Home / Fantasi / Penjelajah Benak / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Penjelajah Benak: Chapter 71 - Chapter 80

89 Chapters

Bab 70

Beberapa hari berlalu sejak terakhir kali aku dan Lynx mengunjungi desa para Hemaris yang penuh keceriaan dan kerja keras. Butuh waktu lima hari penuh bagi kami untuk dapat membangun kembali kerusakan yang terjadi di sana dan satu hari tambahan karena kami harus menunggu proses panen Lasa untuk dibawa ke Raja Narawana,Namun meskipun kami berhasil membawakannya Lasa, Raja Narawana masih terlalu sibuk untuk menemuiku, apalagi melatihku. Sehingga akhirnya Lynx kembali membawaku menjelajahi penjuru lain Hutan Seda. Melihat banyak hal, merasakan dan mendengar banyak hal yang membuatku akhirnya belajar banyak hal pula.Kali ini Langkahku mengikutinya berakhir di telaga yang dulu pernah kukunjungi saat pertama kali datang. Sebuah telaga yang indah yang permukaannya dihiasi lotus dan teratai yang menjadi tempat tinggal peri-peri dengan bentuk yang sama. Mereka peri kecil yang cantik dan tampak menggemaskan dengan pipi berwarna merah muda. Beberapa dari mereka tampak sedang bersantai di ata
last updateLast Updated : 2024-08-22
Read more

Bab 71

Ini hari keempat kami singgah di telaga yang selalu lupa kutanyakan namanya pada Lynx. Saat ini, saat aku ingat untuk menanyakan apa nama telaga ini, ia menghilang entah kemana. Tapi menghilangnya Lynx memberikan aku waktu untuk bersantai. Setelah kenyang menghabiskan bekalku, aku berbaring dengan tubuh telungkup sambil memandang telaga. Hari hampir sore. Matahari sudah lebih condong ke barat, memberikan keteduhan dan kehangatan.Angin berhembus perlahan mempermainkan dedaunan dan bunga disekitar telaga. Nelofar yang sebelumnya bersembunyi saat aku pertama kali datang, kini tampak lebih berani menampakkan diri. Mungkin mereka menyadari bahwa aku bukanlah ancaman bagi mereka. Mereka melompat kesana kemari bermain diantara lotus dan Teratai tanpa suara. Tanpa saling sapa atau berbicara. Jika kuingat lagi, mereka tak pernah terlihat saling berkomunikasi.Sementara para Gachie yang selalu riang bermain dan berceloteh, kebalikan dari para nelofar, tampak terkantuk-kantuk di pinggir telaga
last updateLast Updated : 2024-08-29
Read more

Bab 72 

Aku sedang duduk dengan pikiran kosong ketika Ghadanfar dengan tubuh rampingnya yang menjulang tiba-tiba berdiri di sampingku tanpa suara. Saking terkejutnya, aku hampir jatuh dari tempat aku duduk. Beberapa peri yang sedang berjalan di dekatku sampai menghentikan langkah mereka karena melihat aksiku. “Maafkan aku mengejutkanmu.” Katanya sambil menyeringai. Mata kuning keemasannya berkilat jenaka. “Sepertinya kau tidak terlalu menyesal.” Kataku sedikit kesal karena ia berhasil membuatku terlihat seperti orang bodoh. Ghadanfar kembali menyeringai untuk menjawab protesku. “Lynx sedang melakukan tugas dari Raja Narawana. Untuk hari ini, ia ingin agar kau mencari lumut mossa di telaga Hayaa.” “Telaga Hayaa? Dimana itu?” Ghadanfar menatapku dengan heran. “Kau tidak tahu?” Aku menggeleng. Selama perjalananku melintasi hutan Seda aku telah melewati beberapa sungai dan telaga yang tidak repot-repot untuk diterangkan namanya oleh Lynx. Dan bodohnya aku yang tidakpernah bertanya."Meman
last updateLast Updated : 2024-10-13
Read more

