Beranda / Romansa / Ajari Aku Salat / Bab 181 - Bab 190

Semua Bab Ajari Aku Salat: Bab 181 - Bab 190

222 Bab

Kita Saling Mengenal

“Umi, itu calonnya Gus Han? Aku kira sama Halimah, sepertinya Halimah juga suka sama Gus Han.” Bu Nyai hanya tersenyum saja ketika tukang masak menanyakannya. Tapi itu akan dia klariikasi dengan sang putri. ***Meyyis*** Malam ini seperti kesepakatan. Kyai Mustofa akan melamarkan Diva untuk Hanafi. Mereka pergi ke rumah Diva. Kali ini Diva juga ikut. Bukan lamaranya yang Diva pikirkan. Tapi malam ini dia akan bisa menghubungi sahabatnya di Speed Demon. Dia duduk terdiam di jok tengah bersama Bu Nyai. Sedang Kyai Mustofa Syafi’i berada di depan samping supir. Dan Hanafi sendiri ada di belakang. “Diva, terima kasih sudah mau menjadi bagian dari keluarga kami. Anak kami dua-duanya memang super duper bikin pusing. Tidak tahu apa, abi dan uminya sudah semakin peyot dan ompong. Sudah keriput dan lemah. Kalau tidak menikah-menikah, kapan bisa mengatur pesantren,” sindir Bu Nyai. Diva hanya nyengir.
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-12-25
Baca selengkapnya

Kita Saling Mengenal 2

“Mari ikut umi, Gus Han!” Mereka menuju ke belakang, dengan Diva masih digandeng oleh sang umi. Diva memang bener-bener sangat cuek dengan penampilan, membuat snag umi juga terkadang pusing tujuh keliling.***MEYYIS*** Diva dan Gus Han duduk di teras belakang. Ada kursi panjang di taman yang memang didesain untuk santai keluarga. Mereka terdiam sejenak dengan Diva yang mulai memejamkan mata karena mengantuk. Hanafi curi-curi pandang dan melihatnya sudah memjamkan mata. Dia menarik napasnya agak berat. “Diva ...” “Hem ....” Dia hanya menggeram. “Sekali lagi aku tanyakan. Apa kamu yakin?” tanya Gus Han. “Kenapa tidak? Sepertinya Gus yang tidak yakin? Apa masih berpikir menikah dnegan Halimah?” Gus Han menelan ludahnya payah. Memang benar dia masih mencintai Halimah. Tapi cinta itu sudah dia kubur dalam-dalam. Dia sudah ikhlas jika Allah
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-12-25
Baca selengkapnya

Gara-Gara Gus 1

Jangan lupa baca juga sub novel berjudul “Janda Terhormat” perjuangan seorang janda yang ditinggal meninggal suaminya bahkan tanpa pesan apa pun. Kejadian itu bahkan terjadi saat dia melahirkan sang putra. Bisa dibayangkan sakitnya. ***Meyyis*** “Ini jadinya gimana?mau debat saja apa gimana? Gue bener-benar ngantuk, Gus!” Diva dengan nada tinggi membentak Gus Han. Lelaki itu hanya tersenyum. “Senyum-senyum lagi.” Diva memutar bola matanya malas. “Baiklah, ternyata kamu juga nggak sabaran. Aku hanya ingin tahu, alasan di balik kamu suka ngetrek di jalanan.” Gus Han kini sudah mulai tidak sungkan memandang Diva dengan lekat. Entah mengapa dia ingin melakukannya. Diva menoleh ke arah Gus Han. Dia menimbang-nimbang, apakah lelaki didepannya berhak tahu atau tidak. Diva menarik napasnya dalam. Ada perasaan berat menderanya. Tapi dia adalah calon suami, jadi
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-12-25
Baca selengkapnya

