Beranda / Pendekar / Mustika Naga Bumi / Penyembuhan Aneh

Share

Penyembuhan Aneh

Penulis: AL
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Ratih seperti terpaku dalam kebekuan ketika sosok itu tersenyum kepadanya. Dia tidak mampu walau sekedar untuk mengedipkan mata. Deru napas keluar masuk yang halus melintasi tenggorokannya pun seakan terhenti. Hanya pikirannya saja yang mampu bekerja saat itu, pikiran yang dipenuhi ribuan pertanyaan. 

Sosok berselimut aura merah itu kembali memandang wajah Aji, sebelum menghilang dan kembali masuk ke dalam bilah pedang kegelapan. 

Selepas menghilangnya sosok tersebut, gadis cantik itu menghembuskan napasnya yang tersumbat dengan kasar. Bukan hanya sekali, tapi berkali-kali. Dia seolah ingin melepaskan beban yang menghimpit dadanya. 

Perlahan dia mendekati tubuh Aji yang masih terbaring di atas tikar pandan. Wajah tampan yang tadinya begitu pucat, kini telah kembali segar seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Luka bekas sayatan pedang yang mengukir tubuhnya pun lenyap tak berbekas. 

Ratih mengernyitkan dahinya tak percaya. Bayangannya se

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mustika Naga Bumi   Kemunculan Nenek Moyang?

    "Apa dia tidak sempat berbicara denganmu tadi?" tanya Aji."Jangankan bicara, dia tersenyum saja aku sudah sangat ketakutan, setengah mati," jawab Ratih."Bagaimana ciri-cirinya?""Seluruh tubuhnya di selimuti aura kemerahan. Aku tadi hanya sekilas melihat wajahnya, dan anehnya dia memiliki wajah yang mirip denganmu!" jawab Ratih.Aji kembali mengernyit heran. Dia kemudian teringat dengan ucapan Prayoga tentang pemilik pertama pedang Kegelapan yang juga adalah nenek moyangnya. "Apa mungkin sukmanya bersemayam di dalam pedang ini?""Kau kenapa?" tanya Ratih mengagetkan Aji."Tidak apa-apa. Sebaiknya kita kembali ke istana saja sekarang!" ajak Aji. Dia memakai bajunya kembali sebelum bangkit berdiri. Setelah itu Pedang Kegelapan diikatnya ke punggungnya.Sekeluarnya dari gubuk kecil itu, Aji mengambil sebuah obor dan kemudian membakar gubuk kecil tersebut agar tidak lagi disalah gunakan oleh pasukan Pangeran Dananjaya.

  • Mustika Naga Bumi   Dugaan Aji

    Kenapa kau malah tersenyum seperti itu?" tanya Ratih heran."Apa kau tidak ingat dengan sosok yang bertarung denganku malam tadi?" Aji bertanya balik. Senyum khasnya tercetak indah di bibirnya."Iya, aku masih ingat. Memangnya kenapa? Apakah itu berarti ...?""Berarti yang bertarung denganku tadi malam kemungkinan besar adalah Lodra!" sela Aji cepat. Dia kemudian beralih pandangan kepada Yoga. "Coba kau cari tahu apakah dia ada di gudang atau tidak? Kalau tidak ada, berarti sudah dipastikan sosok semalam adalah Lodra."Yoga menggaruk kepalanya pelan. Dia masih ragu jika lawan Aji semalam adalah Lodra. Sebab dia tahu jika kemampuan Lodra sangat tinggi, menurutnya. Dan kalaupun benar yang dikalahkan Aji semalam adalah Lodra, berarti sosok tampan di depannya itu memiliki kemampuan yang luar biasa."Baiklah. Kita tunggu sampai Tuan Adipati bangun dari tidurnya, baru aku memastikannya ke sana. Aku punya rencana untuk menyerang mereka terlebih dahulu jik

  • Mustika Naga Bumi   Kemarahan Pangeran Dananjaya

    "Aku pernah mendengar tentang 12 pengawal Pangeran Dananjaya dari Lodra, Tuan." Kedua bola mata Yoga terpejam untuk sesaat."Tapi aku tidak pernah bertemu mereka secara langsung. Dan kata Lodra, dia sendiri yang melatih 12 pengawal itu selama beberapa tahun terakhir," tambahnya.Dahi Aji berkerut tebal. "Berarti benar jika lelaki tua yang semalam aku lawan itu adalah Lodra. Sebab 12 pengawal itu begitu takut kepadanya.""Semoga saja seperti itu, Tuan. Jadi kita bisa menumpas gerakan mereka sesegera mungkin," balas Yoga."Sebentar ...! Kau bilang tadi jika Lodra sudah melatih mereka selama beberapa tahun terakhir, sedang Tuan Adipati pernah bilang jika Lodra mengundurkan diri dari jabatan Patih sekitar 8 bulan yang lalu. Itu berarti Lodra sudah menjalin hubungan dengan Pangeran Dananjaya bahkan ketika dia masih menjadi Patih, dan rencana menggulingkan kekuasaan Raja Wanajaya juga sudah direncanakan sejak lama," tutur Aji menjelaskan. 

