Home / Romansa / Membalas Perselingkuhan Suamiku / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Membalas Perselingkuhan Suamiku: Chapter 1 - Chapter 10

51 Chapters

BAB 1: Dunia yang Seakan Runtuh

Suara desahan yang seharusnya terdengar merdu menjadi begitu menyakitkan di telinga wanita yang kini bersembunyi di dalam lemari kayu berukuran besar. Bulir bening membasahi pipi chubby yang dihiasi oleh bintik-bintik cokelat hingga batang hidung. Kedua tangan membekap erat bibir yang sejak tadi bergetar menahan suara tangis yang ingin keluar.Pujian dan rayuan yang dilontarkan oleh sepasang pezina itu semakin menyesakkan dadanya. Ia marah, sehingga mata abu-abu gelap itu dikelilingi sklera yang memerah. Kali ini ia membuktikan sendiri gunjingan tetangga tentang pria yang telah dinikahinya sepuluh tahun lalu.Pada awalnya wanita bertubuh gempal itu tidak percaya dengan bisik-bisik tetangga yang mengatakan sang Suami berselingkuh. Ia beranggapan mereka hanya iri dengan rumah t
Read more

BAB 2: Pria Misterius

“Siapa kau sebenarnya? Kenapa tiba-tiba muncul di hadapanku? Kenapa kau menawarkan bantuan?” cecar Leona memberanikan diri.Pria bermata biru itu tertawa, membuat bibir tipis dengan lengkung sempurna itu nyaris tak terlihat. Dia menarik napas melalui sela gigi yang beradu, masih memandang Leona.“Wow! Jangan terburu-buru Nyonya.” Dia menegakkan tubuh yang tadi bersandar di besi jembatan. Tangan kokoh itu menarik baju kaus yang dikenakan, sehingga menjadi lebih rapi dibandingkan tadi.“Aku dikirim malaikat untuk membantumu,” ujarnya tersenyum tipis.“Bohong!” tuding Leona mundur satu langkah ke belakang.Kini ia tampak ketakutan. Tubuh yang tadi gemetar akibat lapar, bertambah ge
Read more

BAB 3: Perang Batin

“Ceritakan kepadaku apa yang sebenarnya terjadi kepadamu.” West mematut Leona lamat-lamat dari kepala perlahan ke bawah. Dia bisa mengetahui dulunya, wanita itu memiliki wajah yang cantik. Bagi lelaki yang telah bertemu banyak orang seperti dirinya, akan sangat mudah mengenali watak siapa saja yang ditemui. “Katakan dulu apa pekerjaanmu. Sebelum ke sini kau berkata akan mengatakannya ketika di rumah.” Leona malah tidak menjawab pertanyaan West. “Aku?” “Iya. Siapa lagi? Apa aku bertemu dengan Shaun dan istrinya sebelum kita ke sini?” West tertawa mendengarnya. “Wah, ternyata kau memiliki sisi ketus juga, Leona.” Leona menegakkan tubuh dengan dagu terangkat ke atas. Kali ini d
Read more

BAB 4: Rencana Gila West Taylor

Mata abu-abu Leona berkedip pelan menatap tak percaya, setelah mendengar perkataan West barusan.“Kau … jangan bercanda, West. Sama sekali tidak lucu!”Pria bermata biru itu mengangkat bahu dengan bibir melengkung. “Tidak begitu juga. Aku setengah serius, Leona.”Bibir Leona terbuka sedikit, sebelum mengeluarkan tawa keras. “Setengah serius? Kau lihat aku, West. Gendut, sama sekali tidak menarik. Sedangkan kau ….”Wanita itu menarik napas lesu, lantas menundukkan kepala. “Menarik. Cukup tampan. Aku yakin banyak wanita di luar sana menyukaimu.”“Meski itu hanya bercanda, tolong jangan ucapkan lagi,” sambungnya kemudian.
Read more

BAB 5: Size Zero

Tangan besar Leona meraba ke sisi kiri tempat tidur dengan mata masih terpejam. Kening berkerut menyadari tidak ada orang di sana. Kelopak netra abu-abu itu perlahan terbuka, lantas menatap lesu ruang kosong yang ada di sebelah.Tidak ada Mark di sana. Biasanya ia memeluk pria itu sebelum membuka mata, kemudian suaminya memberi kecupan selamat pagi. Begitulah setiap pagi yang ia lewati dulu. Kini semua berubah setelah pengkhianatan Mark. Lelaki itu bahkan masih bersandiwara seolah masih mencintainya, sebelum aksi bejatnya diketahui Leona.Hari kedua tanpa suami di sisi, masih terasa berat bagi Leona. Bayangkan, ia telah menghabiskan waktu sepuluh tahun bersama, berbagi suka dan duka. Sekarang hanya luka yang ia rasakan. Lagi, bulir bening meluncur begitu saja dari sudut matanya.“Leona.” Tiba-tiba terden
Read more

