Raya menahan nafasnya sendiri, tatapan itu , dengan lancangnya seperti mengaduk-aduk perutnya. Fajar belum memutuskan kontak mata dan meminta jawaban serta persetujuan dari Raya. Gadis itu sudah gelisah dengan rona merah menjalar ke pipi hingga telinganya."Hmmm? apa tidak apa-apa, jika...,""Aku rasa tidak apa-apa, Raya.""Bagaiamana kalau...," Raya memutuskan kalimat saat pintu di ketuk perlahan. Disusul dengan Mak Wo yang masuk tergesa-gesa. Dua manusia yang siap untuk berlayar itu terkulai tak berdaya dengan bahu merosot. Apa lagi Fajar. Wajahnya langsung kuyu dan kecewa."Kok pulang lagi, Mak?" Ada nada kurang terima dari suara Fajar kerena mak wo menggagalkan rencananya."Sakit kaki mak kambuh lagi, Pak Wo sudah melarang, tapi mak bosan hanya duduk-duduk di rumah," jawab wanita tua itu sambil memungut minyak gosok dan membalurkannya ke betisnya, minyak gosok yang tercium seperti bau sereh."Mak harus banyak istirahat," lanjut Fajar, dia bersumpah, ini sudah tidak bisa ditahan la
Read more