  • Mustika Naga Bumi   Pertanyaan Untuk Yoga

    "Hamba tidak tahu kejadiannya bagaimana, Pangeran. Ketika tiba di sana, kami menemukan markas kecil sudah hancur dan jasad para prajurit bergeletakan dimana-mana.""Siapa yang sudah melakukannya?" gumam Pangeran Dananjaya bertanya-tanya. Helaan napasnya begitu kuat terdengar."Kalaupun ada sosok kuat dibalik Hanggareksa, tapi markas kecil bukanlah tempat yang gampang ditemukan. Kecuali ada seorang penghianat di tubuh kita," ucap lelaki tua yang juga guru Pangeran Dananjaya. Lirikan kecil matanya tertuju kepada Yoga yang langsung menundukkan kepalanya."Apa mungkin Lodra yang telah menghianati kita, Guru?" tanya Pangeran Dananjaya. Jari tangannya mengurut pelan keningnya, karena rasa pusing tiba-tiba menyerang kepalanya.."Menurutmu bagaimana?" lelaki tua itu bertanya balik. Senyumannya menimbulkan misteri bagi yang melihatnya.Pangeran Dananjaya menggelengkan kepalanya. "Tidak mungkin Lodra sampai menghianatiku, Guru. Aku tah

  • Mustika Naga Bumi   Mencari Informasi

    Yoga benar-benar merasa terjebak oleh permainan kata-kata yang dibuatnya. Kini dia sadar jika Pangeran Dananjaya tidak sebodoh yang dia kira. Adik tiri Raja Wanajaya itu kini telah membuatnya tersudut dengan sebuah pertanyaan yang menjebak. Sebisa mungkin dia harus memberikan jawaban yang tepat agar terhindar dari kecurigaan mereka berdua."Saat ini ini jumlah pasukan kita masih di bawah mereka, Pangeran. Jika memang yang telah menghancurkan markas kecil itu adalah bagian dari Adipati Hanggareksa, maka kita harus menunggu datangnya pasukan yang lain. Jangan sampai kita gegabah menyerang tanpa perencanaan yang matang."Pangeran Dananjaya tertegun. Alih-alih ingin menjebak Yoga, nyatanya dia sendiri yang harus menerima sindiran halus tentang kesembronoannya yang ingin segera menyerang dan menguasai Kadipaten Tanjung Rejo."Jadi menurutmu bagaimana?""Kita tunggu gelombang pasukan berikutnya datang, Pangeran. Jika pasukan yang berada di markas kecil ti

  • Mustika Naga Bumi   Penampilan Baru Bargowo

    Wanita pemilik tempat makan itu mengangkat wajahnya dan sedikit terhenyak melihat sosok bertubuh tinggi besar sudah berdiri di depannya. Ada rasa takut melihat cambang yang lebat dan golok besar yang menambah kesan sangar Bargowo. "Iya, Kisanak. Apa yang bisa aku bantu?" tanya wanita itu takut-takut. Pandangan matanya berlarian, takut menatap mata Bargowo. "Aku baru saja datang bersama temanku di sana. Dan ada yang ingin aku tanyakan mengenai paduka raja, sebelum aku menemui beliau, Nisanak." Dahi wanita itu mengernyit tebal keheranan. Dengan sosok sangar seperti itu, bagaimana bisa menemui Raja Wanajaya yang pastinya dijaga ketat para prajurit. Para penjaga pasti punya pikiran buruk kepada sosok sangar di depannya itu. "Ada apa, Nisanak? Apa ada yang salah denganku?" Bargowo menggaruk kepalanya. Jari-jari tangannya yang sebesar buah pisang semakin menambah kesan sangarnya. "Tidak apa-apa, Kisanak. Cuma aku ragu kau bisa menemui beliau,"

