Home / Romansa / Hello, Papa! / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Hello, Papa!: Chapter 81 - Chapter 90

103 Chapters

Chapter 81

Belum lima menit Jay dan Niko berada di ruangan Andrew, bahkan mereka baru saja akan membicarakan tentang pekerjaan tapi tiba-tiba Niko mendapatkan kabar dari rumah sakit tentang kondisi Priscilla. "Priscilla masuk ruang operasi lagi Jay!" Tanpa meminta izin Andrew terlebih dulu, Jay segera keluar dari ruangan Andrew. Mewakili Jay, Niko memohon pamit untuk pergi ke rumah sakit. Andrew mengerti keadaan Jay, ia juga meminta pada Niko agar terus mengabarinya selama berada di rumah sakit. "Nik, kenapa Priscilla bisa di operasi lagi?" "Saya belum tau penyebabnya Jay, Abimana hanya meminta kita untuk segera datang ke rumah sakit." Jay berdecak kesal, ia merasa janggal dengan kejadian ini. Saat tadi Jay meninggalkan Priscilla, ia nampak baik-baik saja dan tidak merasakan sakit apa-apa kecuali pada bagian jahitan di perutnya yang belum kering. *****"Kita butuh satu kantong darah B negatif!" titah seorang dokter.
Read more

Chapter 82

Operasi kedua Priscilla berjalan dengan lancar, kini Priscilla tengah tertidur pulas berkat anti nyeri berbentuk patch yang di tempel di dadanya. Sebagai bentuk kewaspadaan, mulai hari ini tidak akan ada orang yang bisa sembarangan masuk ataupun menjenguk Priscilla kecuali atas izin Jay. Jay masih bisa sedikit bersyukur karena Sera tidak ada di kamar itu bersama Priscilla, jika bayi kecil itu ada disana tidak menutup kemungkinan Diandra juga akan menyakitinya. Priscilla masih tertidur pulas sejak tiga jam yang lalu, bibir yang selalu merona pink kini berubah menjadi pucat. Niko masuk ke kamar rawat Priscilla, dan mengabarkan pada Jay kalau Diandra kini sudah berada di sel tahanan. Diandra kini terancam hukuman sepuluh tahun penjara karena perbuatannya yang mencoba mencelakai Priscilla hingga hampir kehilangan nyawa, namun Jay masih belum bisa bernafas lega karena Diandra menggandeng Albert sebagai pengacaranya. Albert pasti akan melakukan berbagai cara demi mengeluarkan Di
Read more

Chapter 83

Bagian lantai dua rumah sakit ini di khususkan untuk perawatan bayi dan ibu yang baru melahirkan, ruangannya sangat steril dan pengunjungnya pun terbatas tidak seperti lantai yang lain. Lilyana yang tadinya datang kesini hanya untuk berterima kasih, jadi tersentuh hatinya saat mendengar tangisan para bayi yang baru lahir ke dunia. Lilyana berhenti di ruang perawatan bayi, bayi-bayi di sini lahir tanpa mengalami masalah apapun dan tidak membutuhkan alat medis apapun. Lilyana amat penasaran dengan wajah bayi Priscilla, tapi tidak ia temukan satupun identitas bayi Priscilla di sana. Lilyana jadi ragu, apakah ia datang ke rumah sakit yang benar atau tidak."Stefan, kita gak salah datangin rumah sakit kan?" tanya Lilyana, matanya masih terus menyapu setiap board identitas bayi. "Loh mana Stefan tau," "Hih, gimana sih ini. Kalau salah kan malu mami," Stefan berdecak pelan, "Ya kalau salah kita pulang sekarang, Stefan banyak urusan mi." Di t
Read more

