Beranda / Romansa / Pernikahan Gila / Dua Puluh Enam

Share

Dua Puluh Enam

Penulis: Gleoriud
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Raya memandang Fajar dengan kesal. Apa kesalahannya di masa lalu sehingga diberi ujian seberat ini. Tetangga menyebalkan itu sekarang malah serumah dengannya, mengekori Raya kemana pergi. Raya menjadi tidak bebas untuk melakukan apa yang diinginkannya. Dia seperti tahanan di rumahnya sendiri.

Saat ini mereka singgah dulu ke apartemen, mengambil beberapa barang yang di perlukan. Untuk sementara, Raya tinggal di rumah ayahnya kembali. Sampai keadaan membaik.

Fajar mengangkat semua barang yang sudah dimasukkan Raya ke dalam kopernya. Isinya lumayan banyak, rata-rata seragam kantor dan baju santai.

Fajar rangkap jabatan saat ini, sebagai supir dan pengawal. Hidupnya benar -benar lucu, dia tak mengira akan kembali berjumpa lagi dengan Raya, apa lagi dengan keadaan wanita itu sekarang.

"Aku bisa mati bosan jika selalu bersamamu, kau ini memang orang paling aneh di dunia," celutuk Raya. Fajar diam saja, andai saja dia tahu apa yang telah terjadi pada mereka di masa lalu.

"Berapa umurmu?"

"Ha
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pernikahan Gila    Dua Puluh Tujuh

    Fajar mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi. Dia hanya berniat mengerjai wanita itu supaya dia tidak bosan, tapi akibatnya malah seserius ini. Raya belum juga sadar, Fajar memegang bahu Raya yang bersandar di pahanya. Hitungan sepuluh menit mereka sampai di rumah, tanpa menunggu lama Fajar menggendong Raya, berjalan cepat menuju kamar gadis itu. Untung saja Mahendra tidak melihatnya. Masalah ini dia sendiri yang penyebabnya, jadi dia juga yang harus menyelesaikan. Perlahan Fajar merebahkan Raya ketempat tidur, mengusapkan sedikit minyak kayu putih pada wanita itu.Fajar menutup pintu kamar Raya dan menguncinya. Ini dilakukan demi keamanan. Penjaga sempat bertanya, namun Fajar memberikan isyarat bahwa semua baik-baik saja.Beberapa detik kemudian Raya membuka matanya. Menatap langit- langit kamar dan kemudian terakhir ke wajah Fajar. Tatapan tidak senang terlihat jelas di wajahnya.Raya duduk, bersandar di kepala Ranjang. Menerima air putih yang disodorkan Fajar. Dia harus mengo

  • Pernikahan Gila    Dua Puluh Delapan

    Malam yang sepi. Walaupun banyak penjaga yang berkeliaran di sekitar rumah, namun tetap saja tidak ada mengubah suasana menjadi hangat. Ini lah hidup yang paling membosankan bagi Raya, dia seolah menjadi tahanan rumah yang tidak bebas kemana dia suka. Dia tidak tau pasti, bagaimana masa lalu ayahnya sehingga sang Ayah memiliki banyak musuh yang berbahaya.Raya mendecih melihat Fajar yang masih setia berdiri dengan memasang raut datarnya. Setelah peringatan yang membuatnya shock, laki-laki itu bertingkah seolah-olah tak ada yang terjadi di antara mereka.Raya mengalihkan perhatiannya , saat sang ayah mendekatinya dengan kursi rodanya. Mahendra melihat suasana hati Raya sedang tak baik. Setidaknya dia ingin bertanya apa yang membuat Raya sekacau ini."Raya.""Iya, Ayah.""Ada apa?" pancing Mahendra. Raya tidak langsung menjawab. Banyak sekali beban di pikirannya saat ini dan tidak tau apa yang harus dikatakan lebih dahulu."Aku sudah melakukan apa yang ayah perintahkan," jawabnya lesu,

  • Pernikahan Gila    Dua Puluh Sembilan

    Mahendra memanggil Fajar secara khusus. Setelah Raya menemuinya tadi pagi dan mengatakan akan menikah dengan Fajar, Mahendra meminta keterangan dari mulut Fajar sendiri. Baginya, Raya bukan lagi anak anak yang berusia masih remaja. Gadis itu bahkan hampir tiga puluh tahun. Dia ingin pernikahan ini bukan lagi atas dasar paksaan. Bagaimanapun, perusahaan butuh pewaris dan Raya satu -satunya harapan yang akan melahirkan pewaris itu. Selain Fajar, tak ada lagi laki-laki yang dekat dengan anaknya.Fajar dipersilahkan duduk di depan meja kerja Mahendra. Laki-laki tua itu mulai memberikan pertanyaan."Apa benar kalian ingin menikah?""Seperti yang Anda ketahui.""Aku perlu menjelaskan sesuatu padamu sebelum ini terjadi." Mahendra menarik nafas. Ada beban berat di hatinya, dan permasalahan itu harus di sampaikannya saat ini."Ibumu ... tidak pernah menikah denganku," katanya lemah. Fajar mengatupkan rahangnya dengan kuat. Hatinya langsung panas saat nama ibunya disebut. Terbayang olehnya bagai

