Beranda / Romansa / Takut Kawin / Bab 11 - Bab 20

Semua Bab Takut Kawin: Bab 11 - Bab 20

59 Bab

Dira Jadi Pusat Perhatian Sekantor

Pagi yang mengesalkan, Dira tidak menyangka Jakarta begitu macet. Tak seperti kota Medan yang hanya berhenti kala lampu jalan menunjukkan warna merah. Jika saja ia tidak menurut akan ucapan teman serumahnya, mungkin ia akan datang telat pagi ini. “Tak, tuk, tak, tuk!” Suara langkah kaki Dira menggema di sepanjang lorong. Berjalan gagah dengan wajah angkuh Dira menjadi pusat perhatian banyak orang. Bukan karena parasnya yang cantik, melainkan karena rambutnya yang panjang dan terlihat disanggul. “Hei, siapa tuh? Dari mana dia? Tampangnya lumayan juga,” ucap salah satu polisi pria yang lebih dulu melihat Dira memasuki pagar kantor polisi. “Mayan sih, tapi tuh kakinya kok ngentak-ngentak gitu. Udah macam sepatu kuda aja. Tuk, tik, tak, tik, tuk,” sambung polisi pria lainnya diikuti tawa meledek. Menyadari tertawaan itu dilayangkan untuknya, Dira t
Baca selengkapnya

Biang Kerok

Tendakan kuat Dira membuat engsel pintu terlepas, hingga kini pintu terbuka lebar. Sontak saja semua mata menatap ke arah Dira, namun ia tak gentar. Dengan tenang dan penuh keangkuhan Dira berkata, “Ngapain kelen?” Tatapan bingung dan merendahkan pun dilayangkan untuk Dira. Seorang pria bertubuh tegap dengan perut yang buncit menatap tak senang ke arah Dira. “Bukan urusanmu, keluarlah!” pinta Denis dengan sikap mengabaikan. “Hei, kau! Ikut aku!” pinta Dira mengarah kepada Tomi. Terdiam, kini mata Denis dan kedua temannya berbalik menatap ke arah Tomi. Diam dan merasa takut, Tomi masih saja betah menempelkan tubuhnya di dinding. “Tunggu apa lagi? Satu, dua, ti-” Tomi dengan segera menggerakkan tubuhnya mendekati Dira. “Tidak semudah itu teman,” ucap teman Denis. Tangannya bergerak
Baca selengkapnya

Alia Dicurigai

Dari kejauhan Alia melihat ada keramaian di depan rumahnya. Beberapa orang asing dengan pakaian casual. Menggunakan kaos berlapis jaket dan celana lea. Mereka ramai menanyai beberapa orang tetangga Alia.   “Ngapain orang itu? Kok ditanyai? Apa lagi ada shooting TV?” gerutu Alia yang mulai merasa curiga. Mereka membawa alat perekam suara dan kamera kecil yang diduga bisa digunakan untuk merekam video.   “Keknya enggak ada yang aneh lah. Enggak ada kejadian apalagi bencana. Apa ini lagi buat konten? Tapi kok ditanyai gitu. Enggak mungkin ah,” ungkapnya yang memilih menjauhi gang rumahnya. Ia merasa resah dan memutuskan untuk menunggu di kedai simpang rumah menunggu kepulangan ayah atau kakaknya.   “Buk, ngapain orang itu rame-rame di situ, Buk?” tanya Alia kepada ibu pemilik kedai.   “Entah, Ibuk pun baru tau. Kalau enggak si Ucok yang bilang, Ibuk pun enggak tau,” jawab ibu itu cuek sambil terus melih
Baca selengkapnya

