Home / Romansa / Hello, Papa! / Chapter 83

Share

Chapter 83

Author: Author newbie
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Bagian lantai dua rumah sakit ini di khususkan untuk perawatan bayi dan ibu yang baru melahirkan, ruangannya sangat steril dan pengunjungnya pun terbatas tidak seperti lantai yang lain. Lilyana yang tadinya datang kesini hanya untuk berterima kasih, jadi tersentuh hatinya saat mendengar tangisan para bayi yang baru lahir ke dunia. Lilyana berhenti di ruang perawatan bayi, bayi-bayi di sini lahir tanpa mengalami masalah apapun dan tidak membutuhkan alat medis apapun. Lilyana amat penasaran dengan wajah bayi Priscilla, tapi tidak ia temukan satupun identitas bayi Priscilla di sana. Lilyana jadi ragu, apakah ia datang ke rumah sakit yang benar atau tidak.

"Stefan, kita gak salah datangin rumah sakit kan?" tanya Lilyana, matanya masih terus menyapu setiap board identitas bayi.

"Loh mana Stefan tau,"

"Hih, gimana sih ini. Kalau salah kan malu mami,"

Stefan berdecak pelan, "Ya kalau salah kita pulang sekarang, Stefan banyak urusan mi."

Di t
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Hello, Papa!   Chapter 84

    Kemacetan di jalan membuat Stefan gusar setengah mati, ia sudah sangat tidak sabar untuk bertemu dengan Shaelana. Kaca mobil sengaja ia buka karena ingin membeli sesuatu yang di jual oleh pedagang asongan, tanpa ia sadari Sherin kini ada di dalam mobil yang berada di belakangnya. Sherin memang tidak melihat Stefan, tapi dari plat nomornya ia tau kalau itu mobil Stefan. Hari ini Sherin baru saja menghadiri acara pernikahan sahabatnya tapi karena Stefan sibuk dan Lilyana meminta Stefan untuk menemaninya pergi ke suatu tempat, mau tidak mau Sherin akhirnya pergi sendirian menggunakan mobil Stefani yang tidak dipakai. Sherin sesungguhnya agak kesulitan saat membawa mobil Stefani, dan pada saat lampu lalu lintas berganti hijau Sherin akhirnya kehilangan mobil Stefan yang sudah pergi mendahuluinya. Sherin merasakan sesuatu yang mengganjal di hatinya tentang Stefan, meski sudah mengabarinya sebelum pergi tapi hati Sherin tetap gundah. Dengan hati-hati dan sedikit menaikkan kecepa

  • Hello, Papa!   Chapter 85

    Sejak lima belas menit yang lalu, Sherin sudah terbangun pasca melakukan kuretase namun hingga kini ia belum tau kalau anaknya sudah tiada. Sakit di seluruh tubuh membuatnya kesulitan untuk duduk di brankar, sekarang ia hanya bisa berbaring menunggu seseorang datang menjenguknya. Pintu kamar rawat terbuka, Stefan masuk dengan raut wajah yang sulit di artikan. Antara amarah, kesedihan dan rasa benci tercampur di hatinya. Sherin awalnya ingin mengeluhkan rasa sakitnya pada Stefan, tapi otaknya langsung mengingat lagi kejadian sebelum kecelakaan. Sherin membalikkan badan dan memunggungi Stefan, ia muak melihat wajah lelaki yang selalu menyakiti hatinya bahkan ketika ia sudah berhasil memenuhi keinginannya. "Sherin," panggil Stefan. "Gak usah jelasin apa-apa Stef, aku tau kok dia pacar kamu. Ternyata kebiasaan buruk kamu gak pernah hilang meskipun sebentar lagi kamu akan menjadi seorang ayah," Stefan tersenyum sinis, menjadi seorang ayah? ayah unt

  • Hello, Papa!   Chapter 86

    Dua minggu berlalu, begitu banyak kejadian yang sudah terlewati. Di mulai dari kabar buruk tentang sidang perceraian Stefan dan Sherin, lalu kabar baik tentang Sera yang sudah diizinkan pulang oleh dokter. Sherin yang awalnya menolak di ceraikan, kini sudah mulai menerima dengan ikhlas perpisahan antara dirinya dan Stefan. Sherin sadar, sekeras apapun ia berusaha untuk tetap di sisi Stefan jika hanya ia yang berusaha maka semuanya akan sia-sia. Sherin percaya, akan ada pelangi setelah badai. Sebenarnya Sherin sudah sedari dulu sadar kalau Stefan tidak sepenuhnya mencintai dirinya, tapi ia begitu keras kepala untuk tetap mempertahankan diri di sisi Stefan. Sidang pertama berjalan lancar, Sherin dan Stefan sudah mantap untuk berpisah meskipun majelis hakim sudah menasehati mereka berdua. Setelah sidang pertama selesai, beban yang selama ini menghimpit hati Sherin seakan lenyap begitu saja. Sherin merasa bahagia, dan siap menjalani hidupnya yang baru setelah sidang