Bab 73

Aku meletakkan tas ku di tempat yang teduh dan mengedarkan pandangan ke sekeliling. Beberapa suku nelofar melihat ke arahku lalu kembali sibuk dengan apa yang sedang mereka kerjakan sebelumnya, tahu aku tidak akan mengganggu mereka. Dan kontras dengan tindakan mereka, para gachie segera datang mendekatiku dengan antusias.“Aku harus melakukan tugas dari Raja Narawana. Jadi jangan ganggu aku.”Aku merogoh saku depan mantelku dan mengambil sebungkus kue kering manis berlapis lasa dan parutan kelapa kering pemberian koki kepala, hasil dari membantunya mencuci piring setelah makan malam.“Nanti kue ini akan kuberikan pada kalian jika kalian membantuku.”Para gachie mengangguk dengan mata berbinar-binar mendengar penawaranku. Aku segera melepas mantel dan sepatu. Mengikat rapat dan menyimpan kue tadi di dasar tasku, lalu melakukan sedikit peregangan, bersiap untuk segera terjun ke dalam telaga Hayaa.“Jaga tasku.” Teriakku ke para gachie yang sibuk bermain tak jauh dari tempatku berdiri.
last updateLast Updated : 2024-10-22
Read more

Bab 74

“Apa kau tidur?”Aku membuka mata dan menatap sesosok burung berwarna putih melayang di atas kepalaku. Kutegakkan tubuhku. Burung itu berputar di angkasa satu kali lalu dengan sebuah desiran halus ia mendarat di atas salah satu daun teratai besar di dekatku dan berubah menjadi seorang peri wanita bertubuh ramping dan mungil. Dulu aku pernah bertemu dengannya saat pertama kali tiba di sini. Namanya,“Aku Ava.” Kata peri itu seakan bisa mengetahui pikiranku.Ah, benar.“Apakah kau menemui kesulitan dengan tugasmu?” Tanyanya. Dengan santai ia duduk di atas daun teratai tadi sambil memainkan kakinya yang terjulur ke danau.“Kau tahu tugasku?” Tanyaku dengan heran.“Tentu saja. Itulah mengapa aku diminta kemari untuk melihat sejauh apa perkembanganmu.”Aku mengangguk sambil memandanginya yang duduk santai di atas daun teratai.“Ada apa?”“Ah, itu..” aku masih tidak bisa mengalihkan pandanganku darinya. Ia punya ilmu meringankan tubuh atau bagaimana sih kok bisa-bisanya ia duduk di atas dau
last updateLast Updated : 2024-10-23
Read more

Bab 75

Aku membuka pintu kamarku dan langsung disambut wajah ceria Esen.“Kau tidak ada latihan hari ini?” tanyaku padanya. Akhir-akhir ini kami jarang bertemu karena ia sibuk berlatih dengan Ghadanfar sedangkan aku sibuk bermain dan berkeliaran kesana kemari dengan kucing apiku. Sebutanku pada Lynx yang tentu saja hanya ada dalam pikiranku.“Kata Ghadanfar hari ini kita akan menemani Raja Narawana.”Jantungku seketika berdegup lebih kencang.“Benarkah?”“Ya. Itulah mengapa ia memintaku untuk memanggilmu.”“Akhrnyaaa..”Esen memandangiku dengan pandangan bertanya.“Sementara kau berlatih sampai tulangmu akan lepas, aku sama sekali belum berlatih, Esen.”Esen menggaruk kepalanya sambil meringis.“Aku tidak tahu harus merasa senang atau tidak mendengar perkataanmu. Ghadanfar benar-benar tidak tanggung-tanggung dalam melatihku. Sampai-sampai itu lebih mirip siksaan daripada latihan.”Aku tersenyum dan meninju dadanya pelan.“Tapi kau senang bukan?”Esen mengangguk dengan mata berbinar.“Baikla
last updateLast Updated : 2024-10-28
Read more

Bab 76

“Sekarang tutup mata kalian.”Aku dan Esen saling pandang sesaat lalu menuruti apa yang diperintahkan Raja Narawana.“Ghadanfar.” Terdengar suaranya yang beerat memanggil Ghadanfar.“Ya Yang Mulia.”“Pergilah.”Tidak ada jawaban. Aku membayangkan Ghadanfar yang menjawab perintah Raja Narawana hanya dengan anggukan hormat.“Buka mata kalian.” Lanjutnya kemudian.Kami membuka mata dan hanya disambut oleh sosok tinggi Raja Narwana. Ghadanfar tidak terlihat dimanapun. Sepertinya ia telah pergi sesuai dengan perintah Raja Narawana.“Esen, aku ingin kau mencari dan menemukan Ghadanfar. Aku memberimu waktu sampai sebelum matahari terbenam.” Kata Raja Narawana sambil menatap Esen. “Ia akan memberikanmu sebuah benda sebagai bukti bahwa kau berhasil menemukannya.”“Tapi apa hamba sanggup menemukan Ghadanfar di hutan seluas ini sebelum matahari terbenam?”“Tentu saja kau tidak akan sanggup.”Esen memasang tampang merajuk yang sangat jarang kulihat. Mau tak mau aku tersenyum.“Lalu, apakah Anda
last updateLast Updated : 2024-11-01
Read more

