Home / Romansa / Sad Boy / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Sad Boy: Chapter 91 - Chapter 100

101 Chapters

91. Titik Terang

Ketika tiba di apartemen, Nalan dikejutkan dengan kunci yang tertancap di luar dan pintu tidak terkunci. "Kenapa kuncinya masih tertancap dan tidak terkunci?" pikirnya. Seingatnya sebelum menuju kantor, Nalan menutup rapat pintu dan menguncinya dengan baik, bahkan tidak pernah ia seteledor menaruh apapun meski dalam keadaan mendadak.  "Apa jangan-jangan ada menyamai kuncinya?"   Nalan segera masuk ke dalam dan tidak ada apapun yang terjadi, semua masih nampak seperti semula saat meninggalkan apartemen.  "Tidak ada pencuri, terus siapa yang habis masuk? Serra?"  Derap langkahpun menuju kamar pribadinya, "Terbuka?" Nalan semakin dibuat heran.   Mengecek seluruh isi kamar, hanya menemukan bekas noda berwarna kecoklatan dengan tetesan kecil. Nalan mengecek sem
last updateLast Updated : 2022-04-13
Read more

92. Kebenaran Terungkap

"Iya," jawab Serra.  "Siapa dia?"   "Apa kamu tidak mengenalnya? Dia bahkan mengenalmu dan mengatur alur hidupmu," terang Serra memicingkan mata. Nalan menggeleng.  Mencoba mengingat nama itu, tapi setahu dirinya nama Eden adalah ayah Serra. Itupun di awal perkenalan namanya Redenes.  "Aku hanya tahu nama ayahmu itu Eden, lengkapnya Redenes. Jadi, siapa Mark Eden?" Nalan terus mencoba mengingat nama itu, seingatnya tak ada musuh atau rekan kerja yang punya nama tersebut.   "Redenes itu Mark Eden, Nalan. Redenes hanya nama samaran, aslinya Mark Eden. Dia bukan ayahku, tapi Daddy sugarku selama bertahun-tahun," jawab Serra berbicara jujur.  Nalan terdiam terpaku di tempatnya berdiri, jawaban Serra tadi berhasil menyatukan setiap memori terdahulu yang dialami.
last updateLast Updated : 2022-04-13
Read more

93. Kembali Ke Kota Himalaya

Tiga tahun kemudian.... "Sean, ayo sini peluk Ayah Seon," panggilnya sambil melebarkan kedua tangan dan menyamai ukuran tubuh bocah berusia tiga tahun itu.  "Ayah sudah pulang." Sean menyambut penuh keceriaan sambil berlari menghampiri Seon.   Bocah berperawakan menggemaskan tersebut melompat ke dalam dekapan lelaki yang amat disayanginya.  Mayra yang melihat pemandangan indah keduanya menjadi sangat haru, Sean tidak kekurangan kasih sayang dari sosok ayah atas adanya Seon. Semua tercurah untuk bocah lelaki yang sudah dianggap anak kandung sendiri. Saking sayangnya, kadang sang Kakak kelewatan dalam memanjakan.  "Bagaimana hari ini? Apa Ayah lelah?" tanya Sean bertubi-tubi. Kini, tubuh kecilnya sudah berada dalam gendongan Seon.   "Mau tahu?" Seon bertanya balik semba
last updateLast Updated : 2022-04-13
Read more

94. Kedatangan Mayra

"May!" Seon memanggil adiknya yang sedang merenung, menanti jawaban.  "Em, ya! Kakak tadi bilang apa?" tanya Mayra linglung.  "Tidak usah pikirkan, jangan melamun terus," tutur Seon mengulas senyum. Mayra mengangguk.  "Mah, Papa kandung Sean orangnya seperti apa? Dia jahat ngga? Aku takut ketemu," ujarnya dengan wajah cemas. Seon dan Mayra berbalik sejenak menatap bocah menggemaskan tersebut dengan heran.   Mereka bertiga saling pandang, bingung untuk menjawab. Anak sekecil Sean memang sangat cepat memahami setelah dijelaskan beberapa hari lalu tentang Nalan.  "Bagaimana kalau Papa kandung, Sean tak menyukaiku? Kita pulang saja, tidak masalah Ayah Seon menjadi ayahku saja, sudah cukup, Mah, Nek." Sekali lagi ucapan kecil yang keluar dari mulutnya membuat ketiga orang itu terhenyak.&nbs
last updateLast Updated : 2022-04-13
Read more

95. Bertemu

"Saya permisi keluar dulu," pamit Hans secepat kilat.  Mayra termangu di tempat, tak sanggup menahan gejolak dalam dirinya. Sehingga, menundukkan kepala untuk menyembunyikan air matanya. Debaran di dada sangat sulit dikontrol, semakin cepat tatkala Nalan berjalan ke arahnya.   Nalan mendekat secara pelan, ada bulir di matanya yang jatuh membasahi pipi. Betapa sangat tersiksa rindu yang tertahan beberapa tahun ini, wanita yang paling ingin di dekapnya telah muncul sekian lama pencarian.  Nalan tepat berada di depannya, memegangi dagu Mayra agar bisa menatap dengan jarak dekat. Dia sangat bahagia setelah memastikan wanita tersebut adalah istri yang disia-siakan selama ini.  "Kau menangis?" tanya Nalan lembut.   Mayra terhenyak, untuk pertama kali ia mendengar Nalan berkata lembut pa
last updateLast Updated : 2022-04-13
Read more

