Beranda / Romansa / Sad Boy / Bab 81 - Bab 90

Semua Bab Sad Boy: Bab 81 - Bab 90

101 Bab

81. Pengakuan Yang Menyakitkan

Selepas dari rumah sakit, Mayra meminta untuk menyendiri. Meski, Amara dan Seon khawatir tapi tak bisa mencegah perangai wanita yang sedang berbadan dua itu. "May, Mama ingin bertanya lebih banyak lagi, tapi karena kamu sedang tidak mood. Kita bicarakan semuanya setelah kamu membaik," kata Amara membelai rambut Mayra.   "Terima kasih, kalian tidak memaksaku untuk berbicara sekarang," ujar Mayra memeluk sang Ibu sembari menangis.   "Jika, kau sudah tenang hubungi salah satu dari kami. Biar, Seon menjemputmu," kata Amara lagi seraya saling melepas pelukan.  Mayra mengangguk dan menghapus air matanya, ia turun di tengah jalan tanpa berkata apapun lagi. Dia begitu rapuh saat ini, kehamilan yang tak terduga setelah perceraiannya membuat ia putus asa sejenak.   Memikirkan nasib anaknya tanpa
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-09
Baca selengkapnya

82. Pengambilan Keputusan

"Mah, Kak!" Mayra memanggil orang tersayang saat tiba di rumah. Mereka terburu-buru menghampiri ibu hamil yang suaranya membuat orang khawatir.  "Ada apa, May?" tanya Amara khawatir.   "Kamu, ngga apa-apa kan?" Seon menghampiri Mayra, memeriksa tubuhnya.   "Ngga kok! Aku ingin bicara sama kalian, hal penting."   Mayra memperlihatkan mimik serius, mereka duduk di ruang tamu. Amara dan Seon menanti dengan harap cemas.  Mayra mengendus pelan napasnya, dalam perjalanan ke makam Bryan tadi. Dia telah memutuskan untuk meninggalkan kota Himalaya selamanya, hidup bahagia dengan anak dan keluarganya.   "Mah, Kak! Jika, aku mengambil keputusan untuk meninggalkan kota Himalaya selamanya, apa kalian akan setuju?"  
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-09
Baca selengkapnya

83. Kebusukan Telah Terungkap

"Serra!?" teriak Nalan menggema saat tidak sengaja mendapati calon istrinya berciuman di sebuah Bar dengan seorang pria asing.  Netranya menatap tajam Serra yang sedang asyik bercumbu mesra di atas pangkuan lelaki lain, hati Nalan seketika remuk mendapati hal yang tak disangka malam ini.  Serra yang terlonjak segera bangkit dari pangkuan lelaki asing itu, memperbaiki bajunya yang sedikit berantakan.    "Kenapa berhenti, sayang?" tanya pria asing itu seraya memegangi jemari pasangannya.   Nalan mendekati Serra yang sedang ketakutan, dadanya kembang kempis tatkala wanita yang paling disayanginya berbuat senonoh.  Bug!  Nalan meninju muka lelaki asing itu.  "Hei, Bung! Ada apa ini?" tanyanya kaget.
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-09
Baca selengkapnya

84. Terlambat

"Hans, aku ingin informasi tentang Serra dalam waktu satu jam," titah Nalan pada Hans melalui sambungan telepon.  "Baik, Bos!" ujarnya dari seberang telepon tanpa banyak bertanya.    Malam telah menunjukkan pukul 21.00, jam tidur Marco. Namun, Nalan tak peduli, malam ini harus menyelesaikan semuanya. Dia tak ingin menunda lebih lama lagi, setelah 3 tahun semuanya tertutupi.    Di saat seperti inilah, Nalan merindukan mantan istrinya. Dia ingin meminta maaf dan segera memeluk, jujur saja beberapa hari setelah perceraian itu. Ia tersadar, cintanya mulai tumbuh pada Mayra, tapi kehamilan Serra tak bisa membuatnya melepaskan sang Mantan.  Kini, ia tak yakin jika Serra hamil anaknya. Mendengar penuturan pria yang tadi bercumbu dengannya, Nalan telah menebak sendiri.   
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-09
Baca selengkapnya

85. Memohon

"Ada apa lagi kau datang mencariku?" tanya Nalan geram. Melihat Serra yang berada di ruangan kantornya secara tiba-tiba, membuat emosi di pagi hari membuncak.  Wanita ini tak tahu malu menapakkan diri, setelah kebusukan selama bertahun-tahun disimpan begitu rapat. Masih berani muncul dihadapan Nalan dengan ekspresi seakan-akan tak terjadi apapun.   Serra mendekati Nalan hendak meraih lengan lelaki itu, tapi mundur beberapa langkah. Dia jijik setelah melihat video mesum dan percakapan kotor yang masih terus mendengung di telinga.  "Jangan seperti itu sayang, ayolah! Maafkan aku, ya! Kita lupakan semuanya dan menikah, hidup bertiga dengan calon bayi kita," bujuk Serra dengan wajah menggoda.   Apa dia pikir Nalan bisa dibodohi kembali setelah bukti terungkap? Serra berpikir, kekasihnya itu akan menerima kembali. Jika, data
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-09
Baca selengkapnya

