Home / Romansa / Membalas Perselingkuhan Suamiku / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Membalas Perselingkuhan Suamiku: Chapter 11 - Chapter 20

51 Chapters

BAB 11: Can't Sleep Without You

Leona tercenung mendengar cerita cinta West yang ternyata di luar dugaan. Dia berpikir pria itu tidak menyukai wanita, tapi pikirannya ternyata salah besar. Lelaki yang ia kenal satu bulan lebih tersebut mencintai seseorang secara sepihak.Di saat dirinya berpikir, lelaki di dunia ini brengsek dan tukang selingkuh, West berhasil membuktikan kesetiaan. West masih mencintai wanita itu meski tidak bisa memilikinya.“Apakah wanita itu sudah menikah sekarang?” Pertanyaan lain diajukan lagi oleh Leona.Dia menoleh kepada Cassie yang nyaris menumpahkan minuman karena tersedak. Leona segera meraih tisu dan menyerahkannya kepada wanita berambut pirang tersebut.Bahu yang berukuran ideal milik Cassie terangkat sebentar ke atas. “Entahlah. Shaun tidak menceritakannya kepadaku. Yang jelas wanita itu sudah melakukan kesalahan besar, karena telah menolak pria sebaik Bos.”Leona mengangguk membenarkan perkataan rekan kerja West ini. Satu b
Read more

BAB 12: Suasana yang Membuat Khilaf

West berdiri di depan pintu kamar yang kini terbuka lebar. Pria itu memegang bantal dan selimut dengan kedua tangan. Pandangannya tampak sayu mengitari paras Leona. Jantungnya bertalu-talu melihat wanita itu. Suasana mendadak menjadi syahdu, karena penerangan yang minim. Ada apa dengan mereka berdua? Padahal sebelumnya biasa-biasa saja selama satu bulan ini tidur satu kamar. (Beuh ini nggak penting. Abaikan haha) “I can’t sleep without you, Leona,” lirih West masih menatap lekat wanita itu. Leona menarik napas yang terasa berat karena ada perasaan aneh di dalam hati. Dia berusaha tersenyum, tapi tidak bisa. “Boleh aku tidur di sini lagi?” tanya West hati-hati. Wanita itu menelan ludah mendengar pertanyaan yang diajukan West. Kepalanya perlahan mengangguk. “Thank you,” ucap lelaki itu kemudian melangkah memasuki kamar. “Kau mau ke mana?” West kembali bertanya setelah meletakkan bantal dan selimut. “Aku?
Read more

BAB 13: Terbawa Suasana

Sepasang manik hitam dikelilingi warna biru terlihat saat kelopak mulai terangkat. Senyum terurai di parasnya melihat wajah cantik yang masih terlelap. West tak pernah menyangka akan melewati malam yang menggairahkan dengan Leona.Jari-jari West perlahan bergerak menyingkirkan rambut yang menutupi sebagian kening Leona. Dia membelai lembut pinggir pipi yang mulai mengecil, tidak lagi se-chubby dulu. Ah, wanita itu mulai memperlihatkan seperempat dari kecantikan yang ia miliki.Kilat bayangan pertemuan West dengan perempuan yang berhasil mencuri hatinya tiga belas tahun silam, kembali melintas di pikiran. Perasaannya kembali meluap ketika mengingat pertemuan pertama dengan gadis itu.Perasaan itu muncul lagi, bisik West dalam hati.Kepala pria itu bergerak maju mendekati wajah Leona. Sebuah kecupan diberikan di kening beberapa detik. Ketika ingin melabuhkan ciuman di bibirnya, Leona mulai bergerak pelan. Tubuhnya menggeliat di bawah selim
Read more