  • Hello, Papa!   Chapter 87

    Sebelum melancarkan aksinya, Ivan terlebih dahulu membaca situasi di kediaman Priscilla. Ivan harus mengetahui tempat mana yang paling aman untuk ia melancarkan aksinya, dan yang paling penting adalah tempat ini harus jarang dilalui orang-orang agar tidak ada saksi mata yang melihat perbuatannya. Satu hari mempelajari situasi, Ivan akhirnya dapat menemukan tempat dimana ia akan membunuh Priscilla. Ivan berharap semoga kali ini rencananya berjalan dengan mulus tanpa jejak dan saksi mata, Ivan harus berusaha keras menjalankan misi ini agar bisa mengobati penyakit ibunya tanpa harus meminjam uang ke rentenir lagi. Di dalam sakunya, Ivan sudah menyiapkan sepasang handscoon dan sebuah pisau lipat untuk membunuh Priscilla. Setelah Ivan pergi, orang suruhan Albert segera menelepon Albert untuk mengabarkan pengintaiannya. Ternyata Ivan masih tetap bodoh seperti dulu, ia benar-benar tidak memiliki bakat untuk menjadi penjahat kelas kakap. Ivan bahkan tidak menyadari kalau sedari

  • Hello, Papa!   Chapter 88

    Jay kembali ke kantor setelah selesai mengurus semua kebutuhan Priscilla, tapi baru saja ia sampai tiba-tiba Niko sudah membawakan berita buruk untuknya. Niko memberitahukan padanya kalau Diandra kini sudah bebas dan yang membebaskannya adalah Albert, pengacara yang dulu juga membebaskan Stefan saat tersandung masalah kematian Kalina. "Dia pasti udah ngorbanin banyak hal buat bebasin Diandra," ucap Niko."Apa papi Andrew tau soal bebasnya Diandra?" Niko menggelengkan kepalanya, "Pak Andrew masih sibuk mengurus pembukaan cabang perusahaannya di Vietnam, kalau Pak Andrew sampai tau sudah pasti dia akan mengajukan banding untuk menjebloskan Diandra lagi ke dalam penjara dan usaha Albert membebaskannya akan sia-sia." "Kita hanya bisa berharap semoga perempuan jahat itu tidak menggangu kehidupan kamu dan Priscilla lagi," sambung Niko. "Semoga aja Nik, sejujurnya gue juga jadi agak khawatir sekarang. Gue takut kalau dia bakal datang lagi da

  • Hello, Papa!   Chapter 89

    Sesampainya Dayat di kediaman Albert, ia langsung menyeret Ivan seperti menyeret seekor kambing ke hadapan Albert. Ivan sudah gemetar ketakutan ketika mengetahui siapa yang ada di hadapannya kini, aura dan tatapan Albert begitu mengintimidasi Ivan. Ivan tertunduk tidak berani menatap mata Albert, Albert belum berkata apapun tapi rasanya Ivan sudah ketakutan setengah mati."Ini barang buktinya bos," Dayat menyerahkan sebuah pisau lipat milik Ivan, masih ada darah Priscilla yang menempel di pisau tersebut.Albert memperhatikan pisau itu setiap detilnya, "Pisau murahan," ucapnya, lalu membuang pisau itu ke tempat sampah."Tolong lepaskan saya pak Albert," Ivan memohon dan berlutut di kaki Albert."Saya bisa lepaskan kamu, asalkan kamu berhenti bekerja untuk Diandra."Ivan terdiam sejenak, jika ia berhenti bekerja untuk Diandra otomatis uang muka yang sudah ia terima har

