"Ternyata dugaanku tidak salah. Kau memang bagian dari Adipati Hanggareksa," ucap sosok berjubah yang ternyata adalah Lodra.
Aji sedikit terkejut. Dugaannya mengatakan jika sosok di depannya itu sering mengamatinya ketika di kotaraja.
"Aku bukan bagian dari siapapun. Dan aku membantu Adipati Hanggareksa karena memang perbuatan yang hendak kalian lakukan itu sudah keluar dari jalur kebenaran!" balas Aji.
Lodra memandang ratusan prajuritnya yang tergeletak tak bernyawa di beberapa tempat. "Kau harus menebus kesalahanmu karena telah membantai prajuritku!"
Aji memandang Lodra dengan senyuman sinis tersungging di bibirnya. "Kalau kau ingin bernasib sama seperti mereka, majulah! Aku pastikan nyawamu akan menyusul para prajuritmu ke neraka!"
"kau begitu yakin dengan kemampuanmu, Kunyuk! Tapi sebelum menghadapiku, hadapi mereka terlebih dahulu!" Lodra menunjuk beberapa sosok berwajah pucat yang berdiri di sekitar gubuk kecil.
Pandangan A
Secara perlahan, aura merah yang keluar dari bilah pedang Kegelapan membuat suhu udara di dalam hutan itu meningkat pesat dan memanas. Pohon-pohon mulai meranggas dan menggugurkan daunnya untuk mengurangi penguapan akibat hawa panas yang menerpa. "Pertahankan formasi dan gunakan kelembapan hutan ini untuk menekan panasnya! jangan takut dengan hawa panas yang dikeluarkan pedangnya!" teriak lelaki bermata satu. Mereka kemudian menggerakkan tangannya dan menarik unsur alam di hutan yang mengandung kelembapan tinggi. Setelah itu mereka mencabut senjatanya masing dan kembali melakukan serangan. "Kalian terlalu percaya diri dengan formasi yamg kalian pakai!' teriak Aji. Pertarungan sengit kembali terjadi. Mereka kemudian melakukan serangan dengan gencar ke arah Aji. Unsur kelembapan hutan yang yang mereka gunakan membuat mereka begitu percaya diri menekan lawannya. Silih berganti serangan yang mereka lakukan membuat Aji bergerak mundur. Kecepatan me
Mendengar teriakan Lodra, Aji tiba-tiba menghentikan lesatan tubuhnya."Serang dia atau kalian yang akan aku bunuh!" Kembali Lodra berteriak keras dari jauh.Aji menoleh kepada Lodra. "Tunggu setelah giliranmu tiba!"Bentakan Lodra membuat 12 orang itu sepakat untuk kembali menyerang Aji. Bagi mereka, dibunuh Aji atau Lodra sama saja artinya. Mereka akan sama-sama mati juga."Bentuk formasi!" teriak Mata satu.Kembali 12 orang pengawal Pangeran Dananjaya itu berlompatan membentuk formasi untuk menyerang Aji. Meskipun ada rasa takut mengganjal di hati, tapi mereka tetap nekat untuk melakukan serangan.Aji tersenyum tipis menyambut serangan lawan. Pedang Kegelapan yang terus mengeluarkan kobaran api hebat, membuat serangan 12 orang pengawal itu menjadi tidak maksimal.Bukan hanya itu, mereka juga dibuat bingung dengan melelehnya senjata mereka setelah berbenturan dengan pedang lawan. Aji memanfaatkan kesempatan i
Sebuah benturan berkekuatan cukup besar terjadi di antara mereka berdua. Aji terdorong mundur sekitar 7 langkah. Sedangkan Lodra juga terdorong mundur 2 langkah lebih pendek. Senyum lelaki tua itu mengembang lebar, setelah merasa kekuatan tenaga dalamnya ada di atas Aji. Dia menilainya dari benturan yang baru saja terjadi. "Bersiaplah menyusul arwah pasukanku, bangsat!" teriak Lodra, Dia lalu menggunakan kecepatannya untuk menyerang Aji yang sudah bersiap menyambut serangannya. Pertarungan tangan kosong kembali terjadi begitu cepat. Aji bisa menilai kalau kekuatan lelaki tua yang sekarang menjadi lawannya, masih di atas 12 orang pengawal Pangeran Dananjaya yang sudah dibunuhnya. Aji terlihat terkejut dengan kecepatan Lodra di awal serangan. Dia berusaha menghindar dengan gerakan yang tidak kalah cepat, tapi sebuah serangan lainnya muncul dari sisi lainnya bersamaan dengan aura besar yang menekan tubuhnya. "Cepat sekali gerakannya!" Aji t
Aji melihat dari pusaran yang dilakukan Lodra, keluar sebuah serangan energi yang berbentuk seperti makhluk besar berwarna kehijauan mengarah kepadanya. Dengan refleks ceoat, dia mengalirkan energi tenaga dalamnya ke bilah pedang Kegelapan. Seketika api berkobar dengan hebat dan dia pun melesat menyongsong serangan lawan. Benturan dua energi besar tak terelakkan dan menimbulkan ledakan dahsyat berulangkali. Blaaaar! Blaaar! Keduanya terpental jauh ke belakang dan menghantam pepohonan. Lodra memuntahkan darah segar dari mulutnya. Begitu juga dengan Aji yang juga mengalami hal sama. Tanpa disadari Aji, Pedang kegelapan bereaksi cepat dengan memberikan energinya ke dalam tubuh Aji, hingga membuat lelaki tampan itu bisa sedikit pulih. Berbeda dengan Lodra yang masih tergeletak, meskipun tidak sampai menimbulkan kematian buat dirinya, akan tetapi dia merasakan tubuhnya merasakan panas yang luar biasa. "Pemuda itu tenaga dalamnya begitu tinggi