Berita BurukTentang Dira

“Heh! Cantik kali mukak kau malam ini. lagi jatuh cinta kau yah?” ucap Arini yang berupaya memancing kejujuran Alia. Namun, sepertinya kali ini Alia tidak terpancing. Terlihat dari sikapnya yang masih terus diam mengabaikan kakaknya-Arini. Dengan dahi mengernyit Arini mencari akal kembali. “Eh, tadi aku ada dengar kabar tentang Kak Diralah. Tau kau?” ucap Arini yang dengan sengaja menghentikan ucapannya. Benar saja, seketika wajah Alia menatap kaget ke arahnya. Namun, masih saja mengunci rapat mulutnya. “Apa yang ko dengar, Kak?” ucapnya sambil menunjukkan wajah cemas. Sontak saja Arini menjadi bingung sendiri. Ia pun menduga berita buruk yang mungkin Alia tahu berhubungan dengan kakak mereka Dira. “Ko dengar apa pulak dari orang ini? kau dululah yang cakap,” ucapnya memujuk. Wajahnya terlihat tegas seakan menun
Baca selengkapnya

Siasat Sonia

“Daf, senyum lu mana? Senyum?” ucap salah satu kru. Daffin mencoba tersenyum sedikit lebih lebar dan itu semakin membuat wajahnya terlihat kaku. Senyum yang sangat tidak mengalir itu tak cocok dengan tema pengambilan foto hari ini. “Haduh ...! Gimana sih? Senyumnya kepaksa itu,” ucap pria dengan gaya berkelas. Memakai barang branded dimulai dari kemeja hingga aksesoris terkecilnya. Dia Leon-perancang dan pemilik busana sekala internasional. Dua orang kru yang sedari tadi berdiri di samping Leon pun menunjukkan wajah takut. Tanpa diminta mereka mendekati kru yang bertugas mengarahkan Daffin. “Bos marah tuh, senyumnya kaku. Gimana sih model kalian?” ucap mereka dengan tatapan kesal. “Kalian tau enggak kalau bos udah marah bisa gawat. Mending buruan suruh tuh cowok senyum alami, biar cepat kelar semuanya,” sambung temannya.&nbs
Baca selengkapnya

Diramal Joya

Sudah pukul tiga pagi, namun tak sedetikpun mata Daffin mampu terpejam. Pikirannya terus saja melanglang buana jauh pada artikel yang ia baca. Semua berita utama membahas dirinya. Bukan hanya dia, melainkan Dira. Meskipun dalam wacana itu tidak tertulis nama Dira, namun Daffin menyadarinya. Cepat atau lambat media pasti akan mencari tahu sosok Dira. “Semoga aja enggak terjadi. Gua enggak mau hidup tuh cewek jadi kacau gegara gua. Udah cukup gua aja yang diribetin dengan masalah ini. Dia atau siapapun jangan. Gua enggah tahu harus berbuat apa. Tapi gua tau media kejam banget nyebarin berita seenaknya,” gumam Daffin. Matanya terus saja menatap kosong ke langit-langit kamar. Berulang kali ia menggosok kuat wajahnya dengan tangan berharap bisa menenangkan hatinya. Namun, entah mengapa kali ini ia begitu tersiksa. Padahal ini bukan kali pertama ia terlibat hal seperti ini. Sudah ada ratusan cewek yang menjadi viral karena tersandung d
Baca selengkapnya

Gosip Skandal Dira tersebar

Kantor polisi pusat geger, semua orang pada sibuk membicarakan Dira. Video Dira semakin tersebar luas. Tanggapan positif pun diberikan para netizen dengan harapan keberadaan Dira bisa memaksimalkan pekerjaan kepolisian. Tomi yang baru tiba pun menjadi kebingungan. Sebagai satu-satunya orang yang dekat dengan Dira, ia pun menjadi turut bahan perhatian rekan lainnya. Merasa tak nyaman dengan tatapan mereka, Tomi kembali memasuki toilet untuk bercemin. Ia terus memperhatikan wajah, pakaian dan seluruh penampilan depan belakangnya. “Enggak ada yang aneh toh,” gumamnya dengan wajah bingung. “Tapi mata mereka kok seram amat yah mandangnya?” Suara Denis terdengar, sepertinya Denis dan kedua temannya bermaksud mengunjungi toilet juga. Harus menghindar demi menciptakan pagi yang damai, Tomi segera masuk ke dalam ruang kecil yang sedang tumpat. Ruang sempit itu sangat bau karena masih ada kotoran yang menye
Baca selengkapnya

