All Chapters of Kisah Gadis Pemburu Uang dan Lelaki Sholih: Chapter 11 - Chapter 20

55 Chapters

Bab 11

Hampir setiap hari Aro memberikan uang saku kepada Anis. Hari memakan hari lainnya. Jarum jam terus berputar. Kelulusan. Kali ini pengumuman kelulusan bukan untuk Aro, tapi Anis.Yup! Anis lulus SMP.“Nis, kamu udah lulus sekolah. Gimana kalau kamu bekerja saja? Kebutuhanmu makin lama kan makin banyak. Bapak nggak sanggup kalau harus memenuhi kebutuhanmu yang semakin menggunung itu,” ujar bapaknya Anis.Sang bapak meminta Anis bekerja. Berat. Itu yang dirasakan oleh Anis. Namun, mau tidak mau Anis menyetujuinya.“Baik, Pak. Anis akan kerja. Tapi, kerja ke mana, Pak?”“Bapak dapat informasi, ada lowongan di toko di Jakarta.”“Toko?”“Iya. Sebenarnya toko milik cina. Bosnya baik.”“Sebelum berangkat kerja di sana kan harus bawa uang saku.” Lulu yang merupakan tetangga samping rumah memotong pembicaraan mereka. Lalu nyelenong masuk tanpa permisi.“Lulu ada benarnya. Nggak mungkin ke sana nggak bawa uang saku,” batin Anis.Sekelebatan memorinya mencuat di mana Aro sering memberikan uang s
last updateLast Updated : 2024-07-09
Read more

Bab 12

Gedung-gedung tinggi bertingkat-tingkat itu membuat Anis takjub. Siapapun yang melihatnya takkan berkedip. Area taman yang luas dengan pepohonan terlihat begitu meneduhkan. Begitu lah keindahan kota bernama Jakarta.Anis bekerja di Jakarta dan mengenal gemerlap kota Jakarta. Ia tidak bekerja di dalam gedung megah itu. Tetapi, di sudut komplek yang dekat dengan fasilitas perkotaan.“Nis, temenin aku makan, yuk,” ajak salah satu teman indekos yang sekaligus karyawan di toko tempat Anis bekerja. Temannya itu berada di indekos samping indekosnya.“Bentar ya. Aku ganti baju dulu,”“Iya. Jangan lama-lama ganti bajunya.Anis Rahma. Selama bekerja di tempat tersebut, sudah hampir dua pekan, ia mengubah penampilannya menjadi lebih baik. Ia mengenakan blazer orange lalu menyemprotkan parfum. Semua serba baru. Termasuk blazer dan parfum yang baru dibelinya ketika tiba di Jakarta.“Ngomong-ngomong tempat makan di sini kayaknya mahal deh,” ujar Anis.“Nggak kok dijamin ramah di kantong. Nih, kamu
last updateLast Updated : 2024-07-10
Read more

Bab 13

Gedung-gedung bertingkat itu memancarkan cahaya yang begitu indah. Lampu yang berasal dari gedung megah itu menyala terang. Kapan lagi Anis bisa menikmati malamnya kota Jakarta. Kota yang sering disebut kota metropolitan itu seolah-olah menyihir Anis. Gedung tinggi itu bisa terlihat dari indekosnya Anis.Suara ketukan pintu mengagetkan lamunan Anis. Ternyata Widya.“Malam ini temani aku tidur yuk,”“Memangnya kenapa? Nggak biasanya kamu tidur minta ditemani, Wid.”“Takut. Kamu benar yang soal keanehan itu. Aku merasa aneh aja.”“Ya udah,” Anis berseloroh. Ia mengalah untuk menemani Widya tidur di kamar indekosnya.Tiba-tiba saja sosok hitam tinggi besar dengan wajah bertaring merah sudah lama berdiri di depan Anis.“Huah!”“Kamu kenapa, Nis?” tanya Widya.“Ternyata cuman mimpi,” gumam Anis.“Nis?”“Tadi aku mimpi hal yang sangat menakutkan, loh.”“Mimpi apa?”“Tadi aku mimpi bertemu sosok hitam tinggi besar dengan wajah bertaring merah, Wid.”“Itu kan sesosok ….” Widya tidak melanjutk
last updateLast Updated : 2024-07-11
Read more