  • Pernikahan Gila    Tiga Puluh

    Pernikahan itu pun terjadi. Saat gema suara sah di gaungkan, saat itu pula dua manusia yang memiliki tujuan berbeda sudah terikat secara sah sebagai suami istri. Fajar menengadahkan tangan dengan khusyuk saat kepala KUA melafaskan doa setelah ijab kabul. Dia mensyukuri dalam hati, Raya sudah resmi jadi miliknya, dunia akhirat adalah tanggung jawabnya. Fajar mengulurkan tangan pada Raya, dan disambut gadis itu dengan wajah bingung. Dia tidak mengerti apa maksud Fajar, sampai laki-laki itu berbisik."Cium tangan suamimu!"Raya hanya mendengus malas, baginya pernikahan ini tak berarti sama sekali. Dia malah bosan dengan petuah-petuah kepala KUA yang bicara panjang lebar bagaimana cara menjadi suami dan istri yang baik.Dengan enggan Raya meraih tangan Fajar, meletakkan di mulutnya, tidak sampai menyentuh. Namun dia kaget saat lehernya di raih suaminya itu, satu kecupan mendarat di kening dan pipinya. Raya tidak terima, namun Fajar kembali berbisik."Mencium pipi dan kening gratis, tidak

  • Pernikahan Gila    Tiga Puluh Satu

    "Apa yang kau lakukan tengah malam begini di luar? Ini bahkan malam pertamamu, jangan tampakkan ketidak seriusan kalian dengan pernikahan ini." Tiba-tiba Mahendra muncul di belakang Fajar, sambil menghisap rokoknya, entah sejak kapan mertuanya itu berhasil membawa kursi rodanya ke area taman.Fajar diam saja, dia tidak punya bahasa untuk menjelaskan keadaannya dengan Raya pada mertuanya itu."Kau mencintai anakku?" "Saya tidak tau," jawab Fajar menggelengkan kepalanya."Bagaimanapun masa lalu kalian, jaga lah dia dengan nyawamu, kita takkan tau apa yang akan terjadi ke depannya. Musuh semakin mendekat." "Aku berjanji, aku akan melakukan tanpa anda perintahkan, karena dia sekarang adalah istriku, tanggung jawabku dunia akhirat.""Bagus, dan sekarang tidak baik meninggalkannya sendiri."Fajar mengangguk, dengan perlahan dia undur diri terlebih dahulu. Membawa langkahnya dengan ragu menuju kamar Raya.Fajar mendorong pintu kamar yang di cat warna putih itu. Tidak dikunci, artinya Raya

  • Pernikahan Gila    Tiga Puluh Dua

    Suasana rumah Mahendra benar -benar menegangkan. Bangku hantam dan suara tembakan masih terdengar bersahutan, beberapa lawan terluka dan melarikan diri. Pengawal Mahendra adalah pengawal terpilih yang takkan mudah cidera, karena lawan mulai tersudut, mereka berupaya melarikan diri menggunakan mobil sport warna hitam. Pengawal itu berusaha mengejar namun dicegah oleh Mahendra."Biarkan saja! Kita akan memancing bosnya keluar." Mata Mehendra teralihkan ke pintu kamar Raya yang terbuka, gadis itu masih menutup telinganya karena belum pulih dari rasa kagetnya dengan peristiwa ini. Fajar membawa Raya ke ruang tamu dan memegang bahunya yang masih gemetar." Fajar, pergi bawa Raya sejauh -jauhnya, musuh sudah mulai bergerak, dia mengincar Raya," kata Mahendra sambil memberikan sebuah kunci mobil kepada Fajar.Raya yang mendengar dia menjadi incaran membuatnya semakin menggigil takut. Telapak kakinya dingin dan berkeringat. Fajar tak bertanya banyak, dia mengangguk, lalu memegang tangan Raya