  • Mustika Naga Bumi   Kepedihan Bargowo

    Wanita itu menggeleng pelan, " Bukan aneh, tapi kau terlihat tampan tanpa cambang." Pemilik tempat makan itu sampai menutup wajahnya dengan telapak tangan karena sudah jujur dengan apa yang dilihatnya.Bargowo mengernyitkan dahinya. Dia merasa pujian yang diberikan wanita itu kepadanya terlalu berlebihan. "Baru kau yang mengatakan aku tampan selama ini. Apa kau tidak lagi sakit mata?"Wanita itu tertawa keras sampai mengundang perhatian pengunjung tempat makan untuk melihatnya. "Mataku sehat-sehat saja, Kisanak. Oh, Iya ... Kenalkan, namaku Siswati." ucapnya mengenalkan diri sambil menjulurkan tangannya.Bargowo mengernyit heran. Berikutnya dia manyambut ukuran tangan wanita itu, "Namaku Bargowo.""Wah, namamu sangat sesuai dengan fisikmu tinggi besar," puji Siswati."Kau terlalu berlebihan." Bargowo menggeleng pelan. Dia tidak sadar jika Siswati sudah tertarik dengannya."Terima kasih atas informasinya. Aku mau menem

  • Mustika Naga Bumi   Keributan di Pintu Gerbang Istana

    Rangga mengangguk dan kemudian melompat ke atas punggung kudanya. Bargowo buru-buru mengekor dan melompat juga ke atas punggung kuda. Beruntung kuda tersebut memiliki fisik yang kekar, jika tidak, pasti akan merasa keberatan mendapat beban sebesar BargowoSecara perlahan mereka memacu kudanya menyibak jalanan kotaraja yang sedikit berdebu. Pemandangan yang melegakan mata terpampang jelas dalam setiap tatapan arah pandang keduanya. Tata kota yang begitu rapi menandakan bahwa Raja Wanajaya begitu memperhatikan dan mengayomi rakyatnya. Tidak adanya gelandangan dan pengemis di sepanjang jalan juga semakin menambah kesan tersebut.Hari itu, situasi di Kotaraja kerajaan Cakrabuana begitu ramai. Begitu banyak penduduk yang lalu lalang dengan membawa gerobak maupun kereta kuda. Ada juga yang berjalan kaki menyibak kerumunan massa yang menyemut di depan para pedagang. Sungguh pemandangan yang sangat kontras dengan yang terjadi di kadipaten Tanjung Rejo.Tak b

Bab terbaru

  • Mustika Naga Bumi   Kematian Raja Wanajaya

    Tak ingin membuang kesempatan bagus untuk membunuh lawan, Raja Wanajaya pun melanjutkan serangannya. "Pedang Penghancur Jagat!" teriak Raja Wanajaya, sembari melompat dan mengayunkan pedang Sabdo Bumi ke arah kepala Aji. Sigap Aji mengangkat pedang Naga Bumi ke atas kepalanya untuk menahan serangan yang sudah mengincar bagian tervitalnya.Kembali benturan dua pusaka itu menghasilkan dentuman dahsyat hingga membuat titik pertarungan bergetar hebat. Tidak sedikit pepohonan dan bangunan yang rubuh, tak mampu menahan getaran kuat yang terjadi beberapa detik lamanya.Raja Wanajaya terpental balik ke belakang, sedangkan kaki Aji terpendam sampai sebatas lutut. Namun, bisa terlihat jika kekuatan pusaka Aji lebih unggul dibanding pusaka Raja Wanajaya.Aji yang ingin mengakhiri pertarungan itu dengan cepat, langsung melompat tinggi sebelum kemudian melesat tajam dengan ujung pedang Naga Bumi berada di depan.Raja Wanajaya melompat mundur menjauh. Dia kini sudah menyadari bahwa kekuatan lawan

  • Mustika Naga Bumi   Reaksi Pedang Naga Bumi

    Melihat putri satu-satunya berusaha menjadi martir bagi orang yang ingin membunuhnya, Raja Wanajaya pun murka. Raut wajahnya menegang, namun dia masih berusaha menahannya. Bagaimanapun juga, Putri Larasati adalah anak kandungnya. Tidak mungkin juga dia tega untuk menghabisi darah dagingnya sendiri yang selama ini ia jaga. “Minggir, Putriku, menjauh dari manusia biadab itu. Jangan sampai kau membuat ayah gelap mata dan membunuhmu juga!” tegasnya. “Tidak Ayah! Aku tidak akan bergeser sedikitpun. Jika Ayah ingin membunuh Aji, maka langkahi dulu mayat anakmu ini!” bantah Putri Larasati. Matanya terlihat sembab oleh air mata yang tak henti mengalir. Pada dasarnya dia sudah muak melihat kelakuan ayahnya selama ini. Bahkan ibunya meninggal pun karena tidak kuat menahan derita berkepanjangan yang diakibatkan tingkah laku ayahnya. “Ayah peringatkan untukmu yang terakhir kali Larasati! Pergi dari situ atau ayah akan tega mencabut nyawamu!” Raja Wanajaya berteriak saking kesalnya.“Bunuh saj