BAB 14: Keanehan Sikap West

Leona mendongakkan kepala sehingga tatapannya bertemu dengan mata biru milik West. Dia tersenyum kecut.“Jangan bercanda, West. Tidak lucu,” katanya melonggarkan pelukan.West meraih kedua tangan Leona, kemudian mengusap punggungnya dengan ibu jari. Kepalanya menggeleng pelan ketika dia menatap lurus wanita itu.“Apa aku terlihat sedang bercanda?”Wanita itu menelan ludah mendengar perkataan West. Matanya berkedip cepat, lalu bergerak ke tempat lain.“Aku ini wanita yang masih berstatus sebagai istri orang lain,” desisnya memutar balik tubuh menghadap meja dapur.“Aku bisa menunggu sampai kau resmi bercerai.”Leona mendesah pelan. “Aku tidak ingin dijadikan pelarian dan tidak ingin menjadikanmu sebagai pelarian,” tanggapnya mengulangi lagi perkataan sebelumnya.West maju selangkah, sehingga berada tepat di belakang Leona. Dia menumpu kedua tangan di pinggir meja, kemud
Read more

BAB 15: Tentang Keluarga Taylor

Leona menatap lurus ke depan dengan bibir mengerucut. Pertanyaan yang diajukan dua jam lalu tidak mendapatkan jawaban dari West.“Kau akan mendapatkan jawabannya setelah tiba di tempat tujuan nanti.”Hanya itu yang dikatakan West sebelumnya. Alhasil, Leona harus bersabar menanti mereka tiba di tempat yang dimaksudkan oleh pria itu.“Kau mau ini?” tanya Leona menyerahkan roti gandum yang dibawa dari rumah.West melihat sekilas, lantas menggeleng. “Aku sedang mengemudi, jadi tidak bisa makan. Apalagi setelah ini tanjakan dan tikungan.”Leona menarik napas singkat sebelum membuka plastik pembungkus. Dia menyobek roti tersebut, kemudian mendekatkannya ke mulut West.“Buka mulutmu. Kau pasti lapar.”Senyuman terukir di paras pria itu sebelum membuka mulut, agar bisa menampung sobekan roti. Dia mengunyah dengan cepat. Suapan lain diberikan lagi oleh Leona sampai roti tersebut habis.&ld
Read more

BAB 16: Rindu yang Tertahan

Leona tak menyangka West memiliki kisah yang menyedihkan seperti itu. Bayangkan, sang Ayah meninggal ketika beradu argumen dengan dirinya. Kemudian Ibunya meninggal ketika usaha yang dikelola West harus gulung tikar, setelah ditipu oleh seseorang. Ditambah lagi dengan kisah cinta yang tak kalah menyesakkan.“Kau masih belum menjawab pertanyaanku tadi, West.” Leona bersuara ketika mereka melangkah menuju mobil.“Pertanyaan yang mana?” Pria itu menoleh sekilas sebelum membuka pintu mobil.“Wanita yang kau cintai.” Leona benar-benar penasaran dengan perempuan itu. Apakah yang terjadi tadi malam memberi kesan berarti pada dirinya?West membuka pintu mobil, tanpa menjawab pertanyaan wanita itu. “Masuk dulu.”Leona menarik napas panjang sebelum duduk di kursi penumpang.“Kau harus menceritakannya, West,” desak Leona saat pria itu duduk di kursi kemudi.West berdecak sambil tertawa.
Read more

BAB 17: Penyesalan

Napas keluar memburu dari hidung dan bibir Leona bersamaan. Darah seakan mendidih melihat kehadiran Mark di rumah keluarganya. Sejak menikah, pria itu tidak pernah berkunjung ke sini. Untuk apa kali ini ia mendatangi kedua orang tua Leona?“West.” Pegangan tangan Leona mengetat. Wajahnya tampak tegang sekarang.“Jangan khawatir, Leona. Pria itu tidak akan bisa memfitnahmu di depan keluargamu,” tanggap West mengawasi gerak-gerik mobil jenis sedan berwarna hitam itu.“Apa maksudmu?”West melepaskan genggaman tangan Leona, kemudian memintanya untuk tetap berada di dalam mobil.“Aku akan temui pria itu,” kata West membelai lembut pinggir kepala Leona.Tanpa menunggu jawaban dari Leona, pria itu segera turun dari mobil. Dia berjalan tanpa ragu mendekati pria yang baru saja keluar dari mobil porsche.Leona kembali mendongakkan kepala agar bisa melihat kedua pria tersebut. Perasaannya semakin t
Read more