Chapter 84

Kemacetan di jalan membuat Stefan gusar setengah mati, ia sudah sangat tidak sabar untuk bertemu dengan Shaelana. Kaca mobil sengaja ia buka karena ingin membeli sesuatu yang di jual oleh pedagang asongan, tanpa ia sadari Sherin kini ada di dalam mobil yang berada di belakangnya. Sherin memang tidak melihat Stefan, tapi dari plat nomornya ia tau kalau itu mobil Stefan. Hari ini Sherin baru saja menghadiri acara pernikahan sahabatnya tapi karena Stefan sibuk dan Lilyana meminta Stefan untuk menemaninya pergi ke suatu tempat, mau tidak mau Sherin akhirnya pergi sendirian menggunakan mobil Stefani yang tidak dipakai. Sherin sesungguhnya agak kesulitan saat membawa mobil Stefani, dan pada saat lampu lalu lintas berganti hijau Sherin akhirnya kehilangan mobil Stefan yang sudah pergi mendahuluinya. Sherin merasakan sesuatu yang mengganjal di hatinya tentang Stefan, meski sudah mengabarinya sebelum pergi tapi hati Sherin tetap gundah. Dengan hati-hati dan sedikit menaikkan kecepa
Read more

Chapter 85

Sejak lima belas menit yang lalu, Sherin sudah terbangun pasca melakukan kuretase namun hingga kini ia belum tau kalau anaknya sudah tiada. Sakit di seluruh tubuh membuatnya kesulitan untuk duduk di brankar, sekarang ia hanya bisa berbaring menunggu seseorang datang menjenguknya. Pintu kamar rawat terbuka, Stefan masuk dengan raut wajah yang sulit di artikan. Antara amarah, kesedihan dan rasa benci tercampur di hatinya. Sherin awalnya ingin mengeluhkan rasa sakitnya pada Stefan, tapi otaknya langsung mengingat lagi kejadian sebelum kecelakaan. Sherin membalikkan badan dan memunggungi Stefan, ia muak melihat wajah lelaki yang selalu menyakiti hatinya bahkan ketika ia sudah berhasil memenuhi keinginannya. "Sherin," panggil Stefan. "Gak usah jelasin apa-apa Stef, aku tau kok dia pacar kamu. Ternyata kebiasaan buruk kamu gak pernah hilang meskipun sebentar lagi kamu akan menjadi seorang ayah," Stefan tersenyum sinis, menjadi seorang ayah? ayah unt
Read more

Chapter 86

Dua minggu berlalu, begitu banyak kejadian yang sudah terlewati. Di mulai dari kabar buruk tentang sidang perceraian Stefan dan Sherin, lalu kabar baik tentang Sera yang sudah diizinkan pulang oleh dokter. Sherin yang awalnya menolak di ceraikan, kini sudah mulai menerima dengan ikhlas perpisahan antara dirinya dan Stefan. Sherin sadar, sekeras apapun ia berusaha untuk tetap di sisi Stefan jika hanya ia yang berusaha maka semuanya akan sia-sia. Sherin percaya, akan ada pelangi setelah badai. Sebenarnya Sherin sudah sedari dulu sadar kalau Stefan tidak sepenuhnya mencintai dirinya, tapi ia begitu keras kepala untuk tetap mempertahankan diri di sisi Stefan. Sidang pertama berjalan lancar, Sherin dan Stefan sudah mantap untuk berpisah meskipun majelis hakim sudah menasehati mereka berdua. Setelah sidang pertama selesai, beban yang selama ini menghimpit hati Sherin seakan lenyap begitu saja. Sherin merasa bahagia, dan siap menjalani hidupnya yang baru setelah sidang
Read more

Chapter 87

Sebelum melancarkan aksinya, Ivan terlebih dahulu membaca situasi di kediaman Priscilla. Ivan harus mengetahui tempat mana yang paling aman untuk ia melancarkan aksinya, dan yang paling penting adalah tempat ini harus jarang dilalui orang-orang agar tidak ada saksi mata yang melihat perbuatannya. Satu hari mempelajari situasi, Ivan akhirnya dapat menemukan tempat dimana ia akan membunuh Priscilla. Ivan berharap semoga kali ini rencananya berjalan dengan mulus tanpa jejak dan saksi mata, Ivan harus berusaha keras menjalankan misi ini agar bisa mengobati penyakit ibunya tanpa harus meminjam uang ke rentenir lagi. Di dalam sakunya, Ivan sudah menyiapkan sepasang handscoon dan sebuah pisau lipat untuk membunuh Priscilla. Setelah Ivan pergi, orang suruhan Albert segera menelepon Albert untuk mengabarkan pengintaiannya. Ternyata Ivan masih tetap bodoh seperti dulu, ia benar-benar tidak memiliki bakat untuk menjadi penjahat kelas kakap. Ivan bahkan tidak menyadari kalau sedari
Read more