86.Frustasi

"Aaaarrrrrgggh! Ke mana perginya Mayra? Dia benar-benar sulit kutemukan, kali ini persembunyiannya benar-benar membuatku hampir gila!?" Nalan histeris di apartemen miliknya, kamar yang di tempati mereka berdua memadu kasih. Merindukan keharuman tubuh dan suaranya yang selalu terngiang tatkala mereka bersenggama.    "Mayra! Kembalilah," isak Nalan merobohkan tubuhnya di atas kasur. Bau mantan istri masih tercium jelas terhirup oleh indra penciumannya. "Maafkan, aku! Tolong jangan hukum aku seperti ini."   Kini, Nalan merasakan apa yang dirasakan oleh Mayra dulu, di awal pernikahan membiarkan wanita itu seorang diri, meninggalkannya dalam kesedihan saat sang Istri membutuhkan dirinya.   "Aku benar-benar jatuh cinta padamu, kenapa kau sulit dihubungi?" Nalan mengambil benda pipih dalam saku celana, memandangi wallpaper foto Mayra yang dipampa
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-09
Baca selengkapnya

87. Kelahiran Sang Putra

Beberapa bulan telah berlalu, Nalan masih pada obsesinya yang mencari terus Mayra tanpa kata Menyerah. Tidak putus asa, keyakinan dan harapan masih di pegang teguh.  "Apa sudah ada kabar tentang istriku?" tanya Nalan pada Hans yang baru saja masuk ke ruangannya. "Belum, Bos!" Hans menggeleng lesu, karena sudah berbulan-bulan lamanya tak bisa menemukan Mayra. Dia merasa cukup gagal. Istri? Masih pantaskah sebutan itu untuk Mayra, mengingat mereka telah berpisah secara resmi. Bagi, Nalan status mereka tetaplah suami-istri, menolak setiap kali orang mengingatkan status yang sebenarnya.   Dia tahu, jika dirinya memang sudah menduda. Namun, jauh dari lubuk hati terdalam masih menganggap Mayra adalah istrinya. Setiap orang yang dijumpai, sebutan itu akan keluar dari bibir tipis tersebut.  Ketika ada orang yang mengingatkan
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-09
Baca selengkapnya

88. Bertemu Dalam Mimpi

Nalan kembali ke apartemen dengan keadaan lelah, membaringkan tubuh di atas ranjang dengan terlentang menatap langit-langit kamar.  "Lelah," gumamnya.   Lelah bukan karena urusan kantor, tapi pikiran dan hati yang cukup menguras untuk mencoba segala secara menemukan Mayra.  Andai, Mayra ada di sisinya tentu tak akan selelah ini. Bisa bermanja-manja dalam pelukan mantan istri. Berbulan-bulan lamanya, menanti kabar yang tak kunjung ada hasil. Hanya selalu mendapat teror dari perempuan-perempuan yang tidak jelas, bahkan Serra masih saja terus mengganggu dan mengancam. Namun, Nalan tak peduli akan hal itu. Terpenting menemukan istri yang telah disia-siakan adalah hal utama dari pada meladeni wanita yang teramat dibenci.   Ya! Nalan mengingat akan kata-kata Bryan yang pernah mengatakan hal tak membuatnya percaya, tapi ada hari d
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-09
Baca selengkapnya

89. Bimbang

Kabar membahagiakan bagi Amara dan Seon, setelah seminggu Mayra koma. Dia bisa bertemu dengan putranya. "Akhirnya bisa ketemu kamu, sayang," ungkap Mayra mencium pipi mungil bayinya dengan penuh kerinduan. "Oh, iya apa kalian sudah memberi nama?" tanyanya menatap kakak dan mama secara bergantian.   "Tentu dong, di kasih nama sama Seon," jawab Amara bahagia.  "Oh, ya? Siapa namanya?"  Seon menunduk sedikit ragu untuk menjawab, takut Mayra tidak setuju dengan nama yang diberikan olehnya.  "Malvin Sean," jawab Amara lagi. "Kamu ngga keberatan kan, soal pemberian nama dari kakakmu?"  Mayra tersenyum melihat ke arah Seon yang sedikit takut, mendekati dan berkata, "Nama yang bagus, terima kasih telah memberi nama dan membantuku menjaganya."  
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-09
Baca selengkapnya

90. Pertemuan Gagal

Sebulan telah berlalu, Mayra memutuskan kembali ke kota Himalaya untuk menemui mantan suami, setelah benar-benar memastikan kondisinya pulih. Dia turun dari pesawat dengan cara yang elegan sambil menenteng koper, cuaca di kota Himalaya tak pernah berubah masih sama seperti dulu, sangat terik.   Hampir setahun, Mayra baru menginjakkan kaki lagi di kota yang menyimpan kenangan pahit dalam hidupnya. Tak ada berubah sama sekali dengan bangunan, infrastruktur dan tentu hati pun ikut tak berubah.  Hal pertama yang ingin dikunjungi Mayra adalah apartemen menjadi saksi kepahitan hidupnya selama berada di sana. Kembali mengenang semua terjadi, kilas balik sewaktu menjadi istri Nalan yang terus-terusan terluka.  Tak terasa air matanya menetes, ada pikiran negatif merasuk. Bagaimana, jika kondisi apartemen dulu telah diisi oleh Serra dan anaknya? Sanggupka
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-09
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status