  • Mustika Naga Bumi   Kenekatan Putri Larasati

    Namun kecemasan Aji tersebut segera menghilang ketika melihat kemunculan Jaya di dekat putri Larasati. Entah Jaya baru dari mana, tapi kedatangan lelaki tersebut bisa membuatnya fokus untuk menghadapi Raja Wanajaya. Tanpa disadari Aji, pertarungan mereka yang semula digiringnya menjauh dari kotaraja, ternyata harus kembali berada di dekat Kotaraja. Runtuhnya bangunan dinding yang baru saja menimpanya seakan menyadarkannya, bahwa tempat pertarungannya melawan penguasa kerajaan Kalingga tersebut ternyata sudah bergeser cukup jauh dari titik awal pertarungan. Dan lapangan yang berada di luar Kotaraja tersebut merupakan tempat menyiapkan pasukan dalam skala besar jika terjadi perang dengan kerajaan lain. Selepas mengusapkan tangan untuk menyapu debu yang berada di wajahnya, Aji pun memasang kembali kuda-kudanya. Kali ini dia akan berupaya untuk mengajak Raja Wanajaya untuk kembali menjauhi Kotaraja. Mungkin Jaya masih bisa menyelamatkan nyawa Putri Larasati jika ada serangan nyasar, tap

  • Mustika Naga Bumi   Jurus Pedang Penghancur Jagat

    Meski terkejut dengan mampu ditahannya aura pembunuh miliknya, Raja Wanajaya tetap memiliki kepercayaan diri tinggi bahwa lawannya itu bukan tandingannya dan dia sangat yakin akan bisa memenangkan pertarungan. "Ayo kita lanjutkan pertarungan yang tertunda!" ucapnya dengan nada meremehkan. Sang Raja yang memiliki ilmu kanuragan tinggi itupun kembali memasang kuda-kudanya, begitu pula dengan Aji yang sedari tadi sudah siap untuk melanjutkan pertarungan.Dalam satu tarikan napas, pertarungan pun kembali berlanjut setelah keduanya melesat maju dengan kecepatan tinggi."Pedang Penghancur Jagat!" teriak Raja Wanajaya dengan keras sambil menebaskan pedang Serat Alam ke arah leher Aji.Energi yang begitu besar bisa Aji rasakan dari jurus yang dikeluarkan oleh Raja Wanajaya. Sang pendekar berparas tampan itupun kemudian menarik Pedang Naga Bumi keluar dari wadahnya untuk memberikan tangkisan, dan sekaligus juga mengeluarkan perisai api untuk menahan serangan berenergi besar yang sudah menginc

  • Mustika Naga Bumi   Keluarnya Pedang Serat Alam

    Aji sedikit dibuat kerepotan meski pada akhirnya sudah bisa membaca serangan ayah dari Putri Larasati tersebut.Raja Wanajaya semakin beringas melakukan serangan. Dia mencabut pedang Serat Alam untuk segera memungkasi pertarungan. Aji sedikit terkesima dengan keluarnya pedang pusaka yang separuh kitab jurus ya kini ada padanya. Energi yang dikeluarkan pedang pusaka tersebut sangat halus, tapi begitu menekan.Suami Ratih itu lalu mencabut pedang Naga Bumi untuk melawan senjata pusaka lawan. Energi yang dikeluarkan pedang miliknya memberi tekanan balik hingga membuat Raja Wanajaya Murka. "Mati kau, Penghianat!" teriak Raja Wanajaya. Dia melompat maju sembari menebaskan pedangnya dengan. Kekuatan yang tidak sedikit. Kecepatan serangannya pun semakin meningkat dan bervariasi.Pedang Naga Bumi meliuk dengan cepat memberi tangkisan demi tangkisan yang membuat tangan lawannya gemetar setiap kali pedang mereka berdua berbenturan."Aku terlalu meremehkan kemampuannya!" Raja Wanajaya mendengu