Setelah tidak lagi terdengar tanda-tanda pertarungan masih berlangsung, Yoga dan Ratih keluar dari tempat persembunyian mereka. Perasaan cemas seketika melanda pikiran gadis cantik putri Ki Mangkubumi tersebut. Dia berlari sekuat tenaga dan memasang matanya setajam mungkin untuk mencari keberadaan sosok lelaki tampan yang baru beberapa hari menjadi kekasihnya.Sejauh mata memandang, tidak terlihat tubuh Aji berada di tempat itu. Bulir air mata mulai menetes membasahi pipi putih nan mulus gadis cantik yang berdiri berpengangan pada sebuah tonggak kayu. Dia tidak bisa menahan lagi rasa sedih yang sedari tadi ditahannya."Sebaiknya kita berpencar agar pencarian bisa lebih efektif," kata Yoga yang disambut anggukan kepala Ratih.Mereka berdua bergerak berpencar. Ratih mencari di dekat tenda-tenda yang hanya tinggal satu dua yang masih berdiri tegak. Sedang Yoga mencari di tempat yang agak jauh.Ratih meraih sebuah obor di dekat sebuah tenda
Ratih seperti terpaku dalam kebekuan ketika sosok itu tersenyum kepadanya. Dia tidak mampu walau sekedar untuk mengedipkan mata. Deru napas keluar masuk yang halus melintasi tenggorokannya pun seakan terhenti. Hanya pikirannya saja yang mampu bekerja saat itu, pikiran yang dipenuhi ribuan pertanyaan.Sosok berselimut aura merah itu kembali memandang wajah Aji, sebelum menghilang dan kembali masuk ke dalam bilah pedang kegelapan.Selepas menghilangnya sosok tersebut, gadis cantik itu menghembuskan napasnya yang tersumbat dengan kasar. Bukan hanya sekali, tapi berkali-kali. Dia seolah ingin melepaskan beban yang menghimpit dadanya.Perlahan dia mendekati tubuh Aji yang masih terbaring di atas tikar pandan. Wajah tampan yang tadinya begitu pucat, kini telah kembali segar seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Luka bekas sayatan pedang yang mengukir tubuhnya pun lenyap tak berbekas.Ratih mengernyitkan dahinya tak percaya. Bayangannya se
"Apa dia tidak sempat berbicara denganmu tadi?" tanya Aji."Jangankan bicara, dia tersenyum saja aku sudah sangat ketakutan, setengah mati," jawab Ratih."Bagaimana ciri-cirinya?""Seluruh tubuhnya di selimuti aura kemerahan. Aku tadi hanya sekilas melihat wajahnya, dan anehnya dia memiliki wajah yang mirip denganmu!" jawab Ratih.Aji kembali mengernyit heran. Dia kemudian teringat dengan ucapan Prayoga tentang pemilik pertama pedang Kegelapan yang juga adalah nenek moyangnya. "Apa mungkin sukmanya bersemayam di dalam pedang ini?""Kau kenapa?" tanya Ratih mengagetkan Aji."Tidak apa-apa. Sebaiknya kita kembali ke istana saja sekarang!" ajak Aji. Dia memakai bajunya kembali sebelum bangkit berdiri. Setelah itu Pedang Kegelapan diikatnya ke punggungnya.Sekeluarnya dari gubuk kecil itu, Aji mengambil sebuah obor dan kemudian membakar gubuk kecil tersebut agar tidak lagi disalah gunakan oleh pasukan Pangeran Dananjaya.
Kenapa kau malah tersenyum seperti itu?" tanya Ratih heran."Apa kau tidak ingat dengan sosok yang bertarung denganku malam tadi?" Aji bertanya balik. Senyum khasnya tercetak indah di bibirnya."Iya, aku masih ingat. Memangnya kenapa? Apakah itu berarti ...?""Berarti yang bertarung denganku tadi malam kemungkinan besar adalah Lodra!" sela Aji cepat. Dia kemudian beralih pandangan kepada Yoga. "Coba kau cari tahu apakah dia ada di gudang atau tidak? Kalau tidak ada, berarti sudah dipastikan sosok semalam adalah Lodra."Yoga menggaruk kepalanya pelan. Dia masih ragu jika lawan Aji semalam adalah Lodra. Sebab dia tahu jika kemampuan Lodra sangat tinggi, menurutnya. Dan kalaupun benar yang dikalahkan Aji semalam adalah Lodra, berarti sosok tampan di depannya itu memiliki kemampuan yang luar biasa."Baiklah. Kita tunggu sampai Tuan Adipati bangun dari tidurnya, baru aku memastikannya ke sana. Aku punya rencana untuk menyerang mereka terlebih dahulu jik