96. Mama!

Nalan membawa Mayra kembali ke apartemen yang pernah mereka tempati dahulunya. Membawa masuk ke kamar di pakai tidur.  Mayra tertegun saat melihat isi kamar tersebut dipenuhi fotonya. Segitu, besarkah perubahan Nalan selama tinggal di negara tetangga.   "Ap-apa ini, Nalan?" Mayra masih mendongak melihat sekeliling dinding kamar.  Nalan menatap nanar ke arah istrinya, kejutan ini telah lama disiapkan untuk Mayra. Foto-foto itu menggambarkan isi hatinya, merindukan sang Istri dan penyesalan yang teramat dalam saat mereka berpisah.  "Apartemen ini sejak awal milikmu, kamar ini adalah saksi kita bercumbu, tidak mungkin aku melepaskan begitu saja, bukan?" Nalan meraih jari jemari Mayra dan mencium tangannya dengan lembut. Dia berjanji akan melakukan hal romantis setiap hari dan membahagiakan istrinya.  
last updateLast Updated : 2022-04-15
Read more

97. Menjemput Asa Lagi

"Bisakah, kalian ikut aku kembali? Kau berhutang penjelasan padaku," pinta Nalan pada Mayra, Sean masih tenang dalam gendongan lelaki berperawakan maskulin itu.  Mayra melirik Seon sejenak, meminta izin pada sang Kakak untuk membawa Sean. Bagaimanapun, ia masih menghargai orang yang paling berjasa dalam hidup putranya.   "Pergilah!" angguk Seon mengulas senyum getir.   "Ayah, kenapa tidak ikut dengan kami?" Sean menatap heran pada Seon.   "Ini...," Mayra sedikit bingung menjelaskan.  Seon mendekati Sean seraya menyunggingkan senyum manis pada putra angkatnya, tanpa ragu lelaki bertubuh tegap itu mengusap kepala di depan Nalan.  "Pergilah menghabiskan waktu dengan Papamu, nanti Ayah akan menemuimu jika kau merindukanku," tutur Seon. "Jangan nakal, nurutla
last updateLast Updated : 2022-04-15
Read more

98. Kembalinya Mark Eden

"Papa, Ayah, kita main bola bertiga!" seru Sean riang. Mereka berempat ada di taman bermain yang tak jauh dari apartemen Nalan. Mayra menatap ketiganya dengan senyum kebahagiaan, itulah harapan terbesar seorang ibu menginginkan bahagia untuk anak-anaknya.  Seon dan Nalan sementara berbaikan, semua dilakukan demi Sean. Bocah itu memang mudah membuat orang dewasa menjadi akur.   "Papa dan Ayah satu tim," titah Sean. Mayra tertawa mendengar hal itu.  "Apa? Kami setim? Lalu, kau?" tanya Nalan heran.  "Bagaimana ajak, Mama? Biar timnya adil," usul Seon.  "Tidak!" tolak Sean menggeleng. "Mama, lambat," selorohnya membuat Mayra manyun seketika. Nalan dan Seon terkekeh, mereka tidak berani tertawa besar di depan ibu satu anak itu.   "Beraninya
last updateLast Updated : 2022-04-15
Read more

99. Kebenaran Tentang Isan, Bryan & Kinan

Sejak tahu Isan tewas dalam keadaan tidak wajar, Seon memang berniat ingin balas dendam pada orang yang telah menghilangkan nyawa kakaknya. Namun, hal tak disangka pelaku pembunuhan adalah Nalan.  Dia berpikir keras, jika membalaskan dendam tersebut. Maka, Mayra akan curiga dan bisa jadi hubungan mereka yang akan rusak. Tapi, di sisi lain Sean dan ibunya sedang membutuhkan pertolongan. Seorang diri di tempat ini, tanpa siapapun bisa menolong. Seon menjadi buntu.  "Tidakkah kau dendam pada Nalan? Hanya dengan membunuhnya, maka tidak ada penghalang lagi antara kau dan Mayra," bujuk Mark meracuni pikiran Seon yang masih saja terdiam.  Tentu saja dia dendam dan sangat marah, tapi Seon tidak mau seegois itu. Demi mendapatkan cinta Mayra dan Sean, sampai mengorbankan perasaan putra angkatnya. Bocah itu pasti tidak akan mau menerima dirinya.  
last updateLast Updated : 2022-04-15
Read more

100. Pergi Untuk Selamanya

"Nalan!" seru mereka serempak. "Mark aku tahu sekarang alasanmu membuat drama dalam hidupku, lepaskan mereka yang tidak bersalah. Urusanmu padaku," kata Nalan menatap tajam Mark dengan dada kembang kempis.   "Tidak semudah itu, Arback bawa mereka kemari," titah Mark menggunakan jarinya. Musuh yang teramat dibenci telah muncul, ia ingin nyawa Nalan.  "Lantas, kau mau apa?" tanya Nalan geram.  "Seon, bagaimana tawaranku tadi? Jika, kau bersedia. Maka aku akan melepaskan Mayra dan Sean," ujar Mark beralih ke Seon yang sedang menunduk.  Dari pintu lain, terdengar suara Sean yang menangis dan Mayra meronta.  "Lepaskan, putraku!" seru Mayra memberontak. Namun, laki-laki yang memegangi sangatlah kuat.   "Mama! Tolong aku!" 
last updateLast Updated : 2022-04-15
Read more
PREV
1
...
67891011
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status