.Beruntung malam itu bulan tidak bersinar begitu terang hingga keduanya tidak terlihat oleh para prajurit. Berbicara meski pelan jelas akan terdengar oleh keempat prajurit itu saking heningnya suasana. Hanya kode yang bisa mereka lakukan untuk merencanakan langkah selanjutnya yang harus mereka lakukan.Setelah memantapkan diri, Aji dan jaya bergerak secepat mungkin melumpuhkan keempat prajurit itu. Serangan cepat mengarah titik vital membuat keempat prajurit itu bergelatakan di tanah. Entah pingsan atau mati, keduanya tidak peduli tentang itu.Dalam satu tarikan napas, Jaya menendang

  • Mustika Naga Bumi   Membebaskan Korban

    Kedua pendekar itu pergi keluar dari kamar setelah berembuk untuk beberapa saat. Mereka saat ini harus mencari di mana biasanya Raja Wanajaya melampiaskan nafsu bejatnya. Sebab tidak mungkin kamar pribadinya akan digunakan untuk hal seperti itu.Cukup lama mereka berkeliling di dalam istana, hingga pada satu titik mereka melihat belasan orang prajurit tampak berjaga di sebuah ruangan."Apa mungkin di situ?" bisik Aji pelan.Jaya memandang para prajurit yang berjarak sekitar 25 meter dari tempat mereka berdua berdiri. Suasana di dalam istana yang tidak terlalu terang sedikit banyak membantu mereka agar tidak terlihat oleh para prajurit. "Jika ruangan itu sampai dijaga begitu banyak prajurit, maka besar kemungkinan di dalam ruangan itu ada sesuatu yang penting. Atau bisa jadi Raja Wanajaya yang ada di dalamnya," balas Jaya menduga-duga. "Kita lumpuhkan para prajurit itu dulu, baru kita tahu apa yang ada

  • Mustika Naga Bumi   Restu Putri Larasati

    Ekspresi rasa terkejut Aji sempat tertangkap pandangan mata Putri Larasati. Putri cantik itu menundukkan wajahnya, dia malu atas kelakuan ayahnya."Sebenarnya Gusti Putri bermimpi tentang apa?" tanya Aji penasaran.Putri Larasati memejamkan matanya. Hembusan napasnya begitu berat terdengar keluar dari bibirnya yang ranum.Dia merasa sangat sulit buatnya untuk menjawab pertanyaan Aji. Bagaimanapun juga, dia takut jika Aji adalah sosok yang ditakdirkan untuk membunuh ayahnya.Tapi, kelakuan bejat ayahnya harus ada yang menghentikan, meski ayahnya tadi berjanji jika ritual yang akan dilakukannya nanti adalah yang terakhir. Raja Wanajaya berjanji kepada Putri Larasati tidak akan menggauli gadis lagi untuk ke depannya."Aku kuatir jika kau yang ada dalam mimpiku," ucap Putri Larasati lirih.Aji semakin penasaran dengan mimpi yang dialami Putri Larasati, apalagi putri cantik itu juga menyebutnya.Sete

DMCA.com Protection Status