Fajar merebahkan tubuhnya setelah menata perabot baru di apartemennya. Apartemen ini cukup luas, dengan tiga kamar tidur dan dua kamar mandi. Fajar menatap langit langit, matanya menerawang jauh. Dia sudah memiliki semuanya sekarang. Pekerjaan tetap dan juga uang, tapi belum juga dia bahagia.Fajar bangkit, memasang kemejanya tanpa dikancing. Lalu keluar dari apartemennya. Dia kaget, Raya ... di sana sedang memegang cangkir tehnya, meniupnya sekilas, matanya memandang jalan ibu kota.Fajar berdehem, menyadarkan Raya. Gadis itu langsung menerbitkan senyum, bukan Raya yang dulu. Raya yang ini kelewatan ramah. Dan, semakin asing."Belum tidur, Mas?" sapanya. Fajar menggeleng. Panggilan ' Mas ' itu sangat mengganggu."Kita belum sempat berkenalan, saya Raya, Mas?"Fajar terhenyak, wanita ini sudah dipastikan Raya, tak ada lagi alasan untuk meragukannya. Lalu buat apa perkenalan tak berguna ini. Ini terlalu berlebihan. Dia ingin berhenti pura -pura. Tangan Raya masih terulur, karena tak a
Baca selengkapnya