  • Hello, Papa!   Chapter 90

    Di pagi hari Jay baru tau tentang insiden yang menimpa Priscilla semalam, setelah membaca pesan dari Nadine Jay langsung pergi ke kontrakan Leonard. Niko pun ikut serta bersama Jay, karena ia curiga kalau kejadian yang menimpa Priscilla tadi malam ada hubungannya dengan Diandra. "Kamu yakin ini gak ada hubungannya sama Diandra?" tanya Niko. Nadine mengangguk ragu, Nadine tidak bisa menuduh Diandra karena ia juga tidak tau siapa yang sudah menyerang Priscilla dan siapa dua orang yang sudah menyelamatkan Priscilla. "Nik, gue yakin banget kalau ini ulah Diandra. Kejadian penyerangan itu terjadi sesudah Diandra bebas dari penjara kan?" "Tapi Jay, Nadine aja yang semalem ada di TKP gak bisa kan bilang kalau kejadian itu ada sangkut pautnya dengan Diandra." Niko membantah pendapat Jay bukan tanpa sebab, ia hanya tidak ingin menuduh seseorang tanpa bukti. "Oke kalau gitu kita langsung aja ke rumahnya Frederick, kita pastiin itu ulah dia ata

  • Hello, Papa!   Chapter 91

    Setelah kejadian kemarin, Priscilla akhirnya pindah ke rumah Jay hari itu juga. Jay tidak ingin Priscilla celaka lagi, memang Diandra sudah tidak ada lagi di sini tapi Jay tetap khawatir jika Priscilla akan terluka lagi. Priscilla tidak membawa banyak barang saat pindah ke rumah Jay, ia hanya membawa pakaiannya dan beberapa kebutuhan Sera. Sebenarnya di sana semuanya sudah tersedia lengkap untuk Priscilla, tapi Priscilla tetap ingin membawa barang yang ada di kontrakan karena sebagian merupakan hadiah dari orang-orang yang menjenguk Priscilla. Priscilla harus menghargai pemberian mereka, meskipun nominalnya tidak seberapa tapi mereka sudah menunjukkan kepedulian terhadapnya. Saat Priscilla sampai di sana, ia di sambut oleh seorang art dan baby sitter yang ditugaskan untuk membantu Priscilla nanti dalam merawat Sera. Jay tidak sembarangan dalam mempekerjakan baby sitter, ia mengambil seorang baby sitter yang memiliki pengetahuan dan jam kerja tinggi dalam mengurus bayi. Set

Latest chapter

  • Hello, Papa!   Chapter 103 (End)

    Malam hari, Di bawah temaramnya lampu balkon kamar, Priscilla berdiri menatap ke arah bintang yang tengah bersinar dengan indahnya. Rambut panjangnya tergerai indah ke belakang tersapu angin malam, bulu matanya yang lentik menciptakan sebuah bayangan di bawah matanya. Priscilla berbalik dan tersenyum hangat ke arah Jay, salah satu tangannya mengulur untuk menyambut Jay ke dalam pelukannya. Gadis yang dulu ia tolong saat ingin bunuh diri, ternyata adalah jodohnya. Rasa kasihan di hati Jay yang dulu ada untuk Priscilla, kini sudah berganti menjadi rasa cinta yang begitu mendalam untuk perempuan yang ada di hadapannya. Jay tidak pernah menyangka bahwa ia akan mencintai seorang perempuan sampai seperti ini, Priscilla benar-benar membuat Jay tergila-gila padanya. Jay menyambut uluran tangan Priscilla dan menggenggamnya erat, netra mereka saling bertemu dan mengisyaratkan betapa mereka saling mencintai satu sama lain. Jay memeluk Priscilla erat, dan menjamah tiap inci

  • Hello, Papa!   Chapter 102

    Sesampainya mereka di bandara, seketika suasana langsung berubah haru. Priscilla yang sedari kemarin berusaha untuk tetap tenang akhirnya menangis juga saat tinggal beberapa waktu lagi Jay akan pergi, begitu juga Niko yang nampak galau karena akan ditinggal Jay padahal mereka baru saja dekat belum lama ini. "Kamu baik-baik ya disana, makan dan tidur yang teratur. Rajin-rajin hubungin aku, terus jangan genit sama cewek-cewek bule. inget!" Priscilla menyentil hidung Jay, Jay hanya bisa tertawa pelan saat mendengar ucapan terakhir istrinya. "Iya istriku sayang, kamu juga jaga diri ya selama jauh dari aku." Jay mengecup ujung kepala Priscilla. "Nik, gue titip anak sama istri gue ya. Jangan sampe ada yang berani godain dia," "Tenang aja Jay, saya bakal jagain Priscilla dan Sera dengan baik." "Kamu tenang aja Jay, papi ada disini buat menantu dan cucu papi. Gak akan ada yang berani ganggu mereka selama ada papi," ujar Andrew. Jay memeluk Priscilla sejenak, dan