  • Pernikahan Gila    Tiga Puluh Tiga

    Dua jam Fajar memacu mobilnya tanpa henti. Mobil itu memang di rancang untuk menaklukkan medan yang berat. Selama dua jam ini, mereka tidak menemui kendala apa pun. Hutan belantara berada di kiri kanan jalan perbatasan provinsi. Sesekali mereka berpapasan dengan truk besar membawa barang. Serta mobil tanki besar yang membawa minyak mentah.Raya yang sempat tertidur membuka matanya, memandang keluar dengan sedikit ngeri."Kita berada di mana?""Kita akan mengejar kapal yang akan berlayar ke sumatra," jawab Fajar masih fokus dengan jalan di depannya."Sejauh itu?""Iya, ayahmu menyuruhku membawamu ke Palembang, di sana ada tempat tinggal yang cukup aman untuk kita sementara." Raya merenung, kemudian bertanya lagi."Masih jauh, kah?""Sebentar lagi kita akan sampai di pelabuhan.""Kau tidak lelah? " Raya mengamati wajah suaminya itu. Udara dingin masuk menusuk ke dalam mobil yang kacanya dibiarkan terbuka."Tidak, hanya saja aku merasa lapar. "Raya tak berkata lagi, Fajar yang serius

  • Pernikahan Gila    Tiga Puluh Empat

    Raya hanya terpaku dengan apa yang dia rasakan, rasa penasaran cukup besar untuk menyentuh malah membakar dirinya sendiri. Dia meleleh bagaikan lilin yang dibakar api, jantungnya berdetak cepat tak terkendali.Tiba - tiba dengan dengan cepat Fajar menangkap tangan Raya, dengan menatap dalam bola mata Raya yang mulai resah. Gadis itu terlihat tidak rela dengan gerakan mencegah Fajar yang membuatnya berhenti.Raya meneguk ludahnya susah payah. Dia bertindak terlalu berani kali ini, namun pegangan tangan Fajar yang lebih kuat menyadarkannya. Fajar menggeleng, walaupun dia sangat menginginkan itu semua, namun pengalaman pertama takkan terjadi di sembarang tempat."Cukup!" Fajar memegang pergelangan tangan Raya yang bisa membunuhnya, dia hampir saja tidak bisa bertahan. Ya tuhan, ini hutan, dia adalah laki-laki beragama dan beretika, malam penuh pahala takkan terjadi di tempat yang tidak layak."Aku ... aku...." Raya tidak tau harus bilang apa, kesadaran dan logikanya menghempaskan dirinya

Bab terbaru

  • Pernikahan Gila    Lima Puluh Sembilan ( End )

    Beberapa jam yang lalu, mereka berkumpul di sebuah restoran sederhana. Fajar, ibunya dan ayahnya. Dua manusia yang pernah menjadi suami istri itu sempat berbincang sekilas. Mereka memutuskan untuk berdamai dan meluruskan kesalah pahaman kepada Fajar setelah berdebat dengan sengit Beberapa menit.Ayahnya sempat menangis memeluk putra semata wayangnya saat Fajar sampai di restoran beberapa jam yang lalu. Meminta maaf telah menelantarkan Fajar kecil yang menderita di tinggal sang ibu. Dia tak menyangka, Fajar tumbuh menjadi pria yang gagah dan tampan. Fajar hanya diam walaupun dalam hatinya dia juga merindukan ayahnya itu.Semuanya terungkap, walaupun sempat ada pertengkaran kecil, pada akhirnya dua orang itu mengalah dan berdamai.Ayahnya terlihat lebih tua dari seharusnya, rambutnya memutih dengan kerut yang tak bisa di hitung jumlahnya. Dia terlihat miskin dan sakit-sakitan, tubuhnya kurus dan kering, belum lagi baju kemeja lusuh yang sudah memudar warnanya.Ternyata pernikahan kedua

  • Pernikahan Gila    Lima Puluh Delapan

    Raya termangu di depan kolam renangnya. Mata cantiknya mengamati kilauan air yang tertempa sinar matahari sore. Ini sudah pukul enam sore, warna matahari sudah berubah hingga keperakan, namun setelah berjam-jam menunggu, suaminya belum pulang dan belum memberinya kabar.Raya mencelupkan kakinya ke dalam kolam. Tanpa Fajar, semuanya menjadi membosankan. Dia tidak tertarik melakukan apa pun jika Fajar tak ada di sisinya Baru saja Raya mengangkat sebelah kakinya ke permukaan, bahunya di sentuh lembut. Gadis itu berbalik dan mata kosongnya langsung berbinar bahagia. Namun, buka Raya namanya kalau tidak menuhankan gengsi."Kapan kau pulang? Aku tak mendengar suara mobilmu."Fajar duduk di samping Raya. Mengamati rambut panjang yang terurai berantakan itu."Baru saja. Kenapa? Merindukanku?"Raya mencibir, menyembunyikan rona pipinya. Dia tak mau mengakuinya, tapi otak dan tubuh tak bekerja sama. Dia malah menghambur ke pelukan suaminya itu. Fajar terkekeh senang sambil mengecup puncak kepa

