Suasana terasa hening di sebuah ruangan yang tidak terlalu besar ini. Hanya sebuah ranjang single dan lemari kayu berukuran kecil yang ada di sana. Juga dua kursi rotan yang berada di sebelah kiri pintu masuk. Setelah memohon dengan sungguh-sungguh, akhirnya Farzan diizinkan untuk mengantarkan Nadzifa pulang ke ruko tempat butiknya berada. Di ruko ini juga, gadis itu menghabiskan masa remaja sebelum bisa membeli apartemen dengan jerih payah sendiri. “Tadi katanya mau ngomong,” ketus Nadzifa memecah keheningan. “Aku minta maaf, Zi,” ucap Farzan setelah menarik napas panjang. “Udah aku maafin,” balas Nadzifa tersenyum singkat, “cuma mau minta maaf aja? Kenapa nggak bilang di rumah sakit?” Farzan menggelengkan kepala seraya menggeser kursi rotan tersebut, agar bisa menghadap Nadzifa. “Aku nggak mau minta maaf aja, Zi. Tapi ….” Kedua alis Nadzifa terangkat menanti Farzan meneruskan perkataannya. “Tapi mau jujur tentang per
Read more