BAB 6: Pria Tak Tahu Malu

West menoleh ke arah pandangan Leona. Dia melihat seorang pria berambut model Ivy League berjalan memasuki area café bersama dengan seorang pria lainnya. Kening berukuran ideal tersebut berkerut bingung. “Itu Mark?” gumam West kembali beralih kepada Leona. Wanita itu mengangguk singkat. Dia masih mengawasi pergerakan Mark dengan sudut mata. “Dia ke sini,” balas Leona mulai cemas. Ternyata pria yang masih berstatus sebagai suaminya itu melihat keberadaan dirinya di sana. Tubuh Leona mulai bergetar merespons perasaan yang bercampur aduk saat ini. Mengetahui hal itu, West langsung pindah ke samping Leona. Dia menggenggam erat jemari wanita tersebut, agar menguatkannya. “Kau tidak perlu takut, Leona. Kita lihat bagaimana reaksinya setelah ini,” ujar West pelan. Mark semakin dekat dengan mereka sekarang. Mata elang kecokelatan itu tidak beranjak seperti ingin melahap Leona hidup-hidup. “Thanks God, akhirnya
Read more

BAB 7: New Place

Mata abu-abu lebar milik Leona mengitari rumah minimalis yang terbuat dari kayu. Suasana sekitar terasa begitu hening, karena rumah ini terletak di tempat terpencil. Jika saja West mengajaknya ke sini saat awal mereka bertemu, tentu ia akan menolak mentah-mentah. Tentu khawatir jika diculik dan disekap di sini hidup-hidup.“Semoga kau menyukainya, Leona,” ujar West memandang wajah takjub wanita itu.Leona menoleh dengan semringah. “Sure, West. I love it. Suasana di sini begitu tenang dan nyaman.”West mengangguk cepat. “Aku bisa melihatnya. Ayo masuk!”Dia menarik tangan Leona ketika melangkah memasuki rumah tersebut.Begitu berada di dalam, Leona semakin dibuat terkesima dengan interior rumah. Sebuah kepala rusa terpajang di atas tungku perapian. Satu set meja kayu berada di depan tempat perapian. Tak jauh dari sana terdapat satu set sofa berukuran menengah.“Ke mana Shaun dan Cass
Read more

BAB 8: New Hope

“Maaf, aku hanya ingin memberikan bantal dan selimut ini kepadamu,” ucap Leona ketika suasana semakin terasa tegang. Lebih menegangkan dibanding film horor yang pernah ditontonnya bersama dengan Mark dulu.Dia menarik napas panjang sebelum mundur sedikit ke belakang. Entah kenapa jantungnya menjadi terusik ketika melihat wajah West dari jarak dekat. Apalagi mereka sempat berbagi pandang beberapa saat. Untuk pertama kali dalam sepuluh tahun, Leona merasa debaran tak biasa di dalam diri.Ini hanya karena terbawa suasana saja. Jangan berpikir aneh-aneh, Leona, gumamnya dalam hati.“Selimutnya hanya satu, Leona.” West mengubah posisi menjadi duduk, lantas menyerahkan lagi selimut kepada Leona.Wanita itu menggeleng. “Buatmu saja. Lemakku masih cukup untuk menghangatkan tubuh,” sahutnya setengah bercanda.West tergelak mendengar perkataan Leona barusan. “Di sini dingin ketika malam hari. Kau yakin lemak
Read more

BAB 9: Debaran yang Masih Sama

Satu bulan kemudianLeona berusaha membuka mata yang masih terasa berat. Setelah memaksa agar kelopak terangkat, akhirnya ia bisa melihat pria yang terlelap di sisi lain tempat tidur dengan jelas. Siapa lagi jika bukan West Taylor.Ya, sampai saat ini mereka masih berbagi tempat tidur dan selimut. Pada awalnya Leona dan West merasa canggung, tapi sekarang sudah terbiasa. Terlebih hubungan keduanya juga menjadi akrab, layaknya teman dan rekan kerja.Hari ini adalah hari penimbangan berat badan. Sesuai dengan saran West, Leona boleh menimbang berat badan satu bulan setelah program penurunan berat badan dimulai.Satu bulan dijalani Leona dengan penuh perjuangan. Apalagi West benar-benar menerapkan peraturan ketat kepadanya, terutama perihal makanan. Jangan harap wanita itu bisa mengkonsumsi es, cokelat, kopi dicampur krim dan sejenisnya.Mengenai Mark, pria itu ternyata benar-benar telah melayangkan gugatan cerai kepada istrinya. Tak
Read more

BAB 10: Secarik Kisah Cinta West Taylor

Leona menggelengkan kepala sambil memejamkan mata sebentar. Langkah kakinya terus bergerak menuju dapur. Tangan meraba dada kiri yang masih berdebar sejak ia memeluk West tadi.“Sepertinya aku terlalu senang, sehingga jantung ini jadi tidak beraturan,” racaunya pada diri sendiri.Senyum kembali terurai di wajah yang sudah tidak chubby lagi. Kedua tangan Leona berpindah naik ke pipinya. Dia menepuknya pelan masih belum percaya dengan berat badan yang turun mencapai angka lima belas kilogram.“Kau harus tetap semangat, Leona. Sedikit lagi,” katanya menyemangati diri, “aku sudah tidak sabar menanti saatnya tiba.”Leona mengambil adonan roti yang telah disediakannya tadi malam dari lemari yang menggantung di dapur. Ternyata sudah mengembang dan tinggal dipanggang. Dia mengeluarkan satu kepal adonan, kemudian meninjunya keras-keras.“Aku akan menghajarmu, Mark,” gerutunya seolah menghajar wajah sa
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status