  • Pernikahan Gila    Lima Puluh Tujuh

    Fajar memandang tak percaya. Wanita itu masih cantik seperti dulu, walaupun banyak kerutan yang menandakan ia sudah menua. Ibunya, masih tipe wanita yang memperhatikan penampilan. Dia cantik dengan blouse putih yang dipadukan dengan rok kembang bermotif bunga. Jika boleh Fajar berkata jujur. Dia sangat merindukan wanita didepannya. Rasanya dekapan hangat itu masih terasa di kulitnya saat ini. Bagaimana saat sang ibu mendendangkan lagu Jawa saat menidurkannya dulu. Elusan kasih sayang dan suara merdunya masih diingat Fajar dengan jelas.Pada dasarnya ibunya adalah wanita yang baik dan penyayang. Dia wanita yang sempurna. Kecantikan masa muda itu di wariskan ya ke wajah tampan Fajar. Dalam hatinya, dia ingin mengadu dan bertanya sebanyak mungkin, kemana ibunya selama ini? Apa yang dilakukannya di rumah usang dan tinggal sendirian tanpa pasangan hidup? Banyak sekali. Tapi Fajar memilih mengunci mulutnya sambil menunggu wanita itu berbicara lebih dulu."Minumlah! Teh mu sudah mulai ding

  • Pernikahan Gila    Lima Puluh Enam

    Jika ada manusia yang paling jahat di bumi ini, maka Raya lah orangnya. Bagaimana bisa wanita itu menghentikan permainan sebelah pihak saat nasib Fajar sudah di ujung tanduk. Raya dengan santai merapikan dirinya, saat Fajar masih kesusahan menata nafasnya yang terputus putus. Dia masih bersandar tak berdaya, memejamkan matanya menikmati sisa-sisa kenekatan seorang Raya. Tapi apa yang dilakukan wanita itu sekarang? Dia menjulurkan lidah nakalnya dan tersenyum mengejek."Aku tidak mau dipergoki lagi. Bagaimana pun kita masih dalam kawasan yang tak boleh berbuat mesum.""Bunuh saja aku, Raya! Kau jahat." Fajar merasa kepalanya pening. Bayangkan saja, saat hasratmu di atas awang-awang, kau malah di hempaskan ke bumi secara kasar. Rasanya lebih sakit dari pada mati."Ck ck ck ... kau selalu tak pernah puas.""Ya tuhan Raya, laki-laki mana yang akan bertahan dengan wanita seseksi dirimu, terlebih lagi dia sudah menjadi milikmu secara utuh. Oh Tuhan, aku butuh air dingin." Fajar mengusap wa

  • Pernikahan Gila    Lima Puluh Lima

    Bukan restoran mewah yang terbiasa dikunjungi Raya. Hanya warung kecil yang diberi dinding dengan spanduk bekas untuk menghalangi cahaya matahari pagi yang mulai menerobos masuk ke warung sarapan pagi itu. Raya memilih duduk di bangku paling pojok, yang agak jauh dari sesaknya para pelanggan yang menyantap sarapan dengan lahap. Bangku di pojok ini sepertinya di sengaja untuk mereka yang ingin memilih ketenangan. Langsung menghadap ke kolam ikan yang berisi ikan nila dan ikan gurami."Kamu mau makan apa?""Apa saja, yang penting enak." Raya melirik sekilas jejeran menu sarapan pagi yang di tata sedemikian rupa di atas etalase kaca. Banyak sekali pilihan sehingga Raya menjadi bingung sendiri. Dia tidak menyadari Fajar bangkit memesan kepada pemilik warung. Tak butuh waktu lama, dua piring nasi yang dilengkapi dengan telor dadar dan toping tempe yang di goreng garing bersama ikan asin.Raya mengamati sambil menikmati aroma khas yang membuat perutnya meronta minta di isi."Ini namanya na

