Home / Romansa / Menjadikanmu Milikku / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Menjadikanmu Milikku: Chapter 81 - Chapter 90

96 Chapters

81. Membujuk

81. Membujuk   *** Ava termenung akan pertanyaan yang baru saja dilontarkan Resty. Ia memandang sahabatnya tanpa kata. "Tentu kita tidak ingin anak kita merasakan hal pedih yang pernah kita rasakan bukan?" Mata Ava memanas, riak di sana sedikit lagi pecah. Ia masih diam ketika Resty memegang kedua tangannya. "Semua orang pasti pernah membuat kesalahan, Va. Dan setiap orang berhak akan sebuah kesempatan." *** Kafka masih duduk di sofa lobi apartemen tempat Ava tinggal. Ponsel menyala dengan sambungan telepon di telinga, ia mendengarkan suara serak di seberang sana. "Cepat pulang, Kaf. Kakak kamu kecelakaan seminggu yang lalu. Dan kondisi kesehatan Papa menurun. Dia terus bertanya soal kamu." Tangan Kafka meremas ponsel yang masih menempel di telinganya. Hatinya terasa tersayat mendengar penjelasan sang mama di seberang sana. Kesehatan
Read more

82. Kepulangan Ava

82. Kepulangan Ava ***  Kafka meremas tangan Ava lembut. Mencoba menyalurkan ketenangan pada wanita itu. Keduanya saat ini tengah berada di dalam mobil pada perjalanan menuju rumah Kafka. Setelah kemarin ia berhasil membujuk Ava untuk pulang, mereka mendatangi dokter keluarga Resty untuk menanyakan perihal apakah Ava bisa melakukan penerbangan jauh atau tidak. Jawaban iya membuat Kafka semakin merasa bahagia. Tanpa menunggu lama ia langsung memesan tiket untuk kepulangan mereka. Percayalah. Selama seminggu Kafka berada di kota yang menjadi pusat selebriti itu ia tidak melakukan perjalanan yang memanjakan dirinya sama sekali. Fokusnya hanya mencari seseorang yang dicintai. Kini, semua sudah ia dapatkan. Dalam pesawat ia senantiasa memeluk Ava melingkupi diri wanita itu seolah tidak membiarkan Ava lari lagi dari hidupn
Read more

83. Menjenguk

83. Menjenguk*** "Bagaimana bisa mereka kecelakaan?" Seharian penuh di rumah keluarga Yarendra Ava merasakan hal yang aneh. Seperti ada sesuatu yang kurang di sana. Hingga keberadaan Rasya yang tidak sama sekali ia lihat menjadi jawabannya. Sebuah kenyataan di dengar, penjelasan yang mampu membuat dirinya terkejut. Bagaimana Yarendra menceritakan kecelakaan yang dialami Rasya dan Clara. Kali ini, ia dalam perjalanan ke rumah sakit bersama Kafka.Kafka yang baru saja mendengar pertanyaan Ava mengedikkan bahu. "Kamu bertanya padaku lalu aku harus tanya sama siapa?" Bukannya menjawab pria itu malah memberikan pertanyaan.Sebuah pukulan Ava daratkan di pundak Kafka. "Kamu ini. Aku tanya malah balik nanya," gerutunya. Ia mengubah posisi duduk menjadi menghadap ke depan. Kedua tangan ia lipat di depan dada.Kafka mengelus ba
Read more

84. Pinangan

84. Pinangan*** Area kolam renang keluarga Yarendra telah disulap menjadi acara tempat perayaan ulang tahun yang terlihat ... romantis? Dekorasi lampu kecil yang berkelip menghiasi setiap sudut. Lilin-lilin yang menyala berdiri cantik pada kelopak bunga teratai buatan. Disebar di seluruh permukaan kolam.Sebuah meja panjang berisi berbagai menu makanan tertata rapi. Sebuah mini bar dadakan dibuat di dekat pintu penghubung antara lokasi luar ruangan dan rumah. Bisa dilihat jelas beberapa orang duduk di ruang tengah. Satu panggung kecil di sudut lain terlihat elok dengan berbagai alat musik yang sudah tertata rapi. Ava, dengan dress berwarna peach selutut berdiri di sisi kolam. Terlihat pas sekali baju itu di tubuh Ava. Perutnya yang sedikit membuncit tidak membuatnya terlihat aneh. Kehamilannya, malah membuat auranya
Read more

85. Rencana Pernikahan

85. Rencana pernikahan *** Musik masih mengalun merdu, mengiringi langkah dua insan yang tengah berdansa menikmati momen bersama. Masih dengan memeluk Ava dan membawa kepala wanita itu pada dadanya, Kafka mencoba meresapi kebahagiaan tiada tara yang kini hadir dalam hidupnya."Apa kamu tidak lelah?" tanya Kafka. Pasalnya, masih ingat ia jika seseorang yang hamil akan mengalami mudah kelelahan. Keduanya sudah berdansa lebih dari setengah jam. Ia hanya khawatir Ava akan merasakan sakit pada kakinya."Tidak. Toh kakiku berada di atas kakimu." Ucapan Ava mengundang tawa dari bibirnya.Beberapa waktu kemudian ia mengingat dirinya ketika mendapati gejala morning sicknes beberapa bulan lalu. Sangat menyiksa. "Coba aku tebak. Kamu tidak pernah mengalami Morning sicknes, kan?" Ava mendongak, ia men
Read more