  • Hello, Papa!   Chapter 101

    Tiga hari kemudian, Jay dan Priscilla akhirnya pulang dari masa honeymoonnya. Mereka nampak semakin lengket seakan sulit untuk dipisahkan satu sama lain, mereka baru tau tentang gagalnya pernikahan Stefan saat sedang mengunjungi Andrew dan dugaan Priscilla benar adanya kalau Shaelana memang tengah hamil. Priscilla tidak menyangka kalau ayah dari bayi yang Shaelana kandung adalah Hendrick, pantas saja kemarin Shaelana nampak gelagapan saat Hendrick meneleponnya. Semenjak batal menikah, Stefan hanya mengurung diri di dalam kamarnya. Ia tidak pergi ke kantor, bahkan tidak ingin makan apapun jika Lilyana tidak memaksanya sembari menangis. Andrew tidak melakukan apapun untuk membujuknya, ia ingin memberi pelajaran kepada Stefan agar otaknya bisa lebih cerdas dalam menghadapi perempuan. Untungnya pernikahan kemarin tidak mengundang banyak orang, jika sampai mengundang banyak orang maka Andrew akan merasa sangat malu di hadapan para tamu karena mempelai wanita di bawa pergi oleh le

  • Hello, Papa!   Chapter 100

    Keesokan paginya, Stefan langsung menyiapkan semua kebutuhan untuk pernikahannya dengan Shaelana. Andrew sempat tidak setuju dengan pernikahan mendadak ini, karena Andrew yakin ada yang tidak beres dengan Shaelana. Namun Stefan nampaknya tidak perduli dengan kekhawatiran Andrew, ia tetap mengurus pernikahannya dengan Shaelana tanpa persetujuan Andrew. Dengan menggunakan gaun pengantin dan tuxedo yang tersedia di butik, Stefan dan Shaelana menikah dengan hanya dihadiri oleh Andrew, Lilyana dan beberapa kerabat Shaelana yang ada di Indonesia. Shaelana berjalan menuju altar di dampingi oleh sepupu jauhnya, kedua orang tua Shaelana tentu tidak tau tentang pernikahan ini. Shaelana menutupi dari seluruh kerabatnya dengan berkata kalau kedua orangtuanya berhalangan hadir hari ini, jika kedua orangtuanya tau kalau Shaelana menikah dengan lelaki lain tentu mereka akan menentang keras pernikahan ini. Bisnis keluarga Shaelana bergantung pada Hendrick, jika ia sampai gagal m

  • Hello, Papa!   Chapter 99

    Keesokan harinya, di pagi-pagi buta. Priscilla, Jay dan juga Desti sudah bersiap-siap untuk berangkat ke pulau Bali. Menempuh perjalanan selama hampir dua jam, mereka kini akhirnya sampai di bandar udara Gusti Ngurah Rai. Desti yang tidak pernah berlibur sejauh ini, nampak sangat senang sampai terus mengucapkan terimakasih berkali-kali kepada Priscilla dan juga Jay. Karena Priscilla suka dengan suasana pantai, jadi Stefani memesankan resort yang berada dekat dengan pantai. Begitu melihat hamparan air laut di depan matanya, Priscilla langsung lupa diri dan ingin cepat-cepat sampai ke resort agar bisa bermain di pantai. Benar saja, saat mereka sampai di resort Priscilla langsung mengganti pakaiannya dan keluar menuju pantai dengan menggunakan celana hotpants dan kaus oblong oversize. Jay padahal sudah berantisipasi dengan menyembunyikan semua bikini milik Priscilla, tapi ternyata istrinya itu pintar menjaga keindahan badannya tanpa perlu Jay nasihati. Priscilla nampak b