  • Pernikahan Gila    Lima Puluh Empat

    Pagi yang cerah, matahari mulai merangkak perlahan mengintip dari celah dedaunan pepohonan yang tumbuh persis di samping jendela kamar rumah itu. Raya membuka jendela kecil tersebut menyambut udara segar yang menerpa wajahnya.Mereka sebenarnya sudah bangun setelah shalat subuh tadi. Raya berberes sejenak sedangkan Fajar kembali ke tempat tidur dengan alasan mengantuk. Hari ini, tepat satu minggu Fajar menjalani hukuman mengumpulkan batu yang akan digunakan masyarakat sebagai pagar pembatas dari luapan sungai. Kebetulan pula, kemaren adalah masa hukuman Fajar berakhir. Hari ini adalah hari minggu, hari santai bagi Fajar. Sudah lama dia tidak merasakan nikmatnya tidur setelah subuh. Walaupun dia tahu, kebiasaaan ini tidak baik.Raya mengikat rambutnya yang masih basah, lalu berjalan perlahan mendekati ranjang sambil tersenyum. Dia, sang suami yang biasanya memiliki kulit cukup cerah sudah berubah menjadi gelap karena terbakar sinar matahari saat bekerja. Namun, Raya malah menyukai wa

  • Pernikahan Gila    Lima Puluh Tiga

    Raya berlari ke pintu keluar saat dia mendengar Fajar mengetok pintu beberapa kali. Dia sempat tertidur sejenak, setelah selesai bersih-bersih dan memasak ala kadarnya. Dia cukup puas dengan hasil masakannya kali ini, setidaknya rasanya sudah mulai ada kemajuan. Cuma masakan sederhana, goreng ikan Nila balado di tambah dengan sayur kangkung. Raya merapikan rambutnya, menghela nafas lalu membuka pintu perlahan. Fajar tersenyum lembut, mengusap pipi istrinya lalu mengecup kening putih itu sekilas. "Aku belum mandi, bau." Fajar mengendus dirinya. Raya tidak setuju jika Fajar mengatakan dirinya bau, laki-laki itu tidak pernah mengeluarkan bau yang tidak enak, kalaupum berkeringat, maka yang menguar adalah aroma cologn khas yang digunakannya.Raya berniat memeluk, namun karena Fajar mengurai pelukan lebih dulu, dia mengurungkan niatnya. "Mandilah! Setelah itu kita makan siang." Raya memberikan handuk pada suaminya. Fajar meraih handuk itu lalu masuk ke dalam kamar mandi.Sambil menunggu

  • Pernikahan Gila    Lima Puluh Dua

    Angin sepoi-sepoi meniup dan mempermainkan rambut Raya yang sehalus sutra. Sebagian menutupi wajahnya sehingga dengan refleks jari -jari yang baru belajar memegang alat- alat dapur itu merapikan dan menyelipkannya di belakang telinga.Matanya awas mengamati sang suami yang bekerja dengan beberapa orang pria dewasa lainnya, menggunakan alat kusus dari besi untuk mencongkel batu yang masih tertanam di dalam pasir sungai. Sesekali Fajar mencuri pandang pada istrinya yang duduk manis di sebuah saung yang tak jauh darinya.Raya persis seperti istri yang diidamkannya. Walaupun terlahir sebagai anak manja, tapi karena cintanya, dia merelakan tangan halusnya belajar memasak untuk menyenangkan Fajar.Fajar masih ingat, bagaimana putus asanya Raya saat dia tidak berhasil memecahkan telur tanpa merusak kuningnya. Gadis itu hampir menangis, niat hati akan membuatkan telur mata sapi, tapi memecahkan telur saja tidak bisa."Ini sudah yang kedua puluh butir, tapi aku bahkan belum berhasil...." Raya

  • Pernikahan Gila    Lima Puluh Satu

    Malam yang temaram, pekat malam tanpa bulan dengan kamar yang diterangi lampu lima watt. Dua manusia yang dimabuk cinta saling mereguk dahaga yang tak terpuaskan. Saling memberi dan menerima, menikmati ibadah terindah yang penuh pahala. Ibadah luar biasa di tutup dengan tertidur pulasnya Raya dan Fajar setelah itu. Kali ini rasanya berbeda, mungkin karena Raya tak lagi melakukannya dengan setengah hati. Ibadah kali ini sangat berkesan bagi keduanya, penuh cinta dan kelembutan. Setiap detik berjalan khusyuk dan indah.*****Setelah mandi jam lima subuh, Raya langsung menemani Mak Wo ke dapur. Kali ini dia tak ingin lagi membuat teh manis yang gagal, dia bertanya tanpa malu pada Mak Wo bagaimana cara menakar gula untuk segelas teh manis. Sangat mudah, tapi sulit bagi Raya. Dia baru menyadari, bahwa dirinya tak memiliki kemampuan apa-apa untuk melayani suami dalam urusan perut. Jangankan memasak yang enak, segelas teh manis yang bagi sebagian besar orang sangat sepele, malah sulit bagin

DMCA.com Protection Status