Bab 14

“Widya?”“Iya?”“Kamu pernah ngerasa nggak betah kerja nggak sih?” tanya Anis.“Kamu jangan ngaco deh, Nis. Kita kerja di toko ini sudah 7 tahun, lho.”Sebenarnya Anis sudah tidak betah bekerja di toko tersebut.“Aku ingin pulang kampung aja, Wid.”“Heh, kalau kamu pulang kampung nggak dapat uang lagi. Memangnya kamu mau kerja di mana lagi?”“Entahlah, Wid. Aku nggak betah karena selalu ada aja hal aneh.”“Hal aneh apalagi?” tanya Widya yang menganggap hal aneh tempo hari itu berlalu begitu saja.“Banyak tikus yang berkeliaran, Wid.”Anis tidak mungkin menceritakan beberapa benda di kamarnya melayang.“Halah tikus kok bisa diatasi tuh.”“Katanya kamu bakalan membersihkan kamarmu itu?”“Sudah aku bersihkan.”“Tapi kok masih ada aja tikus,”Yup! Anis menyuruh Widya untuk membersihkan kamarnya itu. Namun, rupanya Widya jarang membersihkannya.“Aku belum beli obat tikus. Nanti aku belikan obat tikus atau bikin jebakan tikus. Tapi ku mohon kamu jangan keluar dari pekerjaan ini. Aku nggak a
last updateLast Updated : 2024-07-12
Read more

Bab 15

“Gimana, Nis. Kamu betah kan kerja di sini?” tanya sang bos.“I-iya, bos,” jawab Anis dengan gugup.“Widya, kamu juga betah kan kerja di sini?” tanya sang bos.“Tentu aja dong, bos.”Anis yang ingin pulang kampung terpaksa berbohong kepada sang bos. Anis tidak ingin bosnya menekan untuk tetap bekerja di toko tersebut. Berbeda dengan Widya yang kegirangan, karena bosnya menambah bonus bulanan. Anis yang masih kepikiran omongan Aro, memilih menjauh dari Widya.“Gimana, Nis? Kenapa lagi? Ada apa menelepon?” tanya Aro yang terdengar malas. “Teleponnya kasihkan ke bapak dong, Ro. Aku mau bicara sama bapak.”“Halo anakku Anis, ada apa?” tanya bapaknya Anis.“Halo, Pak. Pak, sebenarnya Anis nggak betah kerja di sini,” jawab Anis.“Lho, lho, lho kenapa nggak betah? Apa di tempatmu kerja orang-orangnya nggak baik?”“Sebenarnya teman-temannya Anis tuh baik sama aku, Pak.”“Lha terus?”“Pokoknya Anis nggak betah kerja di sini.”“Kalau kamu nggak nyaman kerja di sana ya mendingan keluar saja,” s
last updateLast Updated : 2024-07-13
Read more

Bab 16

Keinginan Anis untuk pulang kampung harus tertunda. Ia memilih menjalani hari-harinya di indekos yang cukup angker tersebut. Ia menjalaninya seperti biasa. Pergi ke salon bersama Widya atau makan di kafe.Flashback. Ingatannya melesat pada masa-masa indah bersama keluarganya saat masih utuh.“Aro, kamu kok bau apek gitu, sih? Nggak mandi ya?” ejek Anis.“Nis, cuci bajumu ya,” ucap sang kakak. Selama Anis bekerja di Jakarta sang kakak masih menimba air di sumur.“Anis. Belikan tembakau di warungnya Mbak Nop, ya,” perintah sang bapak suatu ketika Anis masih di rumah.Ia terpaksa bekerja di Jakarta untuk membantu perekonomian keluarga. Kakaknya Anis yang nomor dua meski sudah bekerja di pabrik, tapi untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Anis tidak punya pilihan selain memang bekerja di Jakarta. Ternyata, gajinya cukup untuk memenuhi kebutuhan bapaknya atau rumahnya yang butuh diperbaiki.Setiap kali bapaknya menelpon, itu tandanya sang bapak membutuhkan kiriman uang dari Anis. Semenjak
last updateLast Updated : 2024-07-14
Read more

Bab 17

Widya tersenyum tidak jelas sambil memandangi barang-barang yang berada di lantai kamar indekosnya. Anis yang melihat Widya langsung mengguncang-guncangkan tubuhnya Widya.“Anis, kamu jangan ngagetin gitu, napa,” ucap Widya.“Kamu sih melamun aja. Mana sambil senyum-senyum gitu. Idih.”“Kamu sih nggak tahu ya,”“Nggak tahu apa, Wid?” tanya Anis.“Kamu nggak tahu kan kalau barang-barang itu dari pacarku,” jawab Widya sambil menunjuk barang yang dimaksud Anis. Ada syal, skincare, dan boneka.“Kamu punya pacar, Wid? Aku kok baru tahu.”“Kan aku baru ngasih tahu kamu, Nis.”“Oh iya ya.”“Kamu tahu nggak? Dia pacarku juga ngasih uang lebih banyak, lho. Jadi, selain bonus bulanan, aku juga dapat uang dari pacarku.”“Widya, kamu seriusan dapat uang dari kekasihmu?” tanya Anis. Tiba-tiba saja perasaannya nyeri juga sesak ketika Widya mengatakan mendapatkan uang dari sang pacar.“Iya lah, Nis seriusan. Ih, kamu nggak percaya.”“Iya deh iya aku percaya. Aku iri loh kamu dapat uang dari pacarmu,
last updateLast Updated : 2024-07-15
Read more