Gara-Gara Gus 2

“Mulai sekarang jangan. Aku akan cemburu. Satu lagi, panggil aku Mas bukan Gus. Kau tidak ingin mengenalku lebih dalam?” Diva memandnag lurus ke depan. Lelaki itu ... ah, Diva tidak sempat mendeskripsikan makhluk ajaib didepannya itu. Lelaki itu terasa penuh misteri untuknya. Tapi juga cukup menarik. Ternyata tidak sekaku yang dia lihat. Gus Han penuh dengan selera humor. Dan yangh pasti membuatnya sangat ingin belajar, dari mana lelaki itu memiliki skil balapan, padahal dirinya kerja dan tinggal di pondok mengurus pesantren itu.***MEYYIS*** “Hahaha ... cemburu? Ck, itu yang aku tidak suka kalau punya pasangan.tapi it’s oke. Aku akan turuti ... Gus, eh Mas Han. Aneh banget manggilnya begitu?” Diva malu-malu. Jangan pernah betanya apa Diva memiliki ketertarikan dengan Gus Han? Wanita itu mudah sekali berubah. Hatinya bisa tiba-tiba mencintainya tanpa ada apa pun. Ya, memang begirulah karakter gadis tujuh belas tahun, dengan k
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-12-25
Baca selengkapnya

Al-Quran Penyelamat

“Iya, aku kaget tadi kejedot, jatuh.” Hanafi menarik napas. Dia menyuruh Diva untuk mengompres yang kejedot tadi agar tidak memar. Sebuah keajaiban, Diva mau menuruti. Dia masih melakukan panggilan dnegan Gus Han menuju ke Dapur.                      BAB XCVIALQURAN PENYELAMAT Diva mengompres bekas bengkak jidadnya. Han masih memperhatikannya. “Sakit banget, ya?” tanya Gus Han. “Udah biasa, jadi ada apa? ‘Kan baru ketemu?” Diva meletakkan mangkuk berisi air hangat dan handuk basahnya ke meja yang ada di kamar itu. “Aku mau melanjutkan cerita yang tadi. Masih mau denger?”
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-12-26
Baca selengkapnya

Al-Quran Penyelamat 2

“Kau baik-baik saja? Oh, maafkan Om Dokter, tadi mengambil bukumu yang ada di pelukan. Suster Anisa, mohon untuk buku tadi kembalikan kepada anak ini.” Dokter tersebut sedikit berteriak karena asistennya bernama Anisa agak jauh dari jangkauannya. ***MEYYIS*** “Baik, Dok. Apakah Al-Qur’an yang dokter maksud?” Hanafi tersenyum sedikit walau kenyataan membelenggunya. Dia langsung meraih Al-Qur’an tersebut. Sang suster tersenyum. Hanafi merasa ingin ke kamar mandi. Perutnya tidak bisa ditahan lagi mulas dan meminta untuk segera dibuang. Hanafi belum menyadari jika salah satu kakinya sudah hilang dari tubuhnya. Dia bangun dan menjerit ketika melihat dan merasakan  kakinya sudah terbungkus dengan kain perban berwarna putih. “Aaa!” Semua orang yang ada menoleh ke arahnya. Sang dokter yang beberapa waktu lalu baru menjauh darinya kembali menghampirinya. &l
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-12-26
Baca selengkapnya

Dasar Mesum 1

Tangan remaja laki-laki itu menengadah. Satu ayat terucap dari penggalan doa Nabi Adam ketika merasa dosa berkalang. Ada ribuan harapan untuk datang ke masa depan yang lebih baik. Doa terbaik supaya keadaan di depan matanya dapat segera berakhir. Beralih dengan kebangkitan. “Nak, makanlah selagi hangat!” Seorang berseragam tentara memberinya nasi bungkus. Hanafi mengucapkan terima kasih. ***Meyyis*** Hari-hari berlalu dengan menatap kepiluan banyak jenazah yang tidak bernama di sana. Setelah melakukan pendatan, praktis mereka melakukan penguburan. Air mata tidak lagi dapat terelakkan. Dengan kaki yang masih basah Hanafi juga menyaksikannya. Tongkat penyangga membantunya berdiri. Doa untuk mengiringkan kepargian jenazah-jenazah itu terdengar dari seorang ustad. Demikian juga dengan mulut mungil Hanafi. Suara takbir menggema di setiap sudut pemakaman. Air mata tumpah membasahi bumi serambi.
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-12-26
Baca selengkapnya