Apa Benar Cewek Dalam Video Itu Kamu

Dira yang baru tiba terlihat bingung dengan kericuhan yang ada. Tatapan aneh yang ia dapatkan dari semua rekan kerjanya membuatnya tak nyaman. Meski Dira memiliki siang acuh, namun tetap saja ia risih karena ada banyak mata yang menatap serius ke arahnya kemanapun ia melangkah. “Loh, kamu baru tiba, Dir? Bukannya berangkat deluan yah?” tanya Ria satu-satunya orang yang menyambutnya hangat. “Iya, aku carik hape aku dulu tadi,” jelasnya dengan wajah lelah. “Oh iya,” sahut Ria sambil menepuk dahinya. “Nih, tadi berdering. Jadi aku bawain aja sekalian,” sambungnya dengan senyuman terkembang, lalu menyerahkan gawai milik Dira. “Heeeeeh, yang kau bawanya. Aku pikir hilang. Mana semua nomor di sini. Nomor keluarga enggak ada yang hapal,” ucap Dira dengan tatapan penuh syukur. Ia dengan segera menggenggam erat gawai miliknya. &l
Baca selengkapnya

Ayah Dira Sekarat

Dira terlihat merenung di antrian. Dengan tas ransel di pundaknya, ia terlihat begitu tergesa-gesa. Bulir keringat pun membasahi wajahnya, tatapan cemas dengan pikiran yang melanglang entah kemana membuat Dira terlihat seperti orang bodoh.“Awas aja kalau orang itu bohong yah. Kuhajar betul orang itu nanti. Gara-gara video Ayak yang lagi kritis, terpaksa aku izin pulang. Yang dipikirnya Jakarta Medan itu dekat? Bisa kutebas naik kereta, hah! Ini lagi, entah berapa pula ongkos pesawat ini. Ah, nyusahin aja pun keluarga ini,” gerutu Dira dengan gigi yang terus beradu. Geram, kesal dan takut pun bercampur aduk.“Tapi ... kalau emang Ayak sakit kekmana? Ini pun entah dapat tiket, entah enggak aku. Kalau pun enggak dapat, kudoakan aja ada penumpang yang enggak jadi berangkat. Jadi bisa kugantikan. Sekali-kali doa jelek enggak apalah. Ini pun bukan mau kali aku pulang sebenarnya. Cuman aku takut juga kalau Ayakku sampai mati, terus aku enggak bisa lihat yan
Baca selengkapnya

Permintaan Terakhir Ayah Dira

Seorang pria berusia senja terbaring di atas ranjang. Wajahnya terlihat lebih putih dengan kulit yang memucat. Ada lengkungan hitam di bagian bawah matanya, lengkap dengan guratan kerut yang nyaris memenuhi kulitnya. Pria gagah itu kini terlihat lemah dan nyaris habis masa. Dadanya terus bergerak naik turun dengan sangat lambat, seakan sesak karena terdengar suara mendengkur dari mulutnya. Pria tua itu benar-benar butuh pertolongan, bahkan hanya untuk sekedar bernapas ia harus dibantu tabung oksigen. “Yak!” seru Dira dengan tangis yang terasa menyangkut di kerongkongan. Dengan jemarinya Dira menyentuh lembut tangan keriput ayahnya. Seakan terhanyut, Dira pun membaringkan kepala di samping tangan ayahnya. Teringat masa kecil yang bahagia saat ibunya masih ada. Selalu tertawa dan kerap bermain bersama. Meskipun memainkan permainan pria, namun justru Dira sangat menyukainya. Dimulai dari memanah, berlari, melompat hingga memanjat po
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status