  • Hello, Papa!   Chapter 98

    Setelah mengemasi barang untuk honeymoon besok, Priscilla merebahkan dirinya di atas ranjang Jay. Mulai hari ini ia akan tidur di kamar Jay, sedangkan kamar sebelah akan ditempati oleh Sera dan Desti. Heni, art yang mengurus rumah ini akan tinggal di paviliun. Paviliun itu tadinya hanya di gunakan sebagai gudang, namun sekarang sudah di renovasi senyaman mungkin agar Heni betah menempatinya. Tapi hingga menjelang sore Heni belum juga terlihat di rumah ini, ia juga tidak mengabari siapapun kemana ia pergi.Pada sore hari, Heni baru sampai di rumah entah darimana. Di tangannya menjinjing beberapa buku, dan wajahnya nampak sangat kelelahan. Heni sangat terkejut saat mendapati Priscilla sudah tiba di rumah dan tengah duduk di ruang keluarga, pasalnya yang Heni tau mereka baru akan pulang esok hari dan sekarang Heni tidak menyiapkan makan karena Niko biasanya sudah makan di luar."Heni, kamu darimana?" tanya Priscilla."Heni abis main ke rumah temen

  • Hello, Papa!   Chapter 97

    Priscilla mengerjapkan kedua matanya saat mencium wangi aroma kopi menyeruak masuk ke dalam hidungnya, saat kedua matanya terbuka lebar ia melihat siluet Jay yang tengah berdiri di dekat jendela sembari memegang secangkir kopi. Handuk melilit bagian tubuh bawahnya, dan rambutnya yang masih setengah basah mengalirkan air ke bahunya yang bidang. "Sil, kamu udah bangun?" sapanya. "Baru bangun kok, aku ke kamar sebelah dulu ya liat Sera." Priscilla hendak bangkit dari tempat tidur, tapi Jay menjegal tengannya pelan. "Sera udah aku tengokin kok tadi, dia masih tidur. Stok ASI juga masih banyak, kamu gak perlu kesana." "Oh iya udah, aku mandi aja deh kalo gitu." Karena pertempuran semalam, badan Priscilla terasa tidak nyaman dan lengket sekali. Priscilla sudah mengambil kimono handuk miliknya, tapi tiba-tiba Jay mengambil kimono itu dan melemparkannya jauh. "Gak usah pake handuk," Jay menaikkan satu sudut bibirnya. Dal

  • Hello, Papa!   Chapter 96

    Setelah menyusui dan menyetok ASI untuk Sera, Priscilla kembali ke kamarnya karena ia sudah meninggalkan Jay hampir dua jam lamanya. Priscilla mendadak gugup saat ingin masuk ke dalam kamar, karena mulai malam ini ia akan tidur satu ranjang dengan Jay dan mungkin malam ini juga ia akan menunaikan kewajibannya sebagai istri untuk Jay. Saat Priscilla masuk ke dalam kamar, ternyata Jay sudah tertidur lelap di atas ranjang karena kemarin malam ia tidak tidur dengan nyenyak. Priscilla yang belum mandi sejak acara resepsi selesai, kini memutuskan untuk mandi terlebih dahulu sebelum menyusul Jay tidur. Priscilla membuka koper miliknya untuk mencari piyama yang akan ia kenakan malam ini, namun entah kenapa semua piyamanya kini sudah tidak ada di tempatnya dan berganti dengan beberapa lingerie seksi. Karena tidak ada yang bisa dipakai dengan layak malam ini, mau tidak mau Priscilla akhirnya memakai salah satu lingerie tersebut yang modelnya masih lebih baik daripada yang

  • Hello, Papa!   Chapter 95

    Empat jam lagi Jay akan resmi mempersunting Priscilla, rasa gugup di hatinya semakin menggebu-gebu. Sejak semalam Jay tidak bisa tidur dengan nyenyak, setiap akan memejamkan mata bayangan wajah Priscilla selalu melintas di depan wajahnya membuat Jay jadi salah tingkah. Suara tangisan Sera terdengar dari kamar sebelah, biasanya Jay akan langsung pergi kesana jika mendengar Sera menangis tapi kali ini rasanya ia tidak mampu untuk melangkah kesana. Untungnya bayi kecil itu tidak lama menangisnya, Jay kembali merebahkan dirinya di atas ranjang berharap bisa tidur sejenak agar tidak mengantuk nanti saat menjalankan prosesi pernikahan. Suara bel terdengar dari luar rumah, tidak lama kemudian suara langkah beberapa orang naik ke lantai atas. "Sebelah sini kamar pengantin wanitanya," ucap Niko, lalu mengetuk kamar Priscilla pelan. Setelah MUA dan beberapa asistennya masuk ke kamar Priscilla, gantian Niko yang masuk ke kamar Jay. Saat melihat raut wajah Jay Nik

DMCA.com Protection Status