  • Mustika Naga Bumi   Melawan Raja Wanajaya

    Raja Wanajaya menatap geram lelaki tampan di depannya. Jari telunjuknya menunjuk Aji, gigi-giginya saling menggigit menahan emosinya yang memuncak. "Kau telah mempengaruhi putriku sehingga dia berani melawanku!"Aji tersenyum kecil menanggapinya. "Kalau Paduka mengira aku telah mempengaruhi Gusti Putri, maka Paduka sudah salah besar. Gusti Putri bisa berpikir untuk menentukan apa yang salah dan benar, dan apa yang sudah paduka lakukan selama ini adalah kesalahan yang teramat besar dan tidak terampuni.""Jangan mengguruiku tentang kebenaran, Bangsat! Aku hidup jauh lebih lama dari pada kau, dan kebenaran buatku adalah kekuasaan!"Aji memandang Putri Larasati yang sudah bercucuran air mata, "Tampaknya sulit menyadarkan paduka dengan kata-kata, Gusti Putri. Jadi jalan kekerasan harus hamba ambil."Putri Larasati mengangguk meski itu berat buatnya. Tapi dia sudah siap jika memang ayahnya harus mati di tangan Aji. "Lakukan apa yang harus kau

  • Mustika Naga Bumi   Ketegaran Hati Putri Larasati

    Tak butuh waktu lama bagi mereka berdua untuk menemukan kamar yang digunakan Raja Wanajaya untuk melakukan ritual.Tapi langkah mereka terhenti setelah terlihat empat orang prajurit yang berjaga di depan pintu kamar tersebut. Mereka berempat begitu ketat menjaga kamar itu seolah angin pun akan mereka halau jika hendak masuk melalui celah di bawah pintu.Beruntung malam itu bulan tidak bersinar begitu terang hingga keduanya tidak terlihat oleh para prajurit. Berbicara meski pelan jelas akan terdengar oleh keempat prajurit itu saking heningnya suasana. Hanya kode yang bisa mereka lakukan untuk merencanakan langkah selanjutnya yang harus mereka lakukan.Setelah memantapkan diri, Aji dan jaya bergerak secepat mungkin melumpuhkan keempat prajurit itu. Serangan cepat mengarah titik vital membuat keempat prajurit itu bergelatakan di tanah. Entah pingsan atau mati, keduanya tidak peduli tentang itu.Dalam satu tarikan napas, Jaya menendang

  • Mustika Naga Bumi   Membebaskan Korban

    Kedua pendekar itu pergi keluar dari kamar setelah berembuk untuk beberapa saat. Mereka saat ini harus mencari di mana biasanya Raja Wanajaya melampiaskan nafsu bejatnya. Sebab tidak mungkin kamar pribadinya akan digunakan untuk hal seperti itu.Cukup lama mereka berkeliling di dalam istana, hingga pada satu titik mereka melihat belasan orang prajurit tampak berjaga di sebuah ruangan."Apa mungkin di situ?" bisik Aji pelan.Jaya memandang para prajurit yang berjarak sekitar 25 meter dari tempat mereka berdua berdiri. Suasana di dalam istana yang tidak terlalu terang sedikit banyak membantu mereka agar tidak terlihat oleh para prajurit. "Jika ruangan itu sampai dijaga begitu banyak prajurit, maka besar kemungkinan di dalam ruangan itu ada sesuatu yang penting. Atau bisa jadi Raja Wanajaya yang ada di dalamnya," balas Jaya menduga-duga. "Kita lumpuhkan para prajurit itu dulu, baru kita tahu apa yang ada

  • Mustika Naga Bumi   Restu Putri Larasati

    Ekspresi rasa terkejut Aji sempat tertangkap pandangan mata Putri Larasati. Putri cantik itu menundukkan wajahnya, dia malu atas kelakuan ayahnya."Sebenarnya Gusti Putri bermimpi tentang apa?" tanya Aji penasaran.Putri Larasati memejamkan matanya. Hembusan napasnya begitu berat terdengar keluar dari bibirnya yang ranum.Dia merasa sangat sulit buatnya untuk menjawab pertanyaan Aji. Bagaimanapun juga, dia takut jika Aji adalah sosok yang ditakdirkan untuk membunuh ayahnya.Tapi, kelakuan bejat ayahnya harus ada yang menghentikan, meski ayahnya tadi berjanji jika ritual yang akan dilakukannya nanti adalah yang terakhir. Raja Wanajaya berjanji kepada Putri Larasati tidak akan menggauli gadis lagi untuk ke depannya."Aku kuatir jika kau yang ada dalam mimpiku," ucap Putri Larasati lirih.Aji semakin penasaran dengan mimpi yang dialami Putri Larasati, apalagi putri cantik itu juga menyebutnya.Sete

DMCA.com Protection Status