BAB 18: Arti Sebuah Keluarga

Leona tersenyum lega setelah kedua orang tuanya menerima kembali kehadiran dirinya di rumah. Dia tak pernah menyangka disambut dengan tangan terbuka. Mata abu-abu itu sejak tadi memancarkan kebahagiaan.“Kau itu terlalu overthinking, Leona,” komentar West ketika mereka duduk di taman belakang rumah.Tilikan netra abu-abu yang menatap kagum hamparan hijau pekarangan kediaman keluarga Parker, beralih kepada West.“Bagaimana kau bisa mengambil hati kedua orang tuaku?” Leona menyipitkan mata. “Mereka tidak pernah seramah ini dengan orang asing.”West tertawa lalu mengulurkan tangan di sandaran bangku taman. Jari-jarinya bermain dengan rambut hitam lurus Leona.“Kau lupa lagi kalau aku ini penipu andal, Leona.” West memandang lekat wajah Leona dari samping. “Mungkin mereka berterima kasih karena merasa aku telah menjagamu.”Bibir Leona melengkung ke bawah saat kepala mengangguk
Read more

BAB 19: West yang Memesona

Leona mengubah posisi menjadi duduk. Dia menatap lekat paras yang sudah tidak lagi muda itu. Berpisah selama sepuluh tahun membuat wanita paruh baya itu tampak begitu tua sekarang.“Mommy kenapa jadi begini?” tanya Leona dengan pandangan masih mengitari paras ibunya.“Begini apanya, Le?” Nyonya Parker malah mengajukan pertanyaan lagi.“Dulu waktu aku membawa Mark ke sini, Mommy dan Daddy menolaknya mentah-mentah. Sekarang, kalian berdua memperlakukan West dengan berbeda.” Leona menegakkan tubuh sebelum berujar lagi. “Kenapa? Apakah karena West keturunan bangsawan juga?”Nyonya Parker menggelengkan kepala dengan seulas senyum. “Aku sudah katakan sebelumnya, bukan? Feeling seorang ibu tidak pernah salah, Sayang. Saat kau membawa pria itu pertama kali ke rumah sebelas tahun yang lalu, aku sudah bisa melihat gelagat tidak baik darinya.”Dia berhenti sebentar
Read more

BAB 20: Kupu-kupu yang Menari di Dalam Tubuh

Leona membuang napas lesu ketika berdiri di depan cermin. Gaun yang akan dikenakan ke pesta dansa nanti malam tidak cukup untuk tubuhnya yang masih berisi. Dia tampak frustasi karena tidak ada satupun gaun yang bisa dikenakan.“Sebaiknya aku tidak datang ke pesta nanti malam, Lou,” desahnya kehilangan semangat.Louisa menggeleng tegas. “Tidak bisa. Kau harus datang, Le! Cloe keponakanmu, bagaimana bisa kau tidak hadir?”Wanita bertubuh gemuk itu merentangkan kedua tangan. Netra abu-abunya melirik sekilas ke diri sendiri. “Kau tidak lihat ini?”“Aku sudah sarankan kau untuk membeli satu gaun waktu kita ke mall, tapi kau tidak mau.” Louisa berdecak pelan.“Untuk apa membeli pakaian yang akan dikenakan satu kali, Lou? Kau lupa kalau aku harus menurunkan berat badan lagi sampai menyentuh angka ideal!?”Tentu saja alasan sebenarnya bukan begitu. Dia bisa saja membeli satu, kemudian menge
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status