86. Pernikahan

86. Pernikahan***Akad baru saja dilakukan. Kebahagiaan terpancar jelas di wajah Kafka. Setelah berapa lama ia menunggu, berkorban, berusaha dengan segala cara untuk mendapatkan cintanya, kini telah mampu ia gapai.Pagi tadi, Ava telah sah menjadi istrinya. Seutuhnya. Ava, hanya miliknya. Keduanya saat ini tengah berada di hotel tempat resepsi. Perayaan megah pertama bagi Kafka, kedua bagi Ava. Namun, kebahagiaan yang jauh di atas rata-rata. Semua ini terjadi saat cinta yang berbicara.“Selamat, ya. Apa yang kau inginkan tercapai.” Ziqry memberikan pelukan persahabatan pada Kafka. Saat ini mereka hanya berdua saja, sedangkan Ava, ia tengah mengganti gaunnya.“Bukankah tadi kau datang bersama seseorang, Ziq?” tanya Kafka. “Ke mana dia sekarang?”“Sedang ke toilet,” jawabn
Read more

87. Tidak Masuk Akal

87. Tidak Masuk Akal*** “Ayo lah, Sayang ...,” rengek Ava sembari menggoyangkan tangan Kafka beberapa waktu lalu. Wajah memelasnya menunjukkan bahwa ibu hamil itu sedang menginginkan sesuatu.Seperti yang kita tahu. Bahwa seorang ibu hamil pasti mengalami fase di mana ia menginginkan sesuatu yang tidak mungkin jika tidak dituruti. Satu hal lagi. Jangan lupakan bahwa permintaan mereka yang terkadang aneh. Lalu, apa yang sedang Ava inginkan dari Kafka saat ini?"Sayang. Boleh, ya?" Wanita yang kecantikannya semakin menguat itu kembali meminta persetujuan sang suami.“Enggak, Sayang. Aku enggak setuju,” tolak Kafka akan permintaan Ava. Pria itu membuang muka tidak ingin menatap wajah memelas Ava yang takutnya nanti bisa saja melemahkan dirinya."Sekali aja, Sayang." Ia meminta kembali, memosis
Read more

88. Permintaan Tengah Malam

88. Permintaan tengah malam.*** Waktu menunjukkan pukul setengah satu dini hari. Dua insan tengah berbaring di ranjang ukuran king size pada sebuah kamar. Hanya saja, ada yang membedakan di antara keduanya.Jika salah satu dari mereka tengah terlelap dalam tidur nyenyak, maka salah satu dari mereka masih membuka kelopak matanya dengan lebar. Iris hazzle itu bergerak ke atas, bawah, kanan dan kiri. Memutar beberapa kali. Meneliti setiap apa yang bisa dijangkau pandangan.Baru saja Ava terbangun dari tidur lelap ya. Sesuatu membuat dirinya merasakan rasa ingin yang teramat sangat. Wanita itu menggigit bibir bawah, sesekali melirik keberadaan sang suami yang masih tertidur.Ada keraguan dalam dirinya untuk meminta apa yang diinginkan pada Kafka. Hanya saja, kalau tidak diwujudkan ia merasa gelisah.
Read more

89. Sabar

89. Sabar***   "Begini?""Potongannya nggak rapi.""Begini?""Matengnya nggak rata.""Begini?""Bentuknya nggak kayak hati.""Begini?""Kuningnya pecah." "Begini?""Sayang. Bentuknya kurang sempurna." Kafka meremas dan mengacak rambutnya kasar, merasa frustrasi dengan apa yang diinginkan sang istri. Ini ke sekian kali ia mencoba tetapi tidak ada satu pun yang pas dengan yang dikehendaki Ava."Yang bagaimana lagi, Sayang?" tanya Kafka dengan wajah yang menunjukkan kekesalan.Tahu apa yang terjadi pada suaminya, bibir Ava mengerucut. Ia melipat tangan di depan dada sembari membuang muka ke samping. "Tapi memang semuanya tidak ada yang sesuai seleraku," ucapnya cemberut."Ini udah pas, Sayang.""Belum." Tahu apa yang diminta Ava pada Kafka pagi ini sebagai menu sarapannya? Telur cep
Read more

90. Rujak

90. Rujak*** Kafka baru saja keluar dari ruang meeting bertepatan dengan ponselnya yang berbunyi. Nama Ava yang tertera membuat pria itu segera menggeser tombol hijau ke atas, ditempelkan benda pipih itu ke telinganya."Ya, Sayang," sapanya. Ia sedikit memberikan senyum hangat pada kolega yang baru saja keluar dari ruang rapat bersama dengan Rasya."Sayang. Aku pengen rujak. yang—""Rujak, ya? Siap. Akan aku belikan sekarang juga. Sabar, ya, Sayang," ucap Kafka. Ia melangkah cepat ke ruangannya. Setiap Ava meminta sesuatu untuk kehamilannya Kafka selalu bersemangat."Tapi—""Tenang, Sayang. Aku akan carikan. Apa pun yang kamu mau akan aku belikan. Bahkan kalau aku harus mencarinya ke ujung dunia, akan aku lakukan untukmu. Sudah dulu, ya. Aku akan mencarinya."Ia memasuki ruangan p
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status