Bab 18

Keinginannya untuk pulang kampung harus tertunda oleh hubungan Anis dengan Reno. Kini, ia bisa menepis anggapan-anggapan negative dari teman-temannya. Ya, anggapan mengenai kedekatannya dengan si bos yang memberikan bonus bulanan. Widya yang memang cuek juga ikut sedikit lega mengenai Anis.Orang-orang berlarian pagi ini. Mereka berolahraga yang melalui indekosnya Anis dan Widya. Widya menjemur pakaian. Sementara Anis membeli sarapan di gang sebelah. Yup! Tempat tinggal mereka berdua berada di gang, sedangkan toko tempat Anis bekerja berada di depan gang.“Wid, kamu masih menjalin hubungan dengan pacarmu?” tanya Anis sambil menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.“Iya, masih, Nis. Kenapa?” tanya Widya balik.“Nggak kenapa-kenapa. Cuman tanya aja, Wid,” jawab Anis sambil mengunyah nasi.“Kirain kenapa-kenapa.”“He he he.”“Terus, kamu sama Reno masih berhubungan?” kali ini Widya yang bertanya.“Iya masih lah, Wid. Justru hubungan kami makin romantis, lho.”“Iya ya. Pamer nih?” goda Widya.“
last updateLast Updated : 2024-07-16
Read more

Bab 19

Makhluk itu mendekati Anis. Bahkan seolah-olah ingin mencengkeram kedua kakinya.“Aaa!” teriak Anis yang mengagetkan Widya.“Kamu ngagetin aja, Nis. Kenapa? Ada apa teriak-teriak gitu?” tanya Widya.“Makhluk itu, Wid.”“Makhluk itu apa maksudmu, Nis? Nggak jelas gitu. Aku tanya kenapa?”“Makhluk itu, Wid. Genderuwo.”“Iya kenapa?”“Makhluk itu ganggu aku lagi, Wid.”“Apa kamu udah berdoa sebelum tidur?”“Udah doa sebelum tidur.”“Kamu mimpi kali, Nis.”“Iya sih mimpi. Tapi, Wid.”“Apalagi sih?”“Kalau aku pulang kampung, gimana menurutmu, Wid?”“Mendingan kamu tidur lagi deh, Nis. Nis, denger ya. Kalau kamu pulang kampung, gimana dengan Reno?”“Ya nggak masalah. Kalau Reno beneran serius sama aku. Dia bakalan cepat-cepat ngelamar aku.”“Jadi nanti kalian LDR-an dong.”“LDR-an apaan, Wid?”“Iiih, Anis. LDR itu long distance relationship. Istilah untuk orang pacaran jarak jauh.”“Ooh gitu rupanya. He he he.”“Ya udah balik tidur lagi. Jangan lupa doa.”Malam itu, Anis tidur di kamarnya
last updateLast Updated : 2024-07-17
Read more

Bab 20

Anis yang bekerja di Jakarta selama tujuh tahun justru Aro sudah lulus SMA. Aro memutuskan bekerja di salah satu mall di kotanya. Selama itu mereka saling bertukar kabar melalui sambungan telpon. Setiap kali Anis berganti nomor, Anis akan mengabari Aro bahwa Anis mengganti nomor ponselnya. Pagi ini terasa cerah.Sungai depan rumah Aro terlihat bening juga tidak mengalir. Seperti mata air yang tidak ada sampah. Terkadang ada sampah di sungai tersebut. Namun, pemerintah desa segera membersihkannya. Hanya ada eceng gondok yang memenuhi sungai tersebut.Kicauan burung yang berasal dari tetangga sebelah rumahnya itu terdengar nyaring. Aro segera mencuci pakaiannya. Karena hari itu hari libur kerja. Aro bebas sejenak dari pekerjaannya sebagai penjaga toko dompet dan sabuk.“Halo, Aro.”“Halo, Anis. Ada apa?”“Lagi ngapain?”“Lagi nyuci baju. Ada apa?”“Tolong telponnya kasih ke bapak. Aku mau bicara hal penting.”“Iya, Nis nanti ya. Aku lagi nyuci baju.”“Oh gitu. Ya sudah ntar aja kalau ka
last updateLast Updated : 2024-07-18
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status