Chapter 88

Jay kembali ke kantor setelah selesai mengurus semua kebutuhan Priscilla, tapi baru saja ia sampai tiba-tiba Niko sudah membawakan berita buruk untuknya. Niko memberitahukan padanya kalau Diandra kini sudah bebas dan yang membebaskannya adalah Albert, pengacara yang dulu juga membebaskan Stefan saat tersandung masalah kematian Kalina. "Dia pasti udah ngorbanin banyak hal buat bebasin Diandra," ucap Niko."Apa papi Andrew tau soal bebasnya Diandra?" Niko menggelengkan kepalanya, "Pak Andrew masih sibuk mengurus pembukaan cabang perusahaannya di Vietnam, kalau Pak Andrew sampai tau sudah pasti dia akan mengajukan banding untuk menjebloskan Diandra lagi ke dalam penjara dan usaha Albert membebaskannya akan sia-sia." "Kita hanya bisa berharap semoga perempuan jahat itu tidak menggangu kehidupan kamu dan Priscilla lagi," sambung Niko. "Semoga aja Nik, sejujurnya gue juga jadi agak khawatir sekarang. Gue takut kalau dia bakal datang lagi da
Read more

Chapter 89

Sesampainya Dayat di kediaman Albert, ia langsung menyeret Ivan seperti menyeret seekor kambing ke hadapan Albert. Ivan sudah gemetar ketakutan ketika mengetahui siapa yang ada di hadapannya kini, aura dan tatapan Albert begitu mengintimidasi Ivan. Ivan tertunduk tidak berani menatap mata Albert, Albert belum berkata apapun tapi rasanya Ivan sudah ketakutan setengah mati."Ini barang buktinya bos," Dayat menyerahkan sebuah pisau lipat milik Ivan, masih ada darah Priscilla yang menempel di pisau tersebut.Albert memperhatikan pisau itu setiap detilnya, "Pisau murahan," ucapnya, lalu membuang pisau itu ke tempat sampah."Tolong lepaskan saya pak Albert," Ivan memohon dan berlutut di kaki Albert."Saya bisa lepaskan kamu, asalkan kamu berhenti bekerja untuk Diandra."Ivan terdiam sejenak, jika ia berhenti bekerja untuk Diandra otomatis uang muka yang sudah ia terima har
Read more

Chapter 90

Di pagi hari Jay baru tau tentang insiden yang menimpa Priscilla semalam, setelah membaca pesan dari Nadine Jay langsung pergi ke kontrakan Leonard. Niko pun ikut serta bersama Jay, karena ia curiga kalau kejadian yang menimpa Priscilla tadi malam ada hubungannya dengan Diandra. "Kamu yakin ini gak ada hubungannya sama Diandra?" tanya Niko. Nadine mengangguk ragu, Nadine tidak bisa menuduh Diandra karena ia juga tidak tau siapa yang sudah menyerang Priscilla dan siapa dua orang yang sudah menyelamatkan Priscilla. "Nik, gue yakin banget kalau ini ulah Diandra. Kejadian penyerangan itu terjadi sesudah Diandra bebas dari penjara kan?" "Tapi Jay, Nadine aja yang semalem ada di TKP gak bisa kan bilang kalau kejadian itu ada sangkut pautnya dengan Diandra." Niko membantah pendapat Jay bukan tanpa sebab, ia hanya tidak ingin menuduh seseorang tanpa bukti. "Oke kalau gitu kita langsung aja ke rumahnya Frederick, kita pastiin itu ulah dia ata
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status