Bab 77

Aku mengulurkan tangan menyentuh batang pohon yang berkulit kasar dan berbenjol di sana sini. Ada getah setengah kering yang merembes dari tiga buah sayatan agak dalam yang posisinya tidak lebih tinggi sedikit dari mataku. Mungkin cakaran hewan. Dengan posisi setinggi ini artinya hewannya besar. Semoga aku tidak perlu bertemu dengannya hari ini.Aku kembali meraba dan merasakan permukaan kasar dibawah jemariku. Dengan tangan masih menempel di batang pohon, aku menutup mata mencoba mendengarkan sekitarku.Telinga dan benakku menangkap bunyi yang sama. Desau angin, bunyi gesekan dedaunan yang menenangkan serta bunyi serangga dan bermacam kicau burung yang berbeda-beda. Bebunyian khas musim panas.Aku berusaha berkonsentrasi lebih dalam dan berusaha mengacuhkan bebunyian yang kudengar di telingaku. Namun tidak ada perubahan. Yang kudengar masih sama. Tidak ada suara lain.Aku mendesah dan berjalan ke pohon yang lain. Lalu mengulangi usahaku sebelumnya. Aku bisa merasakan matahari yang s
last updateLast Updated : 2024-11-07
Read more

Bab 78

“Kau tidak apa-apa?” Esen menatapku penuh kekhawatiran saat akhirnya aku menarik tanganku dari wajah. “Seharusnya.” Aku menjawab dengan ragu. Kami berdua terdiam lagi hingga cukup lama. “Jadi kau bisa mendengarkan pikiranku tadi?” “Sepertinya.” “Tapi bagaiimana caranya? Kan kita tidak saling bersentuhan.” “Aku juga tidak tahu. Ini tidak seperti biasanya.” Aku menarik nafas dalam-dalam. Aku harus berusaha berpikir jernih. “Apa yang kau lakukan tadi saat aku mendengar pikiranmu?” “Aku memeriksa bekas cakaran di dahan pohon.” “Bagaimana tepatnya kau memeriksanya?” “Aku menyentuhnya.” Dan dengan kompak kami saling pandang. “Tidak mungkin.” Aku masih tidak percaya. “Sepertinya begitu.” Kata Esen sambil mengangguk meyakinkan. “Tapi,” “Bagaimana kalau kita coba lagi?” “Ha?” Esen meletakkan tangannya di batang pohon tadi. “Coba tebak apa yang aku pikirkan.” Aku memandangnya memastikan ke kesungguhannya. Ia mengangguk menyemangatiku. “Tidak ada salahnya mencoba bukan?” Ben
last updateLast Updated : 2024-11-13
Read more

Bab 79

Setelah hampir dua jam perjalanan kami sampai di pohon Zurine. Tampak Ghadanfar berdiri di bawah pohon menunggu kami dengan sikap siaga.Ia hanya mengangguk saat kami berada tepat di hadapannya, lalu berbalik dan menyentuh pohon Zurine. Batang pohon yang berkerut itu bergerak-gerak lalu mengembang dan menciptakan sebuah lubang yang cukup besar untuk kami masuki. Terdengar siulan pelan dari mulut Esen.Tanpa berkata apa-apa Ghadanfar memasuki pohon Zurine. Aku mengikutinya dengan Esen mengekor di belakangku. Kegelapan total menyambut kami begitu lubang di belakang kami tertutup. Hal ini mengingatkanku pada saat pertama kali aku sampai di Sena dan jatuh di dalam pohon ini.Ghadanfar meraih sesuatu lalu memberikannya kepada kami. Sebatang dahan pohon yang dipenuhi bunga yang sepintas mirip bluebell dan berpendar dengan cahaya putih. Kalau aku tidak salah ingat dari penjelasan Lynx bunga ini bernama Ruun. Dengan diterangi bunga Ruun aku bisa melihat keadaan sekelilingku yang seperti sebua
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more
PREV
1
...
456789
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status