Dasar Mesum 2

“Eh, terima kasih, Nak. Aku sudah beberapa jam mencari Alika. Ternyata ada di sini.” Wanita paruh baya itu meraih tubuh Alika dari pelukan Hanafi. “Iya, Bu. Tadi Alika menangis dn memanggil-manggil  bundanya. Saya hanya membantu menenangkannya saja.” Wanita paruh baya itu mengangguk dan membopong Alika. “Saya Hanafi, Bu.” Sekali lagi wanita itu mengangguk. “Oh, saya Bu Aida. Saya permisi dulu,Nak. Berat lama-lama gendong Alika.” Hanafi tersenyum dan membiarkan Ibu Aida pergi meninggalkannya. Hanya memandang punggungnya saja yang semakin menjauh dari pandangannya. Hanafi meraih tongkatnya dan berdiri. Dia kembali ke tenda daruratnya.sebelum sampai, terlihat wanita muda duduk di pojok tenda dengan memeluk boneka. Air matanya tidak juga kering dari kemarin. “Kakak, makanlah dulu.” Seorang gadis berusia sebaya dengan Hanafi berusaha membuju
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-12-26
Baca selengkapnya

Buka Hatimu 1

“Ya Allah, mengapa dadaku sangat berdebar?” Hanafi memegang dadanya.  Dia melangkah lebih jauh agar tidak lagi melihat Zahra yang sedang mandi. Setelah sampai pada belokan, dia turun ke sungai untuk mandi. Agak sedikit kerepotan memang. Dengan satu kaki, turun ke sungai, medan begitu licin. Namun harus bisa. Tidak mungkin dirinya terus tergantung pada orang lain. Hanafi bukan asli orang Aceh. Dia ke sini hanya memenuhi undangan saja. Hanafi kembali mengingat ibunya yang ada di Jawa. Ibunya pasti sangat mengkhawatirkannya. Air matanya menerobos menganak sungai ke pipi mengingat sang ibu. Hanafi menangis sambil berusaha mengguyur tubuhnya. “Umi, doakan Han. Semoga bisa kembali ke pelukmu.” ***Meyyis*** Diva masih terdiam mendengarnya. Ada jiwa yang melayang ketika mendengar ceritanya.bahkan air matanya menerobos membasahi bantal yang bersarung warna orange sebab identik dengan Marquez. “D
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-12-27
Baca selengkapnya

Buka Hatimu 2

“Diva, jangan main sampai malam, Diva jangan ini, Diva jangan itu ....” Dia menghentikan aktivitasnya. “Kalau sampai begitu? Gue tendang ke tong sampah.” Diva membasuh wajahnya. Wanita itu kemudian meraih haduk kecil dan mengucurkannya ke air hangat. Dia menempelkan ke wajahnya. Setelahnya melempaer handuk itu di keranjang baju kotor. “Ah, saatnya tidur. Mimpi indah ....” Diva terlentang. Dia mematikan lampunya. Kemudian mencoba tidur.***MEYYIS*** Gus Han akan memejamkan mata waktu ponselnya berdering. Dia meraihnya dan mengangkatnya masih dalam posisi terpejam. “Apalagi, Sayang. masih kangen?” Sang penelpon berdehem mendengarnya. Mendengar suara deheman seornag laki-laki, Gus Han mendelik. Di layar ponselnya ternyata bukan Diva tapi Gus Fatih. “Abang? Sory, sory ... Ana kita tadi Diva.” Gus Fatih terkekeh mendengar pengakuan dari adik angkatnya itu. Sed
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-12-27
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1718192021
